Topik: ,

Pembukaan Konferensi Umum UNESCO ke-43, Tonggak Baru Kerja Sama Global

Senin, 03/11/2025 WIB   34
zmzm

Konferensi Umum UNESCO ke-43 resmi dibuka di kota bersejarah Samarkand, Uzbekistan, pada Kamis (30/10). Untuk pertama kalinya dalam lebih dari empat dekade, pertemuan tertinggi UNESCO diselenggarakan di luar markas besarnya di Paris, mempertemukan 194 negara anggota dalam forum global untuk membahas arah baru kerja sama internasional.

Pemilihan Samarkand sebagai tuan rumah mencerminkan pengakuan terhadap peran penting Republik Uzbekistan dalam memajukan nilai-nilai pendidikan, kebudayaan, dan sains. Kota yang dikenal sebagai permata Jalur Sutra ini menghadirkan perpaduan antara sejarah peradaban kuno dan visi masa depan yang modern dan terbuka.

Dalam Upacara Pembukaan di Silk Road Samarkand Congress Hall, Presiden Republik Uzbekistan, Shavkat Mirziyoyev, menegaskan pentingnya memperkuat solidaritas global di tengah tantangan zaman. Ia mengusulkan peluncuran tiga inisiatif global utama: perluasan akses pendidikan inklusif dan berkualitas, pelestarian warisan budaya dunia, serta aksi bersama menghadapi perubahan iklim.

“Samarkand bukan sekadar tempat pertemuan; kota ini adalah jembatan antara masa lalu dan masa depan, antara kebijaksanaan sejarah dan harapan generasi baru,” ujar Presiden Mirziyoyev.

Dalam kesempatan tersebut, Presiden Mirziyoyev juga menganugerahkan Order of Friendship kepada Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay, sebagai penghargaan atas kontribusinya mempererat kemitraan antara UNESCO dan Uzbekistan. Azoulay menyampaikan apresiasi mendalam terhadap kepemimpinan Uzbekistan dan menekankan bahwa Samarkand merupakan simbol nyata dari nilai-nilai perdamaian dan dialog antar-peradaban yang dijunjung UNESCO.

Konferensi Umum ke 43 ini akan membahas isu-isu strategis seperti masa depan pendidikan global, pelindungan warisan budaya, etika ilmu pengetahuan, dan peran teknologi dalam pembangunan berkelanjutan. Sebelum Sidang Pleno dimulai, juga digelar Forum Pemuda UNESCO ke 14 serta Pertemuan Komisi Nasional UNESCO ke 12, yang mempertemukan generasi muda dan perwakilan dari seluruh dunia.

Wakil Delegasi Tetap Republik Indonesia untuk UNESCO, IGAK Satrya Wibawa, menyampaikan pandangannya mengenai arti penting konferensi ini bagi dunia. “Pada konferensi umum ini akan dibahas prioritas global terbaru dan kontribusi kolaborasi dunia dalam memajukan pendidikan, budaya, dan ilmu pengetahuan. Terakhir kali Konferensi Umum UNESCO diadakan di luar Paris adalah tahun 1985, saat Sesi ke 23 diselenggarakan di Sofia, Bulgaria. Untuk Sesi ke43 ini tahun 2025 dilaksanakan di kota Samarkand, Uzbekistan.”

Pada kesempatan sebelumnya, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, Abdul Mu’ti, telah mengumumkan bahwa Bahasa Indonesia akan digunakan dalam Konferesi UNESCO. “Bahasa Indonesia telah menjadi bahasa resmi dalam rapat-rapat UNESCO. Insya Allah nanti pekan ini saya akan ke Uzbekistan. Saya akan berpidato menggunakan Bahasa Indonesia dan menjadi awal dari digunakannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dalam rapat-rapat UNESCO.”

Pernyataan ini menegaskan bahwa Indonesia turut memperkuat posisi diplomasi bahasa dan budaya melalui UNESCO, bukan hanya sebagai komunikasi diplomatik, tetapi sebagai alat pemersatu bangsa dan identitas nasional.

Konferensi yang berlangsung hingga 13 November 2025 ini menjadi momentum bersejarah bagi Uzbekistan dan komunitas internasional. Dengan semangat kerja sama dan saling pengertian, Samarkand kembali mengukir sejarahnya. Kali ini bukan sebagai persimpangan kafilah Jalur Sutra, melainkan sebagai pusat dialog dunia untuk perdamaian, pengetahuan, dan kemajuan umat manusia.

(Direpost dari Kemendikdasmen/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari )

BEL (Bantuan Eksplorasi Laman)