Belajar Tak Harus di Dalam Kelas: Inspirasi dari Sekolah yang Menyatukan Anak dengan Alam

Selasa, 03/06/2025 WIB   867
De Vlindertuin 9

Siswa-siswa menghitung luas tempat parkir sepeda atau mengidentifikasi serangga di kolam mereka sendiri. Di sekolah Freinet De Vlindertuin – Lille, dunia adalah ruang kelas. “Kami bekerja dengan berorientasi pada pengalaman, memanfaatkan banyak kesempatan belajar yang ada di luar 4 dinding ruang kelas,” kata kepala sekolah Pieter Cnaepkens. “Di sekolah kami, setiap kelas memiliki pintu yang langsung menuju ke luar.”

“Tiba-tiba menjadi jelas mengapa kamu belajar geometri, berhitung tanpa alat bantu (melatih kecepatan berpikir, konsentrasi, dan pemahaman konsep matematika secara mendalam. Biasanya ini diajarkan di sekolah dasar sebagai bagian dari dasar matematika), atau bahasa lain (bahasa asing sebagai pelajaran tambahan di sekolH),” kata Pieter.

“Di dalam kelas, hal-hal ini sering kali tetap terasa abstrak.” Kepala sekolah terinspirasi oleh kegiatan belajar di luar ruangan, “tapi harus tetap punya nilai tambah untuk pembelajaran,” tambahnya.

Contoh yang bagus adalah pasar sayuran hasil panen sendiri yang diatur oleh para siswa. “Dengan cara ini, siswa bisa menggunakan kembali uang hasil penjualan, misalnya untuk membeli benih tahun depan,” kata Pieter. “Bisa kamu bayangkan: Proses menentukan harga, mengelola uang di kasir — tidak ada latihan di buku pelajaran yang bisa menyaingi pengalaman itu.”

Pekerjaan yang belum ada saat ini

Untuk belajar tentang alam, belajar di luar ruangan adalah langkah yang masuk akal. Tapi, masih banyak cara belajar lain di luar sekolah. Pieter bilang, “Kami pergi jalan-jalan ke toko-toko dekat sini untuk belajar bagaimana ekonomi berjalan, atau kami hitung kecepatan dalam meter per detik dari hasil lomba lari jarak jauh di sekolah.”

Di taman bermain ada pohon untuk memanjat, dan di pinggirnya ada hutan kecil yang penuh dengan ranting dan beberapa palet kayu, yang dipakai untuk membuat kemah. “Saat orang lain melihat bahaya, kami melihat kesempatan: Saat bermain, anak-anak belajar menilai risiko.” Bonus yang bagus tentu saja adalah kemampuan motorik dan pemahaman teknis yang mereka kembangkan saat membuat kemah.

Sekolah ini ingin membuat cara belajar jadi lebih baik dan juga mengajarkan cara hidup bersama. Fokusnya adalah kemampuan seperti keterampilan sosial, kreativitas, kerja sama, dan belajar mandiri.

Pieter berkata, “Kita harus mempersiapkan beberapa anak untuk pekerjaan yang mungkin belum ada sekarang.” Tapi, dia juga bilang, “Dunia luar, tempat kita sukses dengan bekerja sama, akan tetap ada, asal kita bisa jaga agar kondisinya tetap baik,” dia berpikir hati-hati soal perubahan iklim. “Dan cara terbaik belajar itu memang di dunia nyata, di luar kelas.”

Mempersiapkan beberapa anak untuk pekerjaan yang mungkin belum ada sekarang: Menyiapkan beberapa anak supaya siap menghadapi pekerjaan di masa depan yang saat ini belum ada atau belum dikenal. Jadi, anak-anak belajar bukan hanya untuk pekerjaan yang ada sekarang, tapi juga untuk pekerjaan baru yang mungkin akan muncul nanti. Misalnya: Mereka dilatih berpikir kreatif dan bisa bekerja sama karena pekerjaan masa depan mungkin membutuhkan kemampuan tersebut, walaupun jenis pekerjaannya belum bisa diprediksi sekarang.

Sumbangan air hujan dan parlemen anak-anak

“Kata ‘bersama’ punya makna yang benar-benar baru di sini,” kata Pieter. Orang tua, guru, dan siswa semua berbagi tanggung jawab dan membangun sekolah bersama-sama (ikut bersama-sama menciptakan lingkungan belajar yang baik).

“Misalnya, ada ayah dari salah satu siswa yang saat musim kemarau rela datang ke sekolah untuk memindahkan air hujan dari penampungannya ke penampungan sekolah. Tapi bukan cuma dia — banyak orang tua yang ikut membantu, dan kami sangat berterima kasih kepada mereka semua.”

Sejak pelajaran luar ruangan mulai berkembang, terjadi perubahan dalam rasa kepemilikan (memiliki) terhadap area luar sekolah.

“Awalnya, justru para orang tualah yang banyak membantu merancang area luar itu,” kata kepala sekolah. “Sekarang, tim guru sendiri yang menyampaikan apa saja yang mereka butuhkan untuk pelajaran di luar ruangan — tentu saja, keterlibatan orang tua tetap sangat penting.”

Sekolah juga melibatkan para siswa dalam proses ini. Setiap 2 minggu sekali, ada rapat dewan kelas anak-anak (siswa).

“Rapat ini khusus membahas hal-hal yang terjadi di dalam kelas,” kata Pieter. “Semua pertanyaan, ide, atau bahkan pujian bisa disampaikan dalam kelompok.”

Lalu, setiap 2 bulan sekali, ada parlemen anak-anak yang diikuti oleh perwakilan dari setiap kelas. “Di sana, anak-anak mengajukan ide untuk hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan sekolah. Misalnya, ada usulan untuk mengadakan survei tentang seberapa banyak sampah yang dihasilkan tiap kelas,” lanjut Pieter.

“Tujuannya agar mereka sendiri yang menjalankan ide itu. Memang prosesnya bisa jadi lebih lama, tapi ini juga jadi kesempatan belajar tentang cara mengambil keputusan dan mengatur sesuatu.”

Maksudnya: Anak-anak tidak hanya ikut belajar, tapi juga ikut ambil bagian dalam membuat keputusan. Mereka diajarkan untuk berpikir, berdiskusi, dan bertanggung jawab atas ide yang mereka usulkan sendiri.

Banyaknya yang membantu menyiram membuat pekerjaan jadi ringan

Sebagai guru yang paling ahli dalam urusan tanaman, Pak Jo sangat bersemangat membuat semua siswa tertarik pada alam dan pelajaran luar ruangan.

Menurut Pieter, semangat seperti itu memang sangat dibutuhkan. “Luar biasa melihat bagaimana murid-murid jadi termotivasi hanya dengan mendengar cerita Pak Jo tentang kebun sayur,” katanya. “Kita bisa melihat antusiasme mereka tumbuh, begitu juga dengan kepedulian mereka terhadap alam.”

“Pendampingan dan bimbingan dari pembina MOS kami sangat bermanfaat selama 15 tahun terakhir,” kata Pieter.

MOS (Peduli Lingkungan di Sekolah): Sebuah program pendidikan lingkungan yang membantu sekolah-sekolah menjadi lebih ramah lingkungan. Program ini mendorong siswa, guru, dan seluruh komunitas sekolah untuk peduli terhadap alam dan menerapkan kebiasaan berkelanjutan, seperti hemat energi, mengelola sampah, dan kegiatan belajar di luar ruang. MOS memberikan inspirasi dan materi untuk mengembangkan kegiatan belajar luar ruang yang juga sejalan dengan kepedulian terhadap lingkungan.

Selama libur musim panas, area sekolah juga dibuka untuk kegiatan remaja dan bermain anak-anak. Warga sekitar pun ikut terlibat sebagai relawan, membantu merawat kebun sayur sekolah. “Tomat itu memang matangnya pas liburan musim panas,” ujar Pieter sambil tertawa.

Baru-baru ini, organisasi Regional Landscape Kleine en Grote Nete juga mulai memberikan dukungan kepada sekolah. “Tergantung proyeknya, kami dibantu oleh para ahli, misalnya untuk meningkatkan keanekaragaman hayati di taman bermain sekolah,” tambahnya.

Regional Landscape Kleine en Grote Nete: Sebuah organisasi atau lembaga lokal di Belgia yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan hidup dan lanskap alam. Organisasi ini membantu sekolah dengan memberikan dukungan teknis dan keahlian, terutama dalam proyek-proyek yang berkaitan dengan alam, seperti meningkatkan keanekaragaman hayati di taman bermain atau mengembangkan ruang hijau di lingkungan sekolah. Bisa dikatakan, organisasi ini adalah mitra sekolah dalam menjaga dan memperkaya lingkungan alam sekitar agar bisa dimanfaatkan sebagai tempat belajar yang menyenangkan dan edukatif.

Guru sebagai pembimbing

Jika siswa merasa sulit untuk berkonsentrasi saat belajar di dalam kelas, mereka — mulai usia tertentu — boleh meminta izin untuk keluar sejenak, menghirup udara segar, atau berjalan-jalan sebentar.

“Mereka melakukannya dengan sangat tertib, dan sering kembali dengan semangat baru hanya setelah (sekalipun hanya) satu menit di luar,” kata Pieter.

Jadi, sekolah memberi kepercayaan kepada siswa untuk mengenali kebutuhan diri sendiri. Ini juga melatih tanggung jawab dan pengendalian diri.

“Guru memimpin jika memang diperlukan, dan membimbing jika memungkinkan. Itulah prinsip kami,” ujar Pieter.

“Anak-anak belajar paling baik lewat pengalaman langsung, di dunia nyata.” Dan pengalaman itu tidak harus selalu terjadi di dalam kelas.

“Sebagai guru, tugas kita adalah mendorong anak-anak untuk mengambil kendali atas proses belajarnya sendiri,” tambah kepala sekolah.

Maksudnya: Guru tidak harus selalu jadi pusat perhatian atau pemberi semua jawaban. Kadang cukup memberi arah, lalu membiarkan anak-anak mencoba sendiri. Dengan cara ini, anak-anak belajar lebih mandiri, lebih percaya diri, dan lebih paham karena mengalami langsung — bukan hanya mendengar atau membaca.

Apakah tidak ada kekurangan dalam belajar di luar ruangan?

“Oh, tentu ada,” kata Pieter sambil tersenyum. “Anak saya sendiri mulai sekolah di sini pada awal September, dan dia pulang dengan pasir di tempat-tempat yang bahkan saya tidak tahu bisa kemasukan pasir!” katanya sambil tertawa.

Catatan kami

Di Sekolah Freinet De Vlindertuin, kelas bukan lagi sekadar 4 dinding. Dunia nyata adalah ruang belajar mereka. Di sini, siswa menghitung luas tempat parkir sepeda, mengenali serangga di kolam sekolah, atau menjual hasil panen kebun sendiri untuk membeli benih tahun depan. Mereka belajar langsung dari pengalaman, bukan hanya dari buku.

Sekolah ini percaya bahwa anak-anak belajar paling baik bila diberi kepercayaan, ruang untuk mencoba, dan pengalaman nyata. Guru bertindak sebagai pembimbing, bukan sekadar penyampai materi. “Guru memimpin jika perlu, dan membimbing jika memungkinkan,” kata kepala sekolah, Pieter Cnaepkens.

Kolaborasi juga jadi kunci. Orang tua, guru, siswa, bahkan tetangga sekitar ikut terlibat merawat kebun sekolah, menyumbang air hujan, dan menjaga lingkungan belajar. Ada parlemen anak-anak, tempat mereka berdiskusi dan menjalankan ide-ide mereka sendiri. Ini bukan hanya pendidikan akademik — tapi juga pendidikan karakter, kepedulian lingkungan, kerja sama, dan kemandirian.

Tentu ada tantangan — anak-anak bisa pulang dengan pakaian penuh pasir. Tapi justru di situlah keseruan dan pembelajaran terjadi.

Intinya, di sekolah ini, belajar bukan hanya tentang pelajaran. Tapi tentang hidup.

(Sumber: MOS/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari MOS)

BEL (Bantuan Eksplorasi Laman)