Pendidikan adalah salah satu aspek penting dalam pembentukan masa depan anak-anak kita. Salah satu perubahan besar dalam dunia pendidikan Indonesia adalah Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) yang digagas di era kepemimpinan Nadiem Makarim sebagai Mendikbudristek.
Lalu bagaimana implementasinya di lapangan?
Dalam artikel ini, kita akan membahas perubahan dalam pembelajaran di SDN Margorejo I/403 Surabaya sebelum dan sesudah implementasi Kurikulum Merdeka.
Menurut Sri Kis Untari Kepala Sekolah SDN Margorejo I/403 Surabaya, Merdeka Belajar adalah salah satu inisiatif Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim, yang bertujuan untuk mewujudkan kemerdekaan dalam belajar.
Artinya, siswa diberikan kebebasan untuk berpikir dan berekspresi dalam proses pembelajaran. Ini menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan bagi guru dan siswa serta mendorong pengembangan potensi, bakat, dan kemampuan diri sendiri tanpa terkekang oleh aturan dan ketentuan yang ketat.
Salah satu aspek penting dari Program Merdeka Belajar adalah implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi. Ini adalah program yang sangat diharapkan oleh guru-guru di SDN Margorejo I/403 Surabaya. Program ini dirancang untuk memastikan bahwa pembelajaran dapat disesuaikan dengan karakteristik peserta didik yang berbeda-beda dan sesuai dengan kebutuhan mereka.
Sebelum program ini diterapkan, pembelajaran di SDN Margorejo I/403 Surabaya masih sangat terpusat dan kurang memperhatikan kebutuhan individu siswa. Guru-guru masih sering menggunakan metode pembelajaran yang monoton, seperti ceramah dan tanya jawab. Mereka belum mempertimbangkan modalitas belajar siswa yang berbeda. Rencana pembelajaran juga belum memadai dalam mengakomodasi perbedaan kebutuhan belajar.
Setelah implementasi Program Merdeka Belajar dan Pembelajaran Berdiferensiasi, terjadi sejumlah perubahan positif dalam pembelajaran di SDN Margorejo I/403 Surabaya:
Pertama, pembelajaran jadi lebih menyenangkan karena siswa merasa lebih senang dalam proses pembelajaran. Mereka tidak lagi merasa terkekang oleh pembelajaran yang kaku dan monoton.
Kemudian, siswa juga lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru. Ini karena pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
Ketiga, siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Mereka terlibat lebih banyak dalam diskusi kelas dan berani melakukan presentasi di depan kelas.
Keempat, peran guru juga berkembang. Guru tidak lagi hanya menjadi pemberi informasi, tetapi berperan sebagai fasilitator pembelajaran. Mereka merancang strategi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan belajar masing-masing siswa.
Kelima, dalam hal inovasi pembelajaran, guru menjadi lebih inovatif dalam membuat media pembelajaran yang menarik dan efektif. Guru juga lebih cermat dalam menyusun penilaian sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik peserta didik.
Yang tak kalah penting, ada ruang kolaborasi dengan orang tua siswa, yang ikut terlibat dalam pembelajaran sebagai narasumber. Ini meningkatkan dukungan terhadap pembelajaran anak-anak mereka.
Tak hanya itu yang menunjukkan keseriusan dari SDN Margorejo I/403 Surabaya dalam melaksanakan Kurikulum Merdeka. SD yang ternyata juga lolos sebagai pelaksana Program Sekolah Penggerak (PSP) tersebut, di tahun pertama dan keduanya sebagai pelaksana PSP juga telah berhasil membuahkan buku P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) untuk siswa dan guru yang dicetak sebanyak 100 eksemplar dan telah dilengkapi dengan Asesmen Formatif dan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) untuk Fase A (kelas 1) dan Fase B (kelas 4)
(Catatan ini hasil ‘Salipan (Saling Liputan) ke Sekolah’ tim PDM 07 (Publikasi) Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jawa Timur/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Dokumentasi Kegiatan SDN Margorejo I/403 Surabaya)