Gerakan Global yang Diprediksi Bakal Mengubah Wajah Pendidikan di Berbagai Negara

7 jam lalu WIB   10
92aa03_fea96d9d5b9f4c4ea54744925577b3fbmv2

Rekan dari tim global NPDL, yaitu sosiolog Jal Mehta, mendapatkan dana untuk mempelajari contoh-contoh pembelajaran mendalam di sekolah-sekolah menengah di Amerika Serikat. Bersama timnya, dia mengunjungi sekolah-sekolah yang dianggap menerapkan pembelajaran mendalam. Namun, setelah beberapa bulan, dia melaporkan bahwa sayangnya mereka hampir tidak menemukan contoh yang bisa dianggap sebagai pembelajaran mendalam yang sejati (autentik) (Mehta & Fine, 2015). Kemudian, Jal membagikan pandangannya dalam sebuah blog yang berjudul “Deeper Learning: 10 Ways You Can Die” (Mehta & Fine, 2016).

Jal pada dasarnya mengatakan bahwa keadaan yang ada saat ini (status quo) menghalangi penerapan pembelajaran mendalam, bahkan di antara mereka yang mengklaim sedang melakukannya. Apa yang dia temukan adalah sebuah daya tarik yang menipu, seolah-olah terdengar sangat baik (hebat) sampai akhirnya mereka mencapainya.

Maksudnya: bahwa apa yang ditemukan oleh Jal Mehta adalah sebuah hal yang tampak menarik atau menjanjikan pada awalnya seperti sebuah peluang yang menggoda atau ide yang terdengar sangat baik. Namun, ketika mereka benar-benar mencoba atau mencapainya, kenyataannya tidak sesuai dengan harapan, sehingga yang awalnya terdengar hebat justru berbalik menjadi sesuatu yang mengecewakan atau sulit diwujudkan.

Pengalaman tim global NPDL berbeda karena mereka dengan jelas (secara eksplisit) menggambarkan seperti apa bentuk pembelajaran mendalam itu dan membangun sistem (infrastruktur) orang dan alat untuk mewujudkannya dalam praktik, serta saling belajar dari pengalaman satu sama lain.

Maksudnya: pengalaman yang dimiliki oleh tim global NPDL (New Pedagogies for Deep Learning) berbeda dengan yang ditemukan oleh Jal Mehta. Mereka tidak hanya berbicara tentang konsep pembelajaran mendalam, tetapi mereka secara jelas dan terperinci menjelaskan seperti apa bentuk pembelajaran mendalam yang diinginkan. Mereka juga menciptakan sistem atau infrastruktur yang mencakup orang-orang dan alat yang diperlukan untuk mewujudkan pembelajaran tersebut dalam praktik sehari-hari. Selain itu, mereka juga mendorong proses saling belajar di antara mereka, untuk berbagi pengalaman dan meningkatkan praktik pembelajaran.

Mari bandingkan 10 cara Jal untuk “gagal” dengan 10 cara tim global NPDL untuk mencapai pembelajaran mendalam yang sukses, klik di sini (maaf, akan tayang besok).

Menerapkan pembelajaran mendalam ternyata lebih sulit dari yang dibayangkan (yang diperkirakan orang) karena melibatkan inovasi, hubungan baru, dan penemuan hal-hal yang sebelumnya tidak diketahui. Hal ini juga memerlukan keterlibatan banyak siswa yang sering merasa terasingkan dari sekolah. Proses ini harus bisa menantang pandangan lama yang sudah ada.

Maksudnya: proses pembelajaran mendalam harus mampu mengubah atau menantang pandangan tradisional atau cara berpikir lama yang sudah mapan dan diterima sebelumnya.

Artinya, untuk berhasil mengimplementasikan pembelajaran mendalam, kita perlu melawan kebiasaan atau pola pikir yang sudah ada dan menggantinya dengan pendekatan yang lebih inovatif dan relevan dengan kebutuhan zaman sekarang.

Sejatinya belum ada negara atau wilayah yang mengembangkan kebijakan untuk mendukung pembelajaran mendalam secara menyeluruh. Banyak guru, kepala sekolah, dan pemimpin daerah dalam NPDL menghadapi hambatan dari sistem yang ada (hambatan sistemik), seperti sistem penilaian, rapor, dan cakupan kurikulum. Tim global NPDL mencatat bahwa beberapa negara atau daerah, seperti Finlandia dan British Columbia, baru-baru ini mengumumkan kebijakan kurikulum baru yang mendukung pembelajaran mendalam. Meskipun masih sedikit yang tahu bagaimana cara menerapkan kebijakan ini, perubahan ini mungkin sedang berlangsung.

Maksudnya: meskipun masih banyak yang belum sepenuhnya paham atau memiliki petunjuk jelas tentang bagaimana cara menerapkan kebijakan tersebut, perubahan tersebut kemungkinan sedang berlangsung atau sedang diupayakan untuk diterapkan. Ini menunjukkan adanya proses perubahan meskipun belum sepenuhnya jelas bagaimana langkah-langkah implementasinya.

Pada September 2017, Ontario mengambil langkah kebijakan yang berani untuk mendukung pembelajaran mendalam. Selain meluncurkan rencana Aksi Kesetaraan yang baru dan jelas, provinsi ini membentuk tim eksternal untuk meninjau praktik penilaian yang ada, yang dilakukan oleh Kantor Penilaian dan Kualitas Pendidikan (EQAO). Mereka juga berkomitmen untuk memperbarui kurikulum, termasuk mata pelajaran matematika dan lainnya. Yang menarik, provinsi ini mengusulkan sistem rapor baru yang berdasarkan pada enam keterampilan yang dapat dipindahkan (atau kompetensi global), yaitu berpikir kritis, inovasi dan kreativitas, pembelajaran mandiri, kolaborasi, komunikasi, dan kewarganegaraan. Ini adalah konsep 6C, dengan “karakter” digantikan oleh “pembelajaran mandiri.”

Enam keterampilan yang dapat dipindahkan: enam keterampilan atau kemampuan yang bisa diterapkan di berbagai situasi atau konteks, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Keterampilan ini tidak terbatas pada satu bidang tertentu, tetapi bisa digunakan dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam dunia kerja, pembelajaran, maupun kehidupan sosial. Biasanya, keterampilan ini mencakup kemampuan yang penting untuk berkembang di berbagai bidang, seperti berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, kreativitas, dan lainnya.

Pemerintah-pemerintah lain juga mulai bergerak ke arah yang sama. Pada Oktober 2017, Selandia Baru mengumumkan perubahan kebijakan yang menghapus Standar Nasional dan menggantinya dengan sistem baru yang menggunakan kemajuan pembelajaran serta elemen-elemen lain yang mendukung (kompatibel dengan) pembelajaran mendalam dan 6C. Yang menarik, perubahan di Selandia Baru dan Ontario ini menghilangkan (menghapus) atau mengurangi hambatan sistemik terhadap pembelajaran mendalam, seperti kriteria yang berkaitan dengan penilaian hasil belajar.

Maksudnya: pemerintah-pemerintah di negara lain juga mulai mengambil langkah serupa. Pada Oktober 2017, Selandia Baru mengumumkan perubahan kebijakan yang menghapus Standar Nasional dan menggantinya dengan sistem baru yang lebih menekankan pada perkembangan pembelajaran dan elemen-elemen yang mendukung pembelajaran mendalam serta 6C. Perubahan ini juga menarik karena di Selandia Baru dan Ontario, kebijakan tersebut menghilangkan atau mengurangi hambatan sistemik yang menghalangi penerapan pembelajaran mendalam, seperti aturan atau kriteria yang berhubungan dengan penilaian hasil belajar.

Perkembangan ini memang belum sampai pada membangun infrastruktur kebijakan yang sistematis, tetapi ini menunjukkan apa yang diprediksi oleh tim global NPDL akan menjadi gerakan yang kuat menuju pembelajaran mendalam di seluruh dunia. Pembelajaran mendalam ini mulai menyebar tidak hanya ke pembuat kebijakan tingkat atas, tetapi juga secara luas di tingkat akar rumput.

Maksudnya: meskipun saat ini belum ada kebijakan yang terstruktur secara sistematis untuk mendukung pembelajaran mendalam, perkembangan yang ada menunjukkan bahwa tim global NPDL memprediksi akan ada pergerakan besar menuju pembelajaran mendalam di seluruh dunia. Pembelajaran mendalam ini tidak hanya menarik perhatian para pembuat kebijakan tingkat atas, tetapi juga mulai diterima dan diterapkan di tingkat dasar atau akar rumput, yaitu di sekolah-sekolah dan komunitas pendidikan secara luas. Hal ini menunjukkan bahwa ide pembelajaran mendalam mulai meluas dan diterima di berbagai tingkat dalam sistem pendidikan.

Catatan Kami

Langkah Berani Mengubah Sistem Pendidikan untuk Memaksimalkan Pelaksanaan Pembelajaran Mendalam

Praktik pembelajaran mendalam (deep learning) telah menjadi topik yang banyak dibicarakan di dunia pendidikan, namun implementasinya masih menemui berbagai tantangan.

Sosiolog Jal Mehta, bersama timnya, menerima dana untuk meneliti penerapan pembelajaran mendalam di sekolah-sekolah menengah di Amerika Serikat.

Setelah mengunjungi berbagai sekolah, mereka menemukan bahwa hampir tidak ada contoh yang bisa dianggap sebagai pembelajaran mendalam yang sejati. Temuan ini menunjukkan adanya celah besar antara klaim pembelajaran mendalam yang dilakukan oleh sekolah dan kenyataannya di lapangan.

Pernyataan Jal Mehta mengkritisi status quo yang masih menghambat penerapan pembelajaran mendalam.

Apa yang tampak menjanjikan di awal, ketika benar-benar dicapai, justru tidak sesuai harapan. Ini adalah gambaran nyata bagaimana ide yang terlihat bagus, pada kenyataannya, sering kali sulit untuk diterapkan secara autentik di dalam kelas.

Namun, pengalaman yang dimiliki tim global NPDL berbeda. Mereka tidak hanya berbicara tentang pembelajaran mendalam, tetapi juga dengan jelas menggambarkan seperti apa penerapannya dalam praktik, sambil membangun infrastruktur yang melibatkan orang-orang dan alat yang tepat untuk mewujudkannya.

Dalam perjalanan menuju pembelajaran mendalam, tidak bisa dipungkiri bahwa proses ini sangat menantang. Implementasi pembelajaran mendalam memerlukan inovasi, pembentukan hubungan baru, serta penemuan-penemuan baru yang sebelumnya tidak kita ketahui.

Pembelajaran yang mendalam ini membutuhkan keterlibatan siswa yang mungkin sudah teralienasi dari sekolah, serta menantang pandangan tradisional yang telah lama diterima. Ini adalah upaya untuk meruntuhkan kebiasaan lama yang membelenggu sistem pendidikan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kebijakan yang mendukung pembelajaran mendalam belum sepenuhnya terbentuk di banyak negara. Banyak hambatan sistemik yang ditemui oleh para guru, kepala sekolah, dan pemimpin pendidikan dalam mengimplementasikan pembelajaran ini.

Sistem penilaian yang kaku, rapor yang tidak mendukung, serta kurikulum yang terlalu terfokus pada pencapaian hasil yang sempit, adalah beberapa contoh hambatan yang ada.

Namun, beberapa negara dan wilayah, seperti Finlandia dan British Columbia, mulai mengambil langkah-langkah positif dengan memperkenalkan kebijakan kurikulum yang lebih mendukung pembelajaran mendalam.

Walaupun penerapannya belum sepenuhnya jelas, perubahan ini menunjukkan adanya arah yang positif menuju sistem pendidikan yang lebih relevan dengan kebutuhan zaman.

Pada 2017, Ontario, sebuah provinsi di Kanada, mengambil langkah besar dengan merombak kebijakan kurikulum dan penilaian mereka untuk mendukung pembelajaran mendalam.

Mereka mengusulkan sistem rapor baru yang berfokus pada enam keterampilan yang dapat dipindahkan (bisa diterapkan di berbagai situasi atau konteks), yang lebih dikenal dengan 6C, yaitu berpikir kritis, kreativitas dan inovasi, pembelajaran mandiri, kolaborasi, komunikasi, dan kewarganegaraan.

Ini adalah perubahan besar karena mengalihkan perhatian dari penilaian berbasis konten yang sempit menuju penilaian berbasis keterampilan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja dan kehidupan sosial.

Perubahan serupa juga terjadi di Selandia Baru pada Oktober 2017. Negara ini menghapus Standar Nasional mereka dan menggantinya dengan sistem baru yang lebih mendukung pembelajaran mendalam dan 6C.

Sistem baru ini mengutamakan perkembangan pembelajaran, serta mengurangi atau bahkan menghilangkan hambatan-hambatan sistemik yang menghalangi pelaksanaan pembelajaran mendalam, seperti kriteria yang kaku dalam penilaian hasil belajar. Ini adalah langkah positif yang menggambarkan arah global menuju pendidikan yang lebih mendalam dan holistik.

Walaupun perkembangan ini belum membangun infrastruktur kebijakan yang sistematis, ini adalah tanda yang jelas bahwa pembelajaran mendalam mulai menjadi perhatian global. Gerakan ini semakin meluas, tidak hanya sampai di level pembuat kebijakan, tetapi juga sudah merambah ke akar rumput.

Pembelajaran mendalam kini telah menular, menginspirasi perubahan di berbagai tingkat, dan mulai membentuk sistem pendidikan yang lebih relevan dengan tantangan dunia nyata.

Apa yang kita saksikan saat ini adalah sebuah perubahan besar dalam pendidikan yang melibatkan pergeseran paradigma dari pendidikan yang semata-mata fokus pada hasil ujian menuju pembelajaran yang lebih mendalam, berbasis keterampilan, dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran mendalam ini berfokus pada pengembangan karakter, pemikiran kritis, serta kolaborasi antar individu, yang kelak akan menghasilkan generasi yang lebih siap menghadapi tantangan global.

(Sumber: Deep Learning: Engage The World Change The World/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Google Image)

BEL (Bantuan Eksplorasi Laman)