Abu Rayhon Beruniy, yang lahir pada tahun 973 di Kath, Khwarizm (sekarang Uzbekistan), adalah salah satu tokoh paling luar biasa dalam Zaman Keemasan Islam.
Ia dikenal sebagai seorang polymath, atau cendekiawan yang memiliki banyak keahlian di berbagai bidang, seperti astronomi, matematika, geografi, geologi, farmakologi, dan antropologi.
Beruniy telah memberikan kontribusi besar dalam ilmu pengetahuan, yang menjadikannya salah satu tokoh penting dalam sejarah intelektual dunia.
Edisi khusus The UNESCO Courier ini, memberikan gambaran mendalam tentang karya-karya besar Beruniy dan warisannya yang abadi.
Masa kecil Beruniy ditempuh di tengah kondisi politik yang penuh gejolak. Namun, hal ini justru memperkaya perjalanan intelektualnya.
Selama hidupnya, Beruniy melakukan perjalanan jauh dan berinteraksi dengan berbagai budaya serta sistem pengetahuan yang berbeda.
Rasa ingin tahunya yang besar membuatnya terus mencari ilmu, tidak terhalang oleh batasan geografi atau budaya. Ia berusaha memahami alam semesta secara menyeluruh dan mendalam.
Salah satu pencapaian terbesar Beruniy adalah perhitungannya tentang keliling bumi, yang sangat akurat untuk zaman itu.
Beruniy menggunakan pengamatan dan perhitungan matematis yang cermat, yang kemudian menjadi dasar bagi kemajuan ilmu geodesi. Ia juga dikenal karena telah menyusun koordinat 1.029 bintang, sebuah kontribusi besar dalam bidang astronomi Islam.
Semua pencapaian ini membuktikan pemahaman luar biasa Beruniy terhadap dunia di sekitarnya, serta kemampuannya dalam berpikir kritis dan analitis.
Selain sains, Beruniy juga memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap budaya lain. Ia mempelajari bahasa Sanskerta untuk dapat mempelajari teks-teks India yang sangat kaya.
Salah satu karya terbesarnya adalah India, sebuah studi komprehensif yang menggabungkan ilmu pengetahuan, agama, dan filsafat India dengan pandangan dunia Islam. Melalui karya ini, Beruniy memainkan peran penting dalam memperkenalkan pengetahuan India ke dunia Islam dan sebaliknya.
Ia tidak hanya mengadopsi pengetahuan India, tetapi juga menganalisisnya dengan kritis, memberikan interpretasi yang mendalam dan penuh rasa hormat. Karyanya ini berpengaruh besar pada pemikiran Islam dan Eropa selama berabad-abad.
Dalam bidang filsafat, Beruniy tidak ragu untuk mempertanyakan dan mengkritik ide-ide yang dominan pada masanya. Ia sering berdebat dengan para pemikir besar seperti Avicenna, khususnya tentang filsafat Aristotelian dalam hal kosmogoni (asal usul alam semesta), waktu, dan materi.
Beruniy tidak hanya ingin memahami dunia melalui pengamatan ilmiah, tetapi juga melalui refleksi filosofis. Dengan menggabungkan sains empiris dengan pertanyaan filosofis, ia menjadi salah satu pemikir terdepan pada zamannya.
Meskipun banyak karya-karyanya hilang atau rusak akibat waktu, warisan Beruniy tetap hidup. Hanya 33 dari lebih 150 karyanya yang masih ada hingga kini. Meski demikian, karya-karyanya terus menginspirasi para ilmuwan di berbagai bidang.
Pendekatannya yang menggabungkan berbagai disiplin ilmu menjadikannya sosok penting dalam sejarah pemikiran dunia.
Berbagai upaya untuk mendigitalkan dan melestarikan karya-karyanya, ditambah dengan konferensi internasional dan penghargaan Beruniy dari UNESCO-Uzbekistan terkait Etika AI, memastikan bahwa pengaruhnya terus berlanjut, terutama dalam diskusi modern mengenai etika, teknologi, dan pemahaman lintas budaya.
Kehidupan dan karya Beruniy memberikan contoh nyata bagaimana penggabungan ilmu pengetahuan, filsafat, dan pertukaran budaya dapat menghasilkan pengetahuan yang melampaui batas waktu dan ruang.
Warisannya sebagai pelopor dalam bidang agama perbandingan, antropologi, dan sejarah sains mengingatkan kita akan pentingnya dialog antarbudaya dan pencarian pengetahuan tanpa henti.
Di zaman yang penuh dengan kemajuan teknologi dan globalisasi ini, karya-karya Beruniy menjadi bukti kuat bahwa rasa ingin tahu intelektual, berpikir kritis, dan empati budaya adalah kunci untuk memahami dunia secara lebih luas.
Kontribusinya mengingatkan kita bahwa pengetahuan sejati tidak terbatas oleh batasan-batasan, melainkan semakin kaya berkat perbedaan perspektif yang ada.