Courier: The Call of The Forest

Sabtu, 27/09/2025 WIB | 16

Keadaan ini sangat mengejutkan di saat kita mulai memahami betapa pentingnya peran hutan untuk kehidupan di bumi, hutan-hutan itu justru menghilang di depan mata kita. Hutan adalah rumah bagi lebih dari 70 persen spesies hewan darat di dunia. Kini, kita tahu betapa vitalnya hutan untuk menjaga siklus air dan mengatur iklim. Namun, ekosistem yang sangat penting ini, yang mendukung 1,6 miliar orang, sedang terancam oleh deforestasi besar-besaran, kebakaran, dan penyakit yang disebabkan oleh berkembangnya hama.

Ada solusi untuk menghentikan kerusakan ini, tetapi solusi tersebut harus sebanding dengan pentingnya hutan bagi kehidupan manusia, dan harus melibatkan kontribusi dari ilmu pengetahuan, budaya, dan pendidikan.

Studi yang dilakukan oleh UNESCO berjudul World Heritage forests: Carbon sinks under pressure yang diterbitkan pada 2022, menjelaskan cara-cara untuk melestarikan ekosistem hutan. Dalam studi tersebut, disarankan langkah-langkah untuk beradaptasi dengan perubahan iklim dan juga untuk membuat koridor ekologi. Di Indonesia, misalnya, penerapan sistem peringatan kebakaran telah membantu mempercepat waktu yang dibutuhkan pihak berwenang untuk bertindak. Contoh lain adalah Situs Warisan Dunia Trinational Sangha, yang terletak di antara Kamerun, Republik Afrika Tengah, dan Republik Demokratik Kongo. Di sana, pembentukan zona penyangga membantu melestarikan kemampuan hutan untuk menyerap karbon. Hutan-hutan yang ada dalam kawasan cagar biosfer UNESCO juga sedang melaksanakan berbagai inisiatif untuk menjalin hubungan yang lebih baik dengan makhluk hidup di dalamnya.

Salah satu solusi lain adalah memberikan hak lebih besar kepada masyarakat adat dalam pengelolaan hutan. Banyak studi menunjukkan bahwa tingkat deforestasi jauh lebih rendah di daerah-daerah yang dikelola oleh mereka.

Yang dipertaruhkan bukan hanya masa depan planet ini tetapi juga masa depan umat manusia itu sendiri. Hutan selalu memiliki pengaruh besar terhadap ingatan dan imajinasi kolektif kita. Dari Epik Gilgamesh hingga Komedi Ilahi karya Dante, dari nimfa dalam sastra klasik hingga dongeng-dongeng Brothers Grimm dan hutan-hutan suci di Afrika, dalam kerinduan kita akan keajaiban, kita memproyeksikan ketakutan dan fantasi kita ke dalamnya. Memang, nasib hutan tampaknya tak terpisahkan dari nasib kita sebagai umat manusia. Seperti yang pernah diungkapkan Mahatma Gandhi, “Apa yang kita lakukan terhadap hutan-hutan dunia adalah cermin dari apa yang kita lakukan terhadap diri kita sendiri dan satu sama lain.”

BEL (Bantuan Eksplorasi Laman)