Pembelajaran bermakna tentu menjadi prioritas pendidikan di tiap negara. Merdeka Belajar dari Kemendikbudristek kita pun berupaya keras mewujudkannya, salah satunya melalui penerapan Kurikulum Merdeka. Di terjemahan berikut, kita “jalan-jalan” ke Australia untuk menyimak bagaimana strategi Charles Darwin University bekerjasama dengan Yipirinya School menciptakan pembelajaran yang bermakna tadi bagi para siswa kelas 3 dan 4
Terima kasih sudah mengunduh siniar ini dari majalah Teacher. Nama saya Dominique Russell (DR).
Kita tahu bahwa sekolah yang bekerja sama dengan berbagai pihak termasuk keluarga siswa, lembaga pendidikan lain, unit bisnis, dan masyarakat umum bisa berdampak positif pada hasil belajar siswa.
Dalam episode kali ini, kita akan membahas tentang Yipirinya School di Alice Springs. Siswa kelas 3 dan 4 baru-baru ini menjadi peserta dalam uji coba Children’s University (program pendidikan di luar sekolah yang menyediakan kegiatan dan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak-anak usia 7 hingga 14 tahun) di Charles Darwin University, yaitu program yang memberikan siswa kesempatan untuk mengikuti pengalaman belajar dengan mengunjungi bisnis dan organisasi lokal. Kita akan mengobrol dengan Gavin Morris (GM), kepala sekolah Yipirinya School, tentang dampak yang diperoleh dari berpartisipasi dalam program ini dan Mariann Reu (MR), project officer di Charles Darwin University, tentang rancangan program.
Children’s University adalah konsep yang dimulai di Inggris lebih dari 30 tahun yang lalu dan selain membantu agar pembelajaran di luar sekolah diakui secara formal, konsep ini juga membantu siswa lebih memahami pendidikan atau karir yang bisa mereka ambil pasca lulus dari sekolah (bisa berupa pendidikan formal seperti kuliah atau perguruan tinggi, pendidikan nonformal seperti pelatihan vokasional atau kursus, atau langsung memasuki dunia kerja). Program ini juga terbukti meningkatkan kehadiran dan prestasi siswa di sekolah. Kita akan mulai episode kali ini dengan mendengarkan penjelasan tentang Yipirinya School dari Kepala Sekolah Gavin Morris. Mari kita mulai.
GM: Saya sebenarnya masih berstatus karyawan Charles Darwin University sebagai dosen di Fakultas Pendidikan (sekarang sudah berganti nama). Dan saat kesempatan untuk menjadi kepala sekolah di Yipirinya School muncul, saya mengajukan permohonan itu kepada atasan saya [di fakultas] saat itu, yaitu Ruth Wallace, dan ia juga sangat suportif dengan rencana saya ini.
Jadi saya mengambil cuti tanpa bayaran dari CDU, tapi saat ini saya sudah menjabat sebagai kepala sekolah di Yipirinya School sejak bulan Oktober 2021. Jadi, saya akan memulai semester keenam saya menjabat sebagai kepala sekolah di sekolah yang sangat unik ini.
Yiripinya adalah satu-satunya sekolah dengan jenis ini di Australia. Kami mengajar dalam 4 bahasa Aborigin: Western Arrernte, Central Arrernte, Luritja, dan Walpiri. Kami menawarkan pengajaran dan pembelajaran dari lahir hingga kelas 10. Jadi, Yipirinya adalah sekolah yang luar biasa yang didirikan oleh para sesepuh town camps (perkemahan kota, tempat tinggal sementara atau tetap untuk orang Aborigin yang datang dari daerah sekitarnya untuk mencari pekerjaan, akses ke layanan kesehatan, dan pendidikan, terdiri dari perkemahan kota yang terdiri dari rumah-rumah sederhana atau pondok kayu yang dibangun oleh penduduk setempat) di Alice Springs pada tahun 70-an.
Ada firasat bahwa sekolah umum tidak benar-benar memberikan hasil pendidikan dan kebudayaan yang sesuai dengan keadaan kompleks yang dibutuhkan, pantas didapatkan, dan diinginkan anak-anak di town camp ini. Jadi, ada keraguan yang mendalam. Bahkan hingga melibatkan Mahkamah Agung agar bisa mendapatkan dana untuk mendirikan Yipirinya School. Kemudian, tahun 1978 sekolah ini didirikan.
Sangat unik. Guru-guru yang diminta untuk mengajar dalam 4 bahasa Aborigin juga dipersiapkan oleh para sesepuh Aborigin. Sekolah ini juga memiliki Aboriginal board (dewan yang terdiri dari wakil-wakil Aborigin yang memperjuangkan hak-hak mereka dan mempromosikan kesejahteraan sosial dan budaya). Dan saat ini, saya menjabat sebagai kepala sekolah di Yipirinya dan bertanggung jawab untuk mempersiapkan suksesi kepemimpinan di masa depan untuk memastikan ada kapasitas kepemimpinan yang cukup di badan ini sehingga suatu saat nanti peran ini bisa diambil alih oleh masyarakat Aborigin.
Kami memiliki 4 asisten kepala sekolah yang luar biasa yang baru saja bergabung, 3 di antaranya adalah wanita Aborigin yang sangat tangguh dan memiliki kapasitas kepemimpinan yang cukup untuk nantinya mengambil peran kepala sekolah ini. Sekarang yang harus dilakukan adalah memastikan kami bisa melanjutkan atau mempertahankan apa yang sudah kami lakukan dengan baik selama 12 bulan terakhir.
Kami baru saja melipatgandakan penerimaan siswa di 2022. Jadi, saat saya tiba pada tanggal 21 Oktober, ada 100 yang terdaftar aktif di sekolah kami. Sekarang totalnya ada 300, yang mana merupakan jumlah siswa terbanyak dalam sejarah sekolah.
Dan memastikan adanya kesempatan bagi masyarakat Aborigin untuk menjadi pemimpin, tidak hanya di level tertinggi seperti kepala sekolah, tapi juga di semua level sekolah. Jadi, ya, sekolah yang sangat unik dan terkenal di Alice Springs karena beberapa alasan berbeda, kebanyakan positif, tapi tidak selalu demikian. Sekolah yang berharga bagi wilayah Australia Tengah.
DR: Ada lagi hal unik di sekolah Anda dalam hal mengajar dan belajar?
GM: Tentu saja. Ada dua hal yang sangat unik di sekolah kami. Pertama, budaya. Jadi, kami memiliki sekitar 100 staf sekolah dan sekitar 68 hingga 70 staf adalah orang Aborigin. Kedua, karena kami mengajar dalam 4 bahasa Aborigin, maka kurikulum Australia yang digunakan juga diajarkan dalam 4 bahasa Aborigin tersebut. Oleh karena itu, guru-guru non-Aborigin di sekolah kami disebut guru ESL (English as Second Language) karena bahasa Inggris sebenarnya merupakan bahasa kedua, ketiga, atau keempat bagi hampir semua siswa dan staf di sekolah.
Karena keberagaman budaya yang signifikan di sekolah ini, kami juga membuat sumber daya pembelajaran dalam bahasa-bahasa kami (bisa berupa buku-buku, materi ajar, dan bahan-bahan pendukung lainnya yang ditulis dan dikembangkan dalam bahasa-bahasa Aborigin) untuk mendukung pembelajaran di kelas. Jadi, kami memiliki Literacy Production Centre (Pusat Produksi Literasi) di mana kami menciptakan sumber daya pembelajaran dalam empat bahasa Aborigin yang diajarkan di sekolah, kemudian para guru bahasa mengajar dengan sumber daya pembelajaran tersebut.
Kami memiliki beberapa proyek menarik di tahun 2023 yang berkaitan dengan arsip sekolah yang baru-baru ini dioperasikan secara elektronik. Arsip tersebut berupa rekaman video, audio, dan film yang berasal dari tahun 1978 dan 1980 (sangat fenomenal) dan bagaimana cara mengubah arsip tersebut ke dalam teknologi saat ini. Kami menggunakan artificial intelligence (kecerdasan buatan) dan perangkat lunak realitas visual untuk mengubah arsip tersebut menjadi lebih menarik dan interaktif di tahun 2023.
Kami menyewa beberapa toko di pusat perbelanjaan kota dan mengubah ruangan di toko tersebut menjadi galeri seni. Inilah keunikan kami.
Keunikan sekolah kami lainnya adalah Happy Heart Hub (inisiatif yang dilakukan untuk membantu para siswa dalam hal kesehatan mental dan emosional, tujuannya meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan siswa di sekolah). Semua siswa kami (300 dari mereka) adalah orang Aborigin, jadi sekolah kami benar-benar sekolah Aborigin. Dan hampir semua siswa kami berasal dari town camp yang mengelilingi Alice Springs. Alice Springs adalah pusat kota terbesar kedua di wilayah Australia Tengah setelah Darwin, dan di sekitar Alice Springs ada sejumlah town camp. Ada 16 di antaranya dan 95% siswa kami juga berasal dari town camp itu. Dan kami juga memiliki siswa yang berasal dari luar pemukiman Alice Springs, terutama dari bagian utara wilayah tersebut. Jadi rute bus ke wilayah utara, yaitu ke Burt Creek, Snake Well, dan Corkwood Bore, memakan waktu sekitar 2,5 jam perjalanan pulang pergi.
Jadi bus berangkat menjemput siswa pada pagi hari, sekitar jam 5:30 pagi, dan kembali lagi ke sekolah bersama siswa sekitar jam 9 pagi, begitu juga bus lainnya. Jadi, kami memiliki 7 sopir bus yang bisa menempuh jarak sekitar 7.500 kilometer per minggu. Dan untuk mengoperasikan bus tersebut, sekolah harus mengeluarkan biaya sebesar $600.000 setiap tahunnya.
Keunikan sekolah kami lainnya adalah memastikan setiap hambatan dalam pembelajaran, budaya, olahraga, seni, atau yang lainnya teratasi. Jarak dan transportasi juga merupakan salah satu hambatan tersebut, tapi sekolah kami memastikan bahwa jika ada hambatan lain dalam pembelajaran yang bisa diatasi dengan memberikan dukungan tambahan di sekolah, kami bisa melakukannya.
Pada awal tahun lalu, kami membuat pusat layanan yang disebut Happy Heart Hub dan dipimpin oleh terapis Sian Hughes. Ia sekarang memiliki tim berisikan 10 staf yang bekerja penuh waktu di bawahnya. Tugas Happy Heart Hub ini adalah memastikan bahwa semua siswa kami belajar dengan lancar tanpa ada hambatan dalam pembelajaran, budaya, seni, dan olahraga.
Jika ada siswa yang membutuhkan dukungan personal atau perubahan dalam cara guru menyampaikan pelajaran, maka dukungan tersebut akan diberikan. Jika ada siswa yang membutuhkan dukungan perilaku, maka dukungan tersebut akan diberikan oleh para ahli di bidang tersebut baik secara reaktif (saat masalah perilaku terjadi) maupun proaktif (sebelum masalah perilaku terjadi).
Sekolah kami juga bekerja sama dengan NDIS (National Disability Insurance Scheme) dalam menilai dan mendiagnosis siswa dengan kebutuhan khusus. Menciptakan lingkungan yang inklusif, memperkuat hubungan antar individu, dan menghargai budaya adalah aspek penting yang sangat kami perhatikan dalam menjalankan tugas kami. Saya memastikan bahwa proyek yang berkaitan dengan hal-hal tersebut mendapatkan sumber daya yang cukup untuk menunjukkan pentingnya aspek-aspek tersebut.
DR: Terima kasih sudah bergabung dengan kami dalam episode siniar kali ini, Mariann. Mungkin ada pendengar kami yang belum pernah mendengar Children’s University sebelumnya, bisakah Anda menceritakan dengan singkat tentang Children’s University dan keterlibatan Anda dalam program itu?
MR: Jadi, saya bekerja di Children’s University di Alice Springs sebagai project officer. Program CDU sendiri sudah diperkenalkan di Australia pada tahun 2018 dan sudah diterapkan di lebih dari 11 sekolah di Darwin oleh CDU (Charles Darwin University). Tapi, tahun lalu mereka memutuskan untuk memperkenalkan program ini juga di Alice Springs. Sehingga, mereka melakukan uji coba program tersebut di sana. Children’s University merupakan program inovatif yang melibatkan dan membantu siswa mengembangkan pembelajaran mereka melalui eksplorasi kegiatan di luar sekolah.
Program ini ditujukan untuk siswa berusia 7 hingga 14 tahun. Program ini juga sedikit berbeda dari program pembelajaran yang lebih fokus pada pembelajaran akademik. Program ini bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan dan minat yang mungkin akan mengantarkan mereka ke karier mereka di masa depan, tapi juga bisa meningkatkan rasa percaya diri dan self-esteem dan membuat mereka merasa senang menjadi pelajar.
Awalnya program ini berasal dari Inggris pada pertengahan tahun 90-an. Pada tahun 2013, University of Adelaide memutuskan untuk mengadopsi program ini di Australia dan sejak saat itu, program ini menyebar luas, dari yang awalnya hanya diterapkan di Adelaide menjadi ke seluruh Australia, Selandia Baru, dan Mauritius. Hampir setiap negara bagian di Australia memiliki perguruan tinggi yang bekerja sama dengan University of Adelaide sehingga terciptanya kesempatan dan pilihan belajar di seluruh Australia, serta kini juga di Selandia Baru dan Mauritius.
Pada tahun 2020, ketika kami memutuskan untuk menguji coba program ini di Alice Springs, kami ingin memulai dengan skala dan lingkup kecil dahulu. Posisi saya saat itu paruh waktu, jadi kami hanya memilih 2 sekolah untuk dilakukan uji coba program tersebut, keduanya adalah Yipirinya School dan Living Waters School. Cara kerjanya adalah kami membantu mereka menyiapkan program klub sekolah, misalnya saat kita di sekolah dulu ada klub catur, klub sains, klub tari, klub paduan suara, dan semua jenis pembelajaran yang sudah ada namun kurang diakui atau diperhatikan. Ada juga klub olahraga, musik, dan pembelajaran lain yang sudah siswa miliki dan lakukan.
Kami mendorong siswa untuk mendokumentasikan pembelajaran yang didapatkan. Tapi kami juga memiliki Learning Destination (lokasi atau tempat-tempat di luar lingkungan sekolah yang menyediakan pengalaman belajar tambahan untuk siswa), yang merupakan tempat atau destinasi yang bisa dikunjungi siswa untuk mendapat pembelajaran tambahan. Siswa menggunakan Passport to Learning (Paspor Pembelajaran) di mana mereka bisa mendokumentasikan setiap pembelajaran tambahan yang didapatkan di luar lingkungan sekolah. Paspor ini juga bisa digunakan untuk menunjukkan pencapaian-pencapaian siswa saat acara wisuda.
DR: Mari kita kulik lebih detail tentang apa yang baru saja Anda sebutkan. Terkait Learning Destination, jadi Anda bekerja sama dengan unit bisnis atau organisasi lokal untuk membuat destinasi tersebut. Bisakah Anda memberikan beberapa contoh unit bisnis atau organisasi lokal yang sudah bekerja sama dengan Anda dan mungkin juga contoh yang lebih mendalam tentang seperti apa learning destination itu sebenarnya?
MR: Jadi, kami sejauh ini sudah bekerja sama dengan 13 organisasi lokal di Alice Springs dan hasilnya memungkinkan siswa mengunjungi berbagai tempat bersama keluarga mereka di akhir pekan. Organisasi-organisasi ini membantu saya menyiapkan kegiatan atau kesempatan belajar kecil untuk siswa. Terkadang, kegiatan-kegiatan tersebut memang sudah ada atau sudah tersedia di organisasi mitra, jadi hanya butuh mengesahkannya sebagai bagian dari bentuk kerja sama.
Tetapi tempat-tempat seperti Araluen Art Gallery sangat ingin meningkatkan hubungan dengan masyarakat Aborigin, tapi tidak memiliki staf yang memiliki pengalaman dalam pengembangan program pendidikan. Jadi, saya bekerja sama dengan mereka dan menciptakan program “sculpture scavenger hunt“, kegiatan di mana siswa diminta untuk menemukan dan mengeksplorasi karya-karya patung yang dipamerkan di Araluen Art Gallery dengan menggunakan petunjuk dan teka-teki yang diberikan. Selain itu, program ini juga memungkinkan kegiatan apresiasi seni, di mana siswa diminta untuk mempelajari berbagai aspek seni rupa dan membahas makna dari simbol-simbol yang terdapat pada karya-karya seni Indigenous (masyarakat Aborigin) yang dipamerkan.
Organisasi lain yang sudah bekerja sama dengan kami adalah Desert Park, tempat yang memungkinkan siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih beragam dengan mengikuti sesi-sesi belajar yang disediakan tempat ini. Jadi, siswa kemudian mendokumentasikan kunjungan mereka ke tempat tersebut di Passport to Learning sehingga pengalaman belajar mereka bisa diakui dan diapresiasi dalam acara wisuda.
Acara kelulusan atau wisuda adalah salah satu aspek penting dalam program pembelajaran yang mereka jalankan, karena memungkinkan siswa dan keluarganya untuk merayakan pencapaian mereka. Kami mengadakan acara ini di sebuah ruangan besar dan siswa diberi jubah dan toga wisuda. Tapi, kesempatan untuk ikut serta dalam acara wisuda ini tidak diberikan secara cuma-cuma, melainkan berdasarkan kinerja dan prestasi belajar siswa dalam satu tahun terakhir. Siswa harus menyelesaikan setidaknya 30 jam belajar tambahan di tahun pertama mereka selama program jika ingin mendapatkan sertifikat perunggu.
Begitu seterusnya, jadi siswa yang menyelesaikan misalnya 65 jam belajar tambahan berhak mendapatkan sertifikat perak dan siswa yang menyelesaikan 200 jam belajar tambahan atau lebih berhak menerima sertifikat emas. Seiring berjalannya waktu, siswa bergantian mendapatkan penghargaan, kemudian sertifikat, lalu gelar diploma, hingga gelar sarjana.
Program ini sebenarnya mendorong keterlibatan yang berkelanjutan dengan pihak penyelenggara program. Jadi, kami memberikan kesempatan kepada siswa untuk kembali ke tempat pembelajaran dan membantu sebagai relawan jika ada kegiatan yang sangat disukai dan dinikmati siswa, terutama kegiatan di sekolah seperti klub Lego, klub menyanyi atau musik, maka mereka dapat kembali ke sana untuk membantu sebagai relawan.
Program ini memungkinkan orang tua melihat anak mereka dari sudut pandang yang berbeda dan siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dapat melihat diri mereka sebagai orang yang berhasil mencapai sesuatu. Walaupun mungkin tidak berkaitan dengan pembelajaran formal di sekolah, melalui kegiatan tambahan dan pengalaman di luar kelas, siswa bisa belajar dan berkembang dengan cara yang berbeda dari apa yang biasanya diajarkan di sekolah.
Saya sudah mengatakan sebelumnya bahwa kami sudah bekerja sama dengan Yipirinya School dan mengharukan bisa mengamati proses siswa yang awalnya hanya sekadar tahu tentang perguruan tinggi dan manfaatnya. Tapi, di akhir tahun, mereka sangat bersemangat dan antusias setiap minggu saat mengikuti kegiatan tambahan. Mereka sangat tertarik dan sangat senang menghabiskan waktu dan berbicara dengan orang-orang yang bekerja di perguruan tinggi.
Dalam waktu yang sesingkat itu, saya merasakan perbedaan yang signifikan dan sudah tidak sabar menunggu tiga sekolah tambahan yang akan bergabung tahun ini dan memperluas dampak positifnya di seluruh Alice Springs. Kami akan terus berusaha mengapresiasi pembelajaran di luar lingkungan sekolah untuk siswa dan membantu siswa mengembangkan minat dan passion mereka tentang dunia dan diri mereka sendiri.
DR: Pengalaman belajar yang diberikan oleh Children’s University dirancang secara khusus agar berkaitan erat dengan pembelajaran dan mata kuliah yang ada di perguruan tinggi. Bisakah Anda menjelaskan lebih detail tentang kaitan-kaitan itu dan mengapa dianggap penting?
MR: Jadi, saat orang tidak mengetahui sesuatu, mereka tidak akan bisa membayangkan dan berusaha mencapainya. Oleh karena itu, program ini bertujuan untuk membimbing siswa menjadi pelajar yang sukses dan mandiri. Akan ada saat di mana siswa masuk ke dunia kerja atau berkarier. Dan melalui proses pembelajaran, jika siswa sadar apa yang mereka kuasai dan apa keahlian mereka melalui kegiatan yang siswa lakukan dalam hidup mereka, mereka bisa menerapkannya pada cita-cita mereka dan menetapkan tujuan dalam hidup mereka.
Kami tidak memaksa siswa memilih perguruan tinggi kami, tapi kami mengajak mereka untuk mengomunikasikan bahwa jika ada suatu bidang tertentu yang mereka sukai atau minati, maka ada beberapa jenis profesi atau karier yang bisa mereka kejar atau impikan.
Misalnya, ada siswa yang sangat tertarik dengan berkebun dan menyukai tanaman, kami bisa merekomendasikan sejumlah profesi atau bidang studi seperti botani dalam bidang ilmu pengetahuan atau landscape gardening dalam industri vokasi (seni merancang dan membuat ruang luar yang indah dan fungsional termasuk perencanaan dan desain taman, dll.). Ada banyak aspek dan peluang yang berbeda dalam berbagai bidang dan profesi yang dapat dikejar dan ditemukan oleh siswa jika mereka memahami bidang studi atau profesi yang diminati dengan baik dan bisa mencapainya.
Kami memiliki sejumlah bukti bahwa siswa menunjukkan hasil belajar yang lebih baik karena adanya program yang telah dilakukan. Siswa sekarang menjadi lebih termotivasi dan kehadiran mereka di sekolah meningkat. Saya juga merasa ada perbedaan yang signifikan dalam masyarakat di Alice Springs. Siswa menjadi lebih sadar akan kesempatan yang ada di luar sana, mereka juga akur dan rukun. Saya rasa ini penting sekali, apalagi di Alice Springs, tempat yang memiliki aspek sosial, budaya, atau geografis yang khas.
DR: Gavin, saya akan bertanya kepada Anda lagi. Mengapa sekolah Anda terlibat dengan Children’s University dan kapan tepatnya hal itu terjadi?
GM: Pendidikan adalah segalanya bagi saya. Pendidikan mengubah hidup saya. Saya tidak akan menjelaskannya dengan detail, tapi mungkin berkaitan dengan masa kecil saya. Saya bisa memahami tantangan dan hambatan yang dihadapi siswa di Yipirinya.
Saya memperoleh kesempatan berkuliah melalui program sarjana pendidikan dan kemudian melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Ini membawa perubahan besar salam hidup saya. Dan seperti yang saya katakan sebelumnya, saya adalah karyawan penuh waktu di Charles Darwin University. Dan saya rasa Charles Darwin University patut dijadikan contoh dalam membangun hubungan dan bekerja sama dengan masyarakat Aborigin secara efektif di Australia.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memastikan dekolonisasi (membuat lingkungan pendidikan menjadi lebih inklusif dan mengakui pandangan dunia dan budaya masyarakat asli, serta menghilangkan elemen-elemen yang mencerminkan kekuasaan kolonial) perguruan tinggi dan tempat-tempat pendidikan lainnya agar menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif bagi siswa Aborigin agar mereka merasa pendapat atau pandangan mereka diakui dan dihargai, daripada perguruan tinggi sekadar datang ke masyarakat tersebut untuk melakukan penelitian atau pengambilan data kemudian selesai, perguruan tinggi tidak datang menemui mereka lagi.
Keterlibatan Children’s University dalam kegiatan sekolah berdampak positif bagi kami karena dengan terjalinnya hubungan dengan Children’s University, Children’s University bisa langsung berinteraksi dengan kelas 3 dan 4 di sekolah. Selain itu, keterlibatan ini juga menjadi perhatian dan observasi bagi seluruh masyarakat sekolah.
Jadi, saat ada kesempatan bekerja sama dengan organisasi seperti Charles Darwin University, akan ada risiko yang muncul tentunya. Tapi, keuntungannya adalah terciptanya rasa aman dan rasa saling percaya dengan organisasi tersebut, serta membuka jalan bagi para siswa yang sebelumnya berpikir ‘sepertinya saya tidak akan melanjutkan studi ke perguruan tinggi’ atau ‘karena saya orang Aborigin, ada banyak hambatan untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi’. Dengan mengenalkan perguruan tingga pada siswa, mereka bisa melihat bahwa mereka bisa melewati rintangan kolonial yang dihadapi dan bisa sukses di perguruan tinggi. Mari kenalkan perguruan tinggi pada mereka.
Dari perspektif tersebut, luar biasa rasanya bisa melibatkan siswa kami dengan perguruan tinggi dengan cara itu. Selain itu, kami juga mengadakan program pendidikan menengah di kampus Alice Springs bersama dengan CDU juga. Jadi ada beberapa cara untuk menggabungkan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa di luar jam sekolah dengan pembelajaran yang dilakukan di sekolah, tapi melalui kerja sama dengan Children’s University, kami bisa mengesahkan pembelajaran yang terjadi di luar jam sekolah sehingga pengalaman belajar siswa diakui secara resmi dan mendapatkan penghargaan dari institusi perguruan tinggi.
Sekolah kami berbeda dengan sekolah-sekolah pada umumnya. Kami menawarkan beragam pengalaman awal atau pengalaman masa kanak-kanak yang berbeda dengan yang biasanya ditemui di sekolah umum. Misalnya, saat waktu libur dan sepanjang tahun ajaran, kami menjalankan program sekolah senja yang didedikasikan untuk siswa yang kurang terlibat secara aktif di sekolah: siswa yang berurusan dengan polisi, mungkin masuk atau keluar dari tahanan anak. Selain itu, kami ingin memastikan bahwa semua siswa memiliki akses ke Charles Darwin University dan memiliki pengalaman positif dengan perguruan tinggi ini, serta mengesahkan banyak kegiatan yang dilakukan siswa di luar jam sekolah sebagai bagian dari kerja sama antara sekolah dan perguruan tinggi.
DR: Saya ingin tahu apa saja tanggapan atau umpan balik yang diberikan para siswa, orang tua, dan staf terkait keterlibatan mereka dalam program Children’s University ini. Apa kata mereka, apa tanggapan mereka?
GM: Sangat positif. Yipirinya adalah sekolah multi-generasi, jadi jika ada seorang siswa kelas 3 atau 4 di sekolah, kemungkinan besar mereka memiliki saudara, bibi atau paman yang mengajar di sekolah, atau bahkan nenek. Ada banyak keluarga yang tiga atau empat generasi di keluarganya yang bersekolah di sekolah yang sama. Dengan kata lain, partisipasi satu keluarga bisa mempengaruhi partisipasi keluarga lainnya sehingga membentuk lingkaran yang semakin meluas.
Sangat positif. Jika harus jujur, banyak anggota masyarakat yang tidak terlalu familier dengan CDU atau institusi perguruan tinggi atau belum pernah mengunjungi perguruan tinggi. CDU juga belum banyak bekerja sama dengan sekolah kami, tapi feedback atau umpan balik yang kami dapatkan sangat luar biasa. Program tersebut merupakan program percobaan, jadi kami hanya fokus pada kelas 3/4 dan hasilnya, ada setidaknya enam siswa lulus dan mengikuti acara wisuda di sekolah di Alice Springs serta di sekolah menengah di Yipirinya.
Seluruh staf sekolah menyaksikan para siswa kelas 3 dan 4 mengenakan jubah wisuda dan mendapat sertifikat dalam momen perayaan (acara wisuda) yang mengakui dan mengedepankan nilai-nilai masyarakat Aborigin. Perayaan ini bukan tentang menyesuaikan atau menyiapkan diri dengan baik agar bisa diterima di institusi pendidikan tinggi non-Indigenous (non-Aborigin), tetapi tentang menghargai, menghormati, dan merayakan pandangan anak-anak Aborigin beserta nilai-nilai dan pandangan mereka yang berbeda dari pandangan dunia yang lebih didominasi oleh pandangan Barat (Eropa) yang umumnya lebih dihargai.
Respon positif terhadap program yang melibatkan siswa dari masyarakat Aborigin luar biasa. Kami sangat menanti-nantikan untuk terus mengembangkan program tersebut dan memberikan akses kepada lebih banyak siswa dari berbagai usia pada tahun 2023 dan seterusnya, saya pikir itulah langkah penting yang harus diambil selanjutnya karena terkadang ada program-program bagus yang hanya hadir untuk sementara waktu, memberikan dampak positif yang singkat, dan kemudian berakhir tanpa memberikan manfaat jangka panjang.
Jadi, menurut saya jika Anda menjalankan sebuah program yang melibatkan masyarakat Aborigin, program itu harus berumur panjang: berkelanjutan dan bisa dipastikan bisa berlangsung dalam jangka panjang. Jika program Anda memenuhi persyaratan ini, maka masyarakat Aborigin akan sangat tertarik untuk terlibat dan menjadi bagian dari programnya.
… Tanda-tanda yang menunjukkan program Anda efektif adalah mampu meningkatkan hasil belajar, standar perilaku siswa, dan keterlibatan siswa.
Dan tantangan kami sekarang adalah memastikan bahwa program pendidikan yang sudah dijalankan sebelumnya bisa dijalankan kembali setidaknya agar siswa yang baru masuk ke program dan yang sudah ada di dalamnya memiliki program yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan mereka. Program ini juga sesuai secara budaya dan untuk memastikan keberhasilan versi pertama program ini, saya bekerja sama dengan Mariann. Kami sengaja memilih tingkat kelas tertentu untuk menguji program ini karena kami melihat probabilitas keberhasilan program kemungkinan besar akan berhasil di tingkat kelas itu. Kami sekarang juga sudah belajar banyak tentang apa yang sudah cukup dan masih kurang dalam program tersebut dan berharap bisa terus mengembangkannya di masa depan.
… Yang terakhir ingin saya katakan adalah, mengingat minat saya terhadap pendidikan dan bagaimana pendidikan mengubah hidup saya, saya juga menawarkan kesempatan yang sama untuk staf sekolah kami.
Jadi, ada 26 staf yang menerima kesempatan ini. Kami memiliki sekitar 100 staf di Yipirinya dan 26 dari mereka sedang belajar atau mengembangkan diri dalam suatu bidang tertentu. Hampir seluruh dari 26 orang itu adalah orang Aborigin. Ada 6 kelompok, jika harus menyebutkan satu kelompok saja, ada satu kelompok yang sedang belajar melalui program Sarjana Pendidikan yang disediakan oleh pemerintah. Kelompok tersebut terdiri dari ibu, nenek, dan bibi, mungkin merujuk pada posisi penting mereka dalam masyarakat atau keluarga.
Ada juga kesempatan bagi siswa berusia 6, 7, 8, dan 9 tahun untuk belajar melalui program-program di CDU. Ada kemungkinan terciptanya pendidikan multi-generasi ke CDU dan sebaliknya. Selain itu, CDU mendapatkan sumber daya yang luar biasa di Yipirinya dan belum tentu mendapatkannya di wilayah Australia lain. Oleh karena itu, program dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat.
Ada beberapa kualifikasi yang diajukan CDU jika ada keluarga multi-generasi (mulai dari ibu, nenek, siswa kelas 2 dan 3) yang ingin terlibat dan memiliki akses ke program ini, mis. belajar di program Sarjana Pendidikan. Lingkungan yang sangat menarik. (maksudnya: untuk mewujudkan pendidikan multi-generasi yang memberikan akses pada orang dari berbagai usia dan latarbelakang untuk belajar dan mengembangkan diri (dimana para ibu dan nenek juga bisa belajar bersama-sama dengan anak mereka), CDU menawarkan berbagai macam kualifikasi atau program pendidikan yang tidak hanya tersedia untuk tingkat sarjana tetapi juga kelas dasar seperti kelas 2 dan 3. Siswa di usia tersebut juga akan berkesempatan untuk merayakan pencapaian mereka dalam sebuah acara wisuda dengan mengenakan jubah dan topi wisuda serta memamerkan sertifikat mereka dengan bangga. Lingkungan yang menarik sekali)
MR: Saat siswa berada di sekolah, para staf di Yipirinya sebenarnya juga berada di sana untuk melakukan sesi belajar. Dan saya selalu berkata kepada para siswa ‘Saya kenal guru kalian, mereka berusaha untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan dan pengetahuan mereka melalui sesi belajar di luar waktu kerja mereka di sekolah’ dan pada hari itu kebetulan para staf tersebut ada di perpustakaan saat para siswa melewati perpustakaan. Senang rasanya karena siswa berkesempatan melihat langsung guru mereka belajar di lab komputer, para staf juga pasti sama. Ada perasaan bahagia di sana.
… Terkait pemahaman bahasa dan budaya yang dimiliki oleh Yipirinya, saya setuju dengan Gavin. Masyarakat harus memahami dan sadar tentang pentingnya hal ini. Kesempatan untuk mempelajari bahasa dan pembelajaran melalui Children’s University (atau hanya melalui Yipirinya School saja) sangat penting untuk memperluas pemahaman dan perspektif semua orang. Patut diapresiasi karena Gavin tidak hanya mendaftarkan sekolahnya di Children’s University, tetapi juga melibatkan stafnya dan memberikan kesempatan untuk staf. Langkah yang bagus.
DR: Apakah itu tujuan eksplisit dari program ini saat dijalankan atau apakah hal tersebut terjadi secara alami tanpa direncanakan sebelumnya?
GM: Menurut saya, baik CDU maupun Yipirinya harus yakin bahwa program Children’s University yang dijalankan harus berhasil dengan baik, berkelanjutan, dan memberikan hasil yang beragam, bukan hanya untuk CDU tetapi juga untuk Yipirinya. Core value dari program Children’s University pada 2022 adalah siswa kelas 3 dan 4 yang merupakan prioritas utama dari kegiatan ini.
Dampak dari program Children’s University dan kesempatan yang datang harus diperhatikan dan dimanfaatkan. Walaupun program ini sangat bagus dan Marian mampu mengoordinasikannya dengan baik, menurut saya program ini harusnya menjadi bagian dari program kuliah. Hubungan antara masyarakat Aborigin dan perguruan tinggi di seluruh negeri tidak boleh sekadar hubungan antara subjek penelitian dan peneliti saja, khususnya terhadap masyarakat Aborigin. Perguruan tinggi harus memikirkan cara-cara kreatif yang beragam untuk terhubung, berinteraksi, atau menjalin hubungan dengan masyarakat Aborigin.
Ada kemungkinan, dari sudut pandang perguruan tinggi akan lebih bermanfaat jika siswa membangun hubungan dengan CDU saat mereka berusia 6, 7, dan 8 tahun karena selama 15 tahun, ketika mereka dewasa mereka akan merasa nyaman, merasa bahwa mereka bagian dari perguruan tinggi, dan merasa memiliki identitas di perguruan tinggi tersebut. Jadi ada banyak alasan mengapa ini merupakan program yang luar biasa. Saya harap akan terus berkembang.
Sekian episode kali ini, terima kasih sudah mendengarkan. Kami akan kembali lagi dengan episode yang baru secepatnya. Kami akan sangat berterima kasih jika Anda berlangganan saluran siniar kami di Spotify atau Apple dan jika Anda memberikan rating atau ulasan, ini akan sangat membantu kami dan siniar ini.
(Sumber terjemahan: Teacher Magazine/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Google Image)