Belajar jadi lebih Mudah dan lebih Menyenangkan

Selasa, 03/06/2025 WIB   844
DSC00777

“Saat saya pertama kali menghadiri presentasi tentang pendidikan luar ruang, saya langsung merasa ini cocok untuk sekolah kami!” An Dubuquoy, kepala sekolah SD “De Bergop” di Tiegem langsung tertarik. Ia membicarakan ide ini dengan seluruh tim, dan semua langsung setuju, “Ini memang cocok untuk kita. Dan (pada saat itu) di akhir tahun ajaran 2014-2015, kami pun memutuskan, ayo kita jalankan!”

Tahap awal

“Hampir tidak ada penolakan di sekolah kami. Kami mulai mencoba-coba dengan cara coba dan salah (belajar sambil jalan, kalau salah ya diperbaiki, terus dicoba lagi). Kami menambahkan tulisan ‘Sekolah Luar Ruang’ di depan nama sekolah kami di papan nama di pinggir jalan. Itu juga berarti: ‘Tidak ada jalan kembali, kami tidak akan mundur.’ Tidak ada yang saya paksa. Tidak ada aturan seperti: ‘Kamu harus membawa kelasmu ke luar setidaknya sekian kali atau sekian menit.’

Setiap guru diberi kebebasan untuk berkembang sesuai dengan kecepatan masing-masing. Tidak semua orang bisa cepat. Harus sesuai dengan diri mereka. Sebagai guru, kita harus menyukainya dulu. Antusiasme seorang guru akan mempengaruhi anak-anak.”

Sejak awal, kami mencoba tetap mengikuti kurikulum, dengan membuat pelajaran luar ruang yang benar-benar nyata seperti aktivitas matematika, kosa kata bahasa Prancis, tema W.O. (dunia sekitar) … Tantangan kreatifnya adalah mencari cara mengajar yang cocok untuk dilakukan (diterapkan) di luar kelas.

Kami mendapat banyak informasi yang menginspirasi dari MOS dan dari perguruan tinggi VIVES serta UCLL. Semua metode yang kami kumpulkan ini kami beri nama “permainan luar ruang”. Permainan atau metode yang sama bisa digunakan untuk berbagai isi pelajaran yang berbeda.

MOS (Peduli Lingkungan di Sekolah): Sebuah program pendidikan lingkungan yang membantu sekolah-sekolah menjadi lebih ramah lingkungan. Program ini mendorong siswa, guru, dan seluruh komunitas sekolah untuk peduli terhadap alam dan menerapkan kebiasaan berkelanjutan, seperti hemat energi, mengelola sampah, dan kegiatan belajar di luar ruang. MOS memberikan inspirasi dan materi untuk mengembangkan kegiatan belajar luar ruang yang juga sejalan dengan kepedulian terhadap lingkungan.

 VIVES (VIVES University of Applied Sciences) dan UCLL (University Colleges Leuven-Limbur): 2 perguruan tinggi di Belgia, khususnya di wilayah Flanders, yang cukup dikenal di bidang pendidikan dan pelatihan guru. Keduanya turut memberikan metode, ide, dan inspirasi praktis untuk kegiatan belajar di luar kelas, yang kemudian dikembangkan oleh sekolah menjadi “permainan luar ruang”.

Memang butuh waktu persiapan ekstra. Menggunakan buku kerja itu mudah, tapi untuk pembelajaran di luar ruang, guru harus membuat sendiri materi ajarnya—dan itu memakan waktu. Guru akhirnya dituntut berubah menjadi pendidik (pengajar) yang sangat kreatif.

Guru berubah menjadi pelatih yang sangat kreatif: Guru tidak lagi hanya mengajar dengan cara biasa di dalam kelas, tapi juga berperan aktif sebagai pembimbing yang harus memikirkan cara-cara baru, menarik, dan menyenangkan agar anak-anak bisa belajar di luar ruang (kelas).

Para guru kini sudah memiliki banyak bahan ajar yang dulu pernah mereka buat, jadi tidak perlu mulai dari awal lagi setiap kali mengajar di luar ruang. Semakin lama, materi yang mereka kumpulkan semakin banyak dan beragam.

Tapi meskipun sudah memiliki banyak bahan, mereka tetap butuh ide-ide baru agar tidak kehabisan inspirasi. Karena itu, mereka mengikuti proyek Erasmus—yaitu program kerja sama antar negara di Eropa—untuk belajar dari pengalaman sekolah-sekolah di luar negeri.

Saat itu, kami juga mengajukan ide (usulan) agar dibuat kumpulan materi pembelajaran (permainan luar ruang) yang dibuat oleh sekolah-sekolah di dalam negeri, yang dikumpulkan di dalam satu database (pusat data), agar semua guru bisa mengakses dan menggunakannya bersama-sama, untuk saling menginspirasi dan memudahkan saat menyiapkan pembelajaran luar ruang.

Dalam banyak permainan luar ruang, anak-anak memang didorong untuk bekerja sama. Mereka diminta (diajak) menyelesaikan tugas secara berkelompok dan saling membantu. Karena itu, kemampuan sosial anak lebih sering berkembang saat belajar di luar ruang dibandingkan di dalam kelas.

Intinya, cara kita memperlakukan anak-anak juga berbeda. Di kelas, guru biasanya berdiri di depan, dan anak-anak duduk memperhatikan. Guru sering memberi peringatan seperti: “Duduk yang tenang,” “Kertasmu jatuh lagi,” atau “Duduk yang tegak.”

Tapi saat di luar, anak-anak memang harus terus bergerak untuk menyelesaikan tugas mereka—jadi tidak perlu lagi koreksi-koreksi kecil seperti itu.

Bahkan anak-anak dengan ADHD pun jadi tidak terlalu menonjol atau tampak ‘bermasalah’, karena mereka bisa bergerak bebas. Sesederhana itu.

Pengaruhnya bagi para guru

Para guru sangat menikmati kegiatan ini. Mereka melihat sendiri dampaknya pada anak-anak, dan itu memberi mereka rasa puas yang besar. Mereka juga saling menyemangati. Misalnya, mereka menggunakan blog sekolah untuk saling menginspirasi—dengan berbagi laporan singkat tentang aktivitas yang sudah dilakukan.

Semuanya berlangsung dengan cukup santai, tidak kaku. Mereka juga sering tahu apa yang dilakukan guru lain, karena kadang beberapa kelompok berada di luar secara bersamaan. Lagipula, kami tidak membuat aturan khusus tentang siapa yang boleh atau harus keluar, dan kapan waktunya.

Para guru sendiri menyadari bahwa cara mereka berinteraksi dengan anak-anak telah berubah. Mereka jadi lebih dekat dan lebih percaya satu sama lain. Mereka merasa ada hubungan yang lebih kuat dengan siswa.

Guru-guru yang sudah mengajar di sekolah ini selama bertahun-tahun pun merasa puas dengan perubahan ini. Itu membuat kami merasa tenang, karena mereka bisa membandingkan dengan kondisi sebelumnya.

Semakin banyak sekolah yang ikut bergabung, bisa jadi (mungkin) dalam beberapa tahun ke depan, kita bisa mulai bertukar ide yang lebih mendalam satu sama lain.

Pengaruhnya bagi siswa

 Di awal, kami sempat ragu, apakah anak-anak akan lebih mudah terdistraksi? Apakah mereka akan melamun atau memperhatikan kupu-kupu lewat lalu pergi begitu saja? Tapi ternyata itu tidak terjadi.

Anak-anak justru belajar untuk lebih fokus, lebih terlibat, dan lebih berkonsentrasi. Hanya anak-anak kecil di kelas awal (kelas masuk) yang masih mudah teralihkan, tapi mulai dari TK kelompok B, mereka sudah mulai terbiasa.

Kami melihat bahwa interaksi antar anak jadi lebih baik, mereka lebih saling menghargai, dan pertengkaran jadi lebih sedikit. Yang paling penting, belajar di luar ruang membuat mereka lebih semangat untuk belajar, karena bentuk belajarnya aktif dan menyenangkan.

 Belajar jadi menyenangkan — dan kenapa itu tidak boleh?

Belajar jadi menyenangkan — dan kenapa itu tidak boleh?: Kalau belajar bisa dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan membuat anak-anak lebih semangat, lalu mengapa tidak dibolehkan atau dianggap salah? Kalimat ini menantang pandangan lama yang mungkin menganggap bahwa belajar harus serius, diam, dan hanya bisa terjadi di dalam kelas. Padahal, belajar yang menyenangkan justru bisa membuat anak-anak lebih terlibat dan paham.

Bagi kami sudah jelas, kemampuan belajar, konsentrasi, kesejahteraan, dan keterlibatan anak-anak meningkat.

Apakah kami bisa membuktikannya dengan angka-angka yang tak terbantahkan? Belum. Dan justru karena itu, kami merasa perlu ada lebih banyak penelitian ilmiah untuk mengonfirmasi hal-hal ini.

Kami terus menerima sinyal dari anak-anak bahwa mereka sangat senang. Mereka terus-menerus meminta untuk melakukan lebih banyak kegiatan di luar ruang.

Ketika mereka naik kelas dan guru barunya tidak sesering guru sebelumnya mengajak keluar, mereka bisa saja bertanya: “Kapan kita ke luar lagi?”

Menurut guru TK kami, anak-anak jadi lebih jarang sakit. Guru olahraga kami juga memperhatikan bahwa kondisi fisik siswa saat mengikuti kegiatan olahraga setelah sekolah terlihat lebih baik. Mereka juga lebih banyak berjalan kaki di sini.

Mereka juga lebih banyak berjalan kaki di sini: Anak-anak menjadi lebih aktif bergerak, khususnya dengan berjalan kaki, karena kegiatan belajar dilakukan di luar ruang. Misalnya, mereka harus berpindah tempat untuk mengerjakan tugas, menjelajah lingkungan sekitar, atau mengikuti permainan edukatif di alam.

Memang, semua sinyal ini sulit dibuktikan secara ilmiah, tapi rasanya jelas bahwa berada di luar dan banyak bergerak pasti punya efek positif bagi Kesehatan.

Kalau seseorang pernah mengalami sesuatu secara langsung, mereka akan lebih mudah mengingatnya. Pengetahuan yang diperoleh secara langsung dan pengalaman yang menyentuh hati sangatlah berharga.

Belajar menghadapi dan mengelola risiko

“Kami juga terus memperluas kegiatan luar ruang, dan itu berarti kami juga menambah risiko.”

Misalnya, kami mulai melakukan perubahan pada taman sekolah. Di bagian belakang taman, anak-anak bermain dengan ranting, batang pohon, ban bekas, dan potongan kayu besar.

Secara umum, memang ada kemungkinan terjadi kecelakaan di sana — tapi mereka sangat menikmatinya. Setiap hari mereka pulang dalam keadaan kotor dari ujung kepala sampai kaki.

Selain itu, kami juga menyadari bahwa hujan ternyata tidak sesering yang kami kira. Anak-anak tidak merasa kedinginan, karena mereka terus bergerak. Justru gurulah yang sering kedinginan karena hanya berdiri diam.

Kami mulai melakukan perubahan pada taman sekolah: Sekolah mulai mengatur ulang atau menata kembali area taman, agar bisa digunakan sebagai ruang bermain dan belajar di luar kelas. Perubahan ini bisa mencakup:

  • Menambahkan elemen alam, seperti batang pohon, ban bekas, ranting, batu, atau gundukan tanah.
  • Membiarkan taman lebih “alami”, tidak terlalu rapi, agar anak-anak bisa bebas mengeksplorasi dan bermain kreatif.
  • Menjadikan taman sebagai bagian dari lingkungan belajar aktif, bukan hanya tempat istirahat atau pajangan.

Dengan kata lain, taman sekolah diubah fungsinya menjadi “ruang belajar luar ruang” yang menantang, fleksibel, dan mendorong kreativitas serta fisik anak-anak.

Para orang tua sekarang sudah tahu. Setiap kali ada pendaftaran siswa baru atau hari informasi, kami selalu menjelaskan visi kami tentang pembelajaran luar ruang secara menyeluruh, agar para orang tua benar-benar paham apa yang mereka pilih atau akan pilih.

Mereka tahu bahwa anak-anak tidak bisa datang ke sekolah dengan pakaian rapi seperti untuk pergi ke acara khusus, dan lebih baik membawa sepatu bot.

Orang tua memang memilih sekolah ini dengan sadar. Kami juga merasakan bahwa sekarang semakin banyak keluarga yang ingin menjauhkan anak-anak dari layar (gadget/gawai seperti handphone dan lain-lain).

Mereka ingin anak-anak lebih banyak bergerak di luar, termasuk saat di sekolah.

Beberapa saran untuk yang baru ingin memulai

“Anda tidak bisa memaksa atau menekan siapa pun. Lakukan secara perlahan, dengan tenang, beri mereka kebebasan.

Berikan informasi yang cukup, dan tunjukkan contoh materi yang baik dan bisa digunakan. Di saat yang sama, penting juga mencari cara agar seluruh tim guru bisa ikut terlibat.

Kami selalu berharap program ini bisa terus berkembang dengan baik, sehingga makin banyak kegiatan dan pelajaran dilakukan di luar ruang. Tapi memang masih diperlukan penelitian lebih lanjut, agar bisa dibuktikan secara jelas bahwa kegiatan ini memang berdampak positif bagi anak-anak.

Beberapa mantan siswa kami yang saat ini sudah duduk di tahun pertama sekolah menengah, baru-baru ini datang berkunjung. Saya tanya, “Apa hal yang paling sulit bagi kalian sekarang?” Jawaban mereka: “Kami sekarang jauh lebih jarang belajar di luar.”

Kalimat tersebut memberi kesan kuat bahwa pengalaman belajar di luar ruang sangat membekas bagi anak-anak, bahkan setelah mereka pindah ke jenjang pendidikan berikutnya.

(Sumber terjemahan: MOS/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari De Bergop)

 

BEL (Bantuan Eksplorasi Laman)