Topik: ,

KNIU Tegaskan Komitmen Global dalam Pertemuan Antarkawasan UNESCO ke-12 di Samarkand

Selasa, 04/11/2025 WIB   18
lkll

Menjelang pelaksanaan Konferensi Umum UNESCO ke-43, Pertemuan Antarkawasan Komisi Nasional untuk UNESCO ke-12 (12th Interregional Meeting of National Commissions for UNESCO) resmi digelar di Samarkand, Uzbekistan. Forum ini mempertemukan perwakilan Komisi Nasional UNESCO dari berbagai kawasan dunia untuk mengonsolidasikan pandangan dan komitmen antarnegara dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, serta komunikasi dan informasi — empat pilar utama UNESCO.

Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) turut hadir dalam forum strategis ini. Pelaksana Tugas (Plt.) Ketua Harian KNIU, Ananto Kusuma Seta, menegaskan bahwa partisipasi Indonesia memiliki nilai diplomatik yang signifikan. “Keikutsertaan KNIU dalam pertemuan ini memiliki nilai strategis. Forum ini merupakan wadah penting untuk memperkuat diplomasi multilateral Indonesia di ranah UNESCO dan memastikan suara Indonesia terwakili dalam perumusan kebijakan global,” ucap Ananto di Congress Center, Samarkand, Rabu (29/10).

KNIU, sebagai representasi Indonesia di UNESCO, memiliki tiga peran utama dalam forum ini. Pertama, KNIU berperan meneguhkan posisi Indonesia sebagai pemimpin di kawasan. Indonesia dikenal aktif di UNESCO, baik melalui Dewan Eksekutif maupun kontribusinya dalam sektor pendidikan, kebudayaan, sains, serta komunikasi dan informasi. Kehadiran KNIU menunjukkan komitmen Indonesia dalam memperkuat kolaborasi lintas kawasan serta mempromosikan nilai-nilai perdamaian dan pembangunan berkelanjutan.

Kemudian, memperluas jejaring dan kemitraan internasional. Pertemuan ini mempertemukan berbagai Komisi Nasional dari seluruh dunia. Bagi KNIU, hal ini merupakan kesempatan untuk membangun kerja sama konkret — seperti pertukaran pelajar, proyek riset bersama, hingga inisiatif kebudayaan dan komunikasi yang berbasis masyarakat.

Ketiga, KNIU hadir untuk mendukung posisi Indonesia menjelang Konferensi Umum ke-43.
Pertemuan antarkawasan ini menjadi ajang koordinasi global sebelum Konferensi Umum UNESCO dimulai. KNIU dapat berperan aktif dalam memperkuat posisi Indonesia terhadap isu-isu yang akan dibahas dalam konferensi, serta menjalin aliansi strategis dengan negara-negara sahabat.

Selain itu, KNIU berkesempatan menyampaikan praktik baik Indonesia yang sejalan dengan mandat UNESCO, antara lain 1) bidang pendidikan terkait program Pendidikan Bermutu untuk Semua dan transformasi digital pendidikan; 2) bidang kebudayaan terkait pengelolaan warisan budaya takbenda dan kawasan geopark dunia; 3) bidang sains terkait inovasi riset kebencanaan dan pengelolaan keanekaragaman hayati; dan 4) bidang komunikasi terkait penguatan literasi digital dan kebebasan berekspresi.

“Kehadiran KNIU dalam forum ini menegaskan bahwa Indonesia bukan hanya peserta, tetapi juga mitra strategis UNESCO yang aktif memberikan kontribusi nyata dalam membangun masyarakat global yang inklusif dan berkelanjutan. Indonesia memberikan contoh baik di Asia Tenggara dengan melaksanakan pertemuan tentang Pendidikan untuk Perdamaian yang bekerjasama dengan ASEAN, UNESCO Jakarta, dan UNESCO Apceiu Korea bulan lalu di Jakarta,” tegas Ananto.

Forum Bahas Peran Pemuda, Pelestarian Warisan, dan Sains untuk Pembangunan Berkelanjutan

Acara secara resmi dibuka oleh Deputi Direktur Jenderal dan Asisten Direktur Jenderal a.i. untuk Prioritas Afrika dan Hubungan Eksternal, Xing Qu; serta Ketua Komisi Nasional Uzbekistan untuk UNESCO, Gayane Umerova.

Keduanya menekankan pentingnya solidaritas antarwilayah dalam memperkuat mandat UNESCO. Usai pembukaan, dilakukan pemilihan Biro Sidang serta penetapan metode kerjanya, dan foto bersama seluruh peserta sebagai simbol kolaborasi global.

Forum ini diisi dengan sesi diskusi yang membahas sejumlah isu relevan dengan pilar UNESCO. Pada sesi pertama yang bertajuk “Empowering Youth to Advance Peace, Human Rights, Social Inclusion, and Education for Sustainable Development”, diskusi membahas bagaimana generasi muda dapat menjadi agen perubahan melalui pendidikan, kesetaraan, dan aksi sosial. Sesi ini memperlihatkan bagaimana investasi pada generasi muda adalah investasi pada masa depan yang damai dan berkeadilan.

Selanjutnya, sesi kedua mengangkat tema “Connecting Cultures and Communities in the Digital Age: Heritage, Sustainable Tourism and the Silk Roads.” Topik ini menyoroti peran teknologi dalam melestarikan warisan budaya dan mendorong pariwisata berkelanjutan. Diskusi menegaskan pentingnya keseimbangan antara inovasi digital dan pelestarian identitas budaya, serta potensi Jalur Sutra sebagai simbol keterhubungan antarperadaban dunia.

Tema sesi ketiga, “National Commissions as Strategic Allies: Working Together for Strategy, Programme and Partnerships,” menekankan pentingnya peran Komisi Nasional sebagai penghubung antara kebijakan global UNESCO dan implementasi nasional. Direktur Biro Perencanaan Strategis UNESCO, Zazie Schafer, memimpin sesi yang menghadirkan perwakilan dari Thailand, Uruguay, dan Maroko. Diskusi menghasilkan kesepahaman bahwa sinergi antar Komisi Nasional merupakan fondasi keberhasilan dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs).

Kemudian, sesi keempat bertajuk “Sharing Best Practices in Building Inclusive Societies and Advancing Science for Sustainable Development.” Sesi ini membahas bagaimana sains dan teknologi dapat berperan dalam membangun masyarakat yang inklusif dan tangguh. Perwakilan dari Gabon, Palestina, dan Republik Dominika berbagi pengalaman tentang inovasi ilmiah berbasis masyarakat, riset kebencanaan, serta penguatan kapasitas ilmiah bagi generasi muda. Diskusi menegaskan bahwa ilmu pengetahuan bukan hanya instrumen kemajuan, tetapi juga jembatan menuju keadilan sosial.

Pertemuan Antarkawasan ke-12 ini merupakan momentum penting menjelang Konferensi Umum UNESCO ke-43 (30 Oktober s.d. 13 November 2025) di Samarkand. Forum ini menjadi ruang konsolidasi bagi seluruh Komisi Nasional untuk menyatukan arah kebijakan dan memperkuat kolaborasi global di bawah semangat perdamaian, pengetahuan, dan budaya.

Bagi KNIU, partisipasi dalam forum ini menegaskan peran Indonesia sebagai mitra aktif, pemimpin kawasan, dan kontributor penting bagi misi UNESCO. Melalui partisipasi yang bermakna, KNIU membawa suara Indonesia untuk membangun dunia yang damai, inklusif, dan berkelanjutan melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan komunikasi.

(Direpost dari Kemendikdasmen/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Kemendikdasmen)

BEL (Bantuan Eksplorasi Laman)