Dari Buku Deep Learning: Engage the World Change the World
Pembelajaran mendalam (deep learing) berbasis (yang menumbuhkan atau mendorong berkembangnya) 6C (berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, komunikasi, kewarganegaraan/global, dan karakter) bukan sekadar teori, tetapi sudah benar-benar dilakukan sejak lama oleh guru di berbagai negara
Hal tersebut mungkin terasa membingungkan bagi sebagian besar dari kita. Jadi, yuk kita lihat langsung ke beberapa ruang kelas di berbagai negara untuk memahami apa yang membuat cara belajar ini berbeda, dan bagaimana cara ini bisa membantu mengembangkan 6C.
Maksudnya hal tersebut mungkin terasa membingungkan: Banyak orang mungkin belum benar-benar memahami apa itu pembelajaran mendalam dengan kemampuan baru (yang menumbuhkan atau mendorong berkembangnya 6C) dan bagaimana cara kerjanya, sehingga terasa sulit dipahami di awal (karena pendekatannya berbeda dari cara belajar tradisional atau dari cara belajar biasanya).
Tarja Kohlmann, guru sekolah dasar di Sekolah Kirkkojarvi Espoo, Finlandia
Di Finlandia, kami berusaha menciptakan lingkungan belajar yang terbaik untuk siswa. Meskipun kami memiliki gedung sekolah yang modern dan bagus, perubahan besar terjadi sejak kurikulum baru Finlandia diterapkan pada tahun 2018. Melalui keterlibatan dalam program NPDL, kami kini menjadi komunitas belajar yang lebih fokus pada hal-hal penting. Para guru bekerja lebih erat bersama, sehingga cara belajar siswa sangat berbeda dibandingkan metode lama.
NPDL: Singkatan dari New Pedagogies for Deep Learning.
Ini adalah sebuah inisiatif global yang bertujuan membantu sekolah, guru, dan siswa menerapkan pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning). Pendekatan ini fokus pada pengembangan 6 kompetensi utama yang disebut 6C, yaitu:
Jadi NPDL mendorong cara belajar yang lebih bermakna, relevan dengan kehidupan nyata, serta menekankan pada kolaborasi, pemecahan masalah, dan keterlibatan siswa dalam proyek-proyek yang berdampak nyata di dunia sekitar mereka. Program ini melibatkan kemitraan sekolah-sekolah dari berbagai negara untuk saling belajar dan berbagi praktik baik.
Saat ini, siswa sedang mengerjakan proyek yang menantang terkait perubahan iklim. Mereka sangat antusias karena awalnya mereka belum banyak tahu, sehingga mereka harus mencari informasi, memahami masalah, dan merancang solusi. Kami mendorong mereka untuk menggali lebih dalam, misalnya dengan menghubungi para ahli atau berdiskusi dengan teman dan keluarga dengan cara yang baru.
Kami melihat cara belajar ini membangkitkan imajinasi siswa. Mereka benar-benar terlibat saat mencoba menerapkan solusi, mengevaluasi hasilnya, dan merefleksikan apa yang telah mereka lakukan. Siswa memakai platform kolaboratif untuk berkomunikasi dan mencatat perkembangan mereka, sehingga saya bisa langsung mengikuti proses mereka, baik saat mengalami kesulitan maupun keberhasilan.
Dengan metode ini, siswa didorong untuk memikirkan peran mereka sebagai warga dunia, menjadi pengguna informasi yang kritis, komunikator, dan bekerja sama dalam tim. Cara belajar ini membantu mereka memahami secara mendalam dan mengembangkan kreativitas.
Selain itu, mereka juga membangun karakter yang akan berguna saat mereka menghadapi dunia nyata, sehingga pembelajaran menjadi bagian alami dalam hidup mereka.
Catatan kami
Ketika Perubahan Iklim Menjadi Proyek Belajar di Kelas
Di Espoo, Finlandia, pembelajaran di sekolah dasar kini tidak lagi berpusat pada ruang kelas semata. Sekolah menjadi komunitas belajar yang aktif dan dinamis. Hal ini terlihat jelas sejak diberlakukannya kurikulum baru yang mendorong pengajaran berbasis kolaborasi dan keterlibatan mendalam siswa dalam isu-isu global.
Dengan dukungan program NPDL, para guru tidak lagi bekerja sendiri-sendiri. Kolaborasi antarpendidik semakin kuat, dan pendekatan pembelajaran pun berubah secara signifikan. Proses belajar yang dulunya bersifat satu arah kini bergeser menjadi pengalaman yang menantang dan melibatkan pemikiran kritis siswa.
Salah satu contoh konkret adalah proyek pembelajaran yang mengangkat tema perubahan iklim. Siswa tidak hanya diminta memahami materi dari buku, tetapi juga menggali informasi dari berbagai sumber, menganalisis permasalahan lingkungan, dan merancang solusi yang relevan. Proses ini membentuk kebiasaan berpikir analitis sejak dini.
Pendekatan ini mendorong siswa untuk tidak berhenti pada pengumpulan informasi. Mereka diajak berinteraksi dengan pakar dan melibatkan keluarga serta teman dalam diskusi. Interaksi semacam ini memperluas cara mereka memahami dunia dan melatih kemampuan komunikasi lintas konteks.
Dalam prosesnya, siswa mendokumentasikan semua kegiatan mereka di platform kolaboratif. Guru dapat memantau perkembangan mereka secara langsung, termasuk saat mereka mengalami kesulitan atau berhasil menemukan solusi. Setiap langkah menjadi bagian dari proses pembelajaran yang utuh.
Model pembelajaran ini tidak hanya meningkatkan pemahaman akademik siswa, tetapi juga menanamkan kesadaran akan peran mereka sebagai warga dunia. Mereka dilatih untuk menjadi pengguna informasi yang kritis, komunikator yang efektif, dan rekan kerja yang kolaboratif.
Dampaknya tidak terbatas pada keberhasilan proyek. Siswa secara perlahan membentuk karakter dan nilai-nilai yang akan mereka bawa ke kehidupan dewasa. Pendidikan tidak lagi sekadar tugas sekolah, melainkan bagian dari cara mereka memandang dan menjalani hidup.
Dengan memadukan kurikulum yang progresif dan praktik pembelajaran yang kontekstual, sekolah-sekolah di Finlandia menunjukkan bahwa isu global seperti perubahan iklim bisa menjadi media belajar yang membangun kesadaran, keterampilan, dan karakter siswa secara menyeluruh.
(Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Google Image)