Kepemimpinan Pendidikan: Mengembangkan Lingkungan Belajar yang Responsif terhadap Trauma

Selasa, 29/04/2025 WIB   639
dsc_0054_2_e1496105230477

Sekolah Paroki St Pius X di Warrnambool, Australia, menunjukkan contoh nyata dalam mengembangkan lingkungan belajar yang responsif terhadap trauma. Kepemimpinan pendidikan yang efektif, hubungan kuat antara guru dengan murid dan murid dengan rekannya, serta program pendidikan menyeluruh menjadi kunci keberhasilan.

Kepemimpinan yang kuat dan visioner memba­ngun tim yang solid dan mendukung. Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah menjadi teladan dalam memperhatikan kenyamanan dan kesejahteraan staf. Model ReLATE (Reframing Learning and Teaching) membantu guru memahami dampak trauma pada murid dan mengembangkan strategi efektif.

Komunikasi efektif dan bahasa bersama mem­bangun hubungan antar staf dan murid. Fokus pada keselamatan emosional, spiritual, sosial, dan fisik menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nya­man. Pertemuan komunitas pagi hadir untuk memantau kesejah­teraan dan memperkuat hubungan.

Hal berharga dari Sekolah St Pius X adalah pen­tingnya hubungan autentik, mengakui keunikan dan kebutuhan setiap individu di dalam komunitas, dan memprioritaskan kesejahteraan dan keselamatan (keamanan). Contoh nyata ini bisa menjadi meng­inspirasi untuk menciptakan lingkungan belajar positif dan mendukung.

Sekolah St Pius X menunjukkan bahwa perubahan positif dimulai dari dalam. Membangun kepercayaan relasional, menghargai peran staf, dan memperha­tikan kenyamanan murid menciptakan lingkungan belajar yang ideal.

Sekolah St Pius X membuktikan bahwa pendi­dikan tidak hanya tentang pengetahuan, tapi juga tentang membangun karakter dan kesejahteraan. Dengan pendekatan yang tepat, bukanlah hal yang mustahil menciptakan generasi yang cerdas, berkara­kter, dan sejahtera.

Hal ini mengingatkan akan pentingnya menginte­grasikan nilai-nilai kehidupan dalam pembelajaran.

Langkah maju yang mereka lakukan:

  • Pengembangan model ReLATE lanjutan.
  • Terus membangun bahasa bersama dan pengatur­an diri.
  • Selalu melibatkan komunitas dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan kesejahteraan.
  • Mengembangkan kepercayaan relasional melalui interaksi sederhana yang bermakna.

 Beberapa tindakan sederhana yang berdampak

  • Pendekatan yang konsisten: Pendekatan yang mengajak anak mengetahui bagaimana seharusnya (batasan-batasan) berperilaku agar mereka dapat hidup dengan baik dan harmonis di tengah masyarakat.
  • Keselamatan: Membangun strategi pemeriksaan (pemantauan) untuk memahami perasaan anak atau remaja agar dapat memastikan kesiapan mereka untuk belajar. Ini bertujuan juga memberikan rasa aman, bebas dari trauma dalam proses belajar mengajar di sekolah.
  • Pemeriksaan: Proses dimana murid diajak untuk berhenti atau berhenti sejenak, bereksplorasi, dan menghargai/mengelola emosinya. Ini berguna bagi murid untuk mengungkapkan perasaannya, dan mengajak murid untuk mampu melihat emosi sebagai aset.
  • Kepercayaan relasional: Melakukan kebaikan, tersenyum dan menyapa murid dan rekan kerja dengan menyebut nama mereka saat bertemu untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif, nyaman dan menyenangkan (membahagiakan).
  • Bahasa bersama: Membangun hubungan melalui pemahaman minat dan latar belakang budaya murid dan staf untuk menciptakan lingkungan belajar yang harmonis.

*Selengkapnya dapat dibaca di sini: halaman 8 – 11

BEL (Bantuan Eksplorasi Laman)