Praktik pendidikan di Islandia menunjukkan bagaimana negara ini berhasil mengatasi tantangan besar dalam kekurangan guru dengan cara yang sangat terstruktur dan terarah. Meskipun Islandia dikenal dengan kebijakan pendidikan yang kuat dan progresif, mereka menghadapi masalah yang sama seperti banyak negara lain, yaitu kurangnya guru di sekolah-sekolah, terutama di daerah-daerah pedesaan dan terpencil. Namun, mereka tidak membiarkan masalah ini menghambat kemajuan pendidikan mereka. Sebaliknya, mereka meluncurkan inisiatif besar yang tidak hanya mengatasi kekurangan ini, tetapi juga mengubah cara pandang masyarakat terhadap profesi guru.
Di tahun 2019, Islandia hanya meluluskan 165 guru baru, sebuah angka yang mengkhawatirkan mengingat kebutuhan yang semakin besar. Namun, pada 2022, jumlah itu meningkat secara signifikan menjadi 454 orang. Ini bukan kebetulan. Ini adalah hasil dari kebijakan yang mengutamakan kesetaraan, kesejahteraan, dan kualitas pengajaran. Kebijakan Pendidikan Islandia 2030 yang disetujui pada 2020 menekankan pentingnya guru yang terlatih dengan baik dan termotivasi. Negara ini memahami bahwa untuk membangun sistem pendidikan yang kokoh, mereka harus memastikan bahwa guru memiliki keterampilan yang tepat dan mampu beradaptasi dengan kebutuhan masa depan.
Salah satu langkah besar yang diambil adalah memperkenalkan gelar Master of Teaching (MT) yang lebih fleksibel. Dengan kebijakan ini, ratusan calon guru yang telah menyelesaikan kursus namun belum menulis tesis akhirnya bisa lulus dan bergabung dengan profesi ini. Hal ini membuka peluang bagi mereka yang telah lama menunggu untuk akhirnya memulai karier sebagai pendidik. Selain itu, aturan perekrutan yang lebih sederhana memungkinkan mahasiswa pendidikan untuk langsung dipekerjakan, tanpa melalui proses yang berbelit-belit.
Selain itu, pemerintah juga memberikan insentif yang sangat penting bagi calon guru, seperti pembayaran 50% untuk magang di sekolah. Ini bukan hanya memberikan pengalaman langsung, tetapi juga membantu mereka membangun keterampilan yang lebih dibutuhkan di kelas. Langkah-langkah ini, ditambah dengan bantuan kelulusan untuk mempercepat penyelesaian studi, membantu mengurangi angka putus sekolah dan mendorong lebih banyak orang untuk memilih menjadi guru.
Namun, ini bukan hanya soal memberikan insentif atau membuat aturan yang lebih mudah. Islandia juga menyadari pentingnya menciptakan perubahan persepsi terhadap profesi guru. Melalui kampanye promosi bersama antara pemerintah, universitas, dan serikat pekerja, mereka berhasil mengubah pandangan masyarakat tentang profesi ini. Dulu dianggap kurang bergengsi, sekarang menjadi profesi yang dihormati dan menarik.
Untuk memastikan bahwa para guru baru ini tidak hanya lulus, tetapi juga bertahan dan berkembang dalam profesi mereka, Islandia memberikan perhatian besar pada dukungan pasca lulusan. Tiga hingga lima tahun pertama dalam karier seorang guru dianggap sangat penting, dan itulah sebabnya mereka memberikan fokus pada mentorship, kondisi kerja yang lebih baik, dan peluang pengembangan profesional. Semua ini dilakukan untuk memastikan bahwa para guru muda ini tidak hanya masuk ke dalam profesi, tetapi juga dapat bertahan dan berkembang dengan baik.
Kebijakan pendidikan di Islandia mengajarkan kita satu hal yang sangat penting, yakni pendidikan tidak hanya tentang memasukkan banyak siswa ke dalam sistem, tetapi tentang memastikan bahwa kualitas pengajaran tetap terjaga, bahkan ketika ada kekurangan tenaga pengajar. Dengan komitmen yang kuat, kebijakan yang terarah, dan dukungan yang tepat, kita bisa mengatasi tantangan besar dalam pendidikan dan memastikan bahwa guru yang kita hasilkan benar-benar siap menghadapi tuntutan zaman. Islandia telah menunjukkan bahwa dengan langkah yang tepat, kita bisa memperbaiki dan mempercepat pembaruan dalam dunia pendidikan tanpa mengorbankan kualitas.
(Sumber catatan: OECD/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari OECD)