Dari Buku Deep Learning: Engage the World Change the World
Dalam dunia pendidikan saat ini, hubungan antara siswa, guru, keluarga, dan dunia luar semakin berkembang dan berubah dengan cara yang signifikan.
Dalam pembelajaran tradisional, peran guru biasanya sebagai pengajar yang memimpin kelas, tetapi kini, peran guru lebih seperti mitra belajar bagi siswa. Artinya, guru tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga berkolaborasi dengan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari apa yang dikatakan oleh para siswa di Buku Deep Learning: Engage the World Change the World, yang merasa lebih mudah belajar dari teman sebayanya daripada hanya mendengarkan penjelasan dari guru.
Selain itu, mereka juga merasa penting untuk terhubung dengan orang-orang di luar lingkungannya, karena itu membuka peluang dan wawasan yang lebih luas. Dan ketika siswa merasa bangga dengan hasil kerja mereka dan ingin mendapatkan masukan, artinya mereka tidak hanya belajar untuk lulus, tetapi juga untuk tumbuh dan berkembang.
Kemitraan pembelajaran yang dimaksud di sini adalah hubungan antara siswa, guru, keluarga, dan komunitas yang lebih erat dan saling mendukung. Dengan memperluas hubungan ini, pembelajaran menjadi lebih nyata, relevan, dan terkait dengan kebutuhan serta minat siswa, baik di tingkat lokal, nasional, maupun global. Pembelajaran pun tidak lagi terbatas pada (di dalam) ruang kelas saja, melainkan lebih berbasis pada pengalaman hidup yang lebih luas (melibatkan berbagai pihak di luar kelas yang memberi dampak positif terhadap cara belajar siswa).
Agar perubahan ini bisa berjalan dengan baik, dibutuhkan peran baru dari siswa, guru, keluarga, dan komunitas untuk bekerja sama membentuk hubungan belajar yang lebih efektif dan terencana. Namun, untuk mencapai hubungan yang kuat dan autentik tersebut, dibutuhkan usaha yang menuntut kesadaran dari semua pihak yang terlibat. Ini bukan sesuatu yang akan terjadi secara otomatis (begitu saja), melainkan membutuhkan perhatian dan komitmen untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang saling mendukung dan bermakna.
Kahukura Cluster di Christchurch, Selandia Baru
Bagaimana 6C mempengaruhi hubungan antara guru dan siswa, hubungan antar siswa, serta dampak dari praktik kolaborasi atau kemitraan belajar tersebut.
6C: Enam kompetensi utama dalam pembelajaran mendalam (deep learning) yang disebut 6C, yaitu:
Menyatukan Kekuatan lewat Kolaborasi dan Mitra Belajar
Waktu kami baru mulai, guru dan siswa masih ada di tahap awal dalam hal kerja sama. Tapi sekarang keadaannya sudah berubah jauh. Setelah kami mulai memakai bahasa yang biasa digunakan siswa dalam kegiatan sehari-hari, mereka jadi lebih tahu posisi mereka saat ini dan langkah apa yang harus diambil untuk berkembang.
Waktu kami baru mulai, guru dan siswa masih ada di tahap awal dalam hal kerja sama: Saat pertama kali mulai, guru dan siswa belum terbiasa bekerja sama dan belum tahu cara bekerja sama dengan baik.
Anak-anak mulai benar-benar mempraktikkan kerja sama dalam banyak kegiatan seperti saat duduk melingkar (pertemuan kecil), saat berdiskusi kelompok, menulis, membaca, dan dalam tugas-tugas lainnya. Kami melihat bahwa hasil kerja mereka makin bagus, dan ide-ide mereka juga makin dalam. Mereka mulai memikirkan bukan cuma apa yang mereka kerjakan sendiri, tapi juga apa yang dilakukan teman-teman di sekitarnya (teman-temannya yang lain).
Kami juga menggunakan metode tradisional Māori bernama Tuakana Teina, yaitu pendekatan belajar antara siswa yang lebih tua dan lebih muda. Guru melihat bahwa siswa yang lebih tua jadi lebih paham dan lebih sabar karena mereka berperan sebagai teman belajar bagi adik kelasnya.
Maksudnya: Guru melihat bahwa siswa yang lebih tua jadi makin paham pelajaran karena harus menjelaskan ke adik kelasnya. Mereka juga jadi lebih sabar dan pengertian karena harus membantu temannya yang lebih muda belajar.
Siswa sendiri merasakan manfaat dari cara belajar ini. Ada yang bilang, “Belajarnya jadi lebih enak karena saya nggak harus dengar hal-hal yang sudah saya tahu.” Mereka juga bisa menjelaskan dengan jelas posisi mereka sekarang dan apa yang harus dilakukan untuk naik ke tahap berikutnya.
Maksudnya: Mereka bisa dengan mudah bilang mereka sudah sampai di tahap mana, dan tahu apa yang perlu dilakukan supaya bisa lebih maju lagi.
Seorang siswa bahkan berkata, “Saya senang karena kemampuan literasi saya meningkat.”
Catatan Kami
Kunci Memperkuat Hubungan dan Meningkatkan Prestasi Siswa
Kisah perubahan yang terjadi di sebuah sekolah di Selandia Baru ini menjadi contoh nyata bagaimana pembelajaran kolaboratif dapat mengubah cara guru dan siswa berinteraksi. Pada awalnya, baik guru maupun siswa berada di level paling dasar dalam hal kerja sama. Namun, dengan penerapan pendekatan yang memasukkan bahasa siswa dalam aktivitas sehari-hari, keduanya mulai melihat posisi mereka dan jalur yang harus ditempuh untuk maju.
Penerapan teknik tradisional Māori, Tuakana Teina, memperkuat hubungan belajar antar siswa yang lebih tua dan lebih muda. Guru melaporkan bahwa siswa yang lebih tua tidak hanya memahami materi dengan lebih dalam, tetapi juga menunjukkan peningkatan kesabaran dan toleransi. Mereka belajar menjadi mentor yang efektif bagi teman sebayanya.
Dampak dari pendekatan ini dirasakan langsung oleh siswa yang mampu mengartikulasikan posisi mereka dalam proses belajar serta langkah-langkah yang harus diambil untuk meningkatkan kemampuan mereka. Mereka mengaku lebih terlibat dan merasa belajar menjadi lebih bermakna karena tidak dipaksa mengikuti pola belajar yang monoton. Misalnya, siswa merasa senang karena tidak perlu mengulang materi yang sudah dikuasai dan lebih fokus pada pengembangan kemampuan baru.
Model pembelajaran ini membuktikan bahwa kolaborasi bukan hanya alat untuk belajar bersama, tetapi juga sarana untuk mengembangkan sikap sosial dan rasa percaya diri. Ini adalah bukti bahwa ketika siswa diberdayakan untuk aktif dalam proses belajar, mereka dapat mencapai hasil yang lebih baik dan merasa dihargai dalam komunitas belajar. Pendidikan yang mengedepankan kolaborasi seperti ini layak menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain yang ingin meningkatkan kualitas pembelajaran secara menyeluruh.
(Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Google Image)