Pembelajaran mendalam bukan sekadar metode, melainkan sebuah pendekatan yang mengutamakan pengalaman belajar yang penuh kesadaran, bermakna, dan menyenangkan. Prinsip ini telah diadopsi oleh sejumlah negara dengan cara yang unik dan relevan dengan konteks masing-masing.
Misalnya, di Inggris, Australia, dan Finlandia, pembelajaran inklusif menjadi kuncnyai. Tujuannya jelas, menciptakan suasana yang nyaman agar peserta didik (siswa) merasa aman dan terdorong untuk berpartisipasi aktif dalam mencapai kompetensinya. Finlandia menjadi contoh menarik, karena sistem pendidikannya menekankan pendekatan yang berpusat pada peserta didik—terintegrasi secara holistik dan mendukung tumbuhnya rasa ingin tahu, kesejahteraan, dan keterampilan berpikir kritis.
Di Inggris, guru diberikan kebebasan yang lebih besar untuk menentukan metode pembelajaran yang paling sesuai dengan karakter siswa mereka. Pendekatan ini sejalan dengan semangat pembelajaran mendalam, yaitu membentuk pengalaman belajar yang menyesuaikan kebutuhan dan keunikan setiap individu.
Tidak hanya fokus pada kenyamanan belajar, prinsip ini juga mendorong pembelajaran lintas disiplin. Negara seperti Jerman menerapkan pembelajaran tidak hanya terbatas pada mata pelajaran, tapi juga secara tematik dan lintas bidang seperti STEM, Humaniora, dan Seni. Pendekatan ini sangat relevan untuk mengatasi tantangan dunia nyata, seperti isu keberlanjutan, transformasi digital, dan migrasi global.
Di Australia, peserta didik dibekali pengetahuan dan keterampilan melalui isu-isu kontemporer, baik yang berskala lokal maupun global. Kurikulumnya memberi perhatian khusus ke lintas budaya dan isu sosial, termasuk sejarah dan budaya Aborigin, hubungan Asia-Australia, dan keberlanjutan lingkungan.
Di Jepang, pembelajaran difokuskan pada pengembangan keterampilan abad ke-21 seperti pemecahan masalah, kreativitas, dan kebiasaan belajar yang berkelanjutan. Penekanan pada pendidikan moral dan relevansi kehidupan sehari-hari menjadi bagian penting dalam proses belajar. Korea Selatan juga mengembangkan konsep serupa dengan memberikan pemahaman otentik pada konsep-konsep kunci dan mendorong keterampilan berpikir yang terintegrasi lintas mata pelajaran.
Memberikan pemahaman otentik pada konsep-konsep kunci, contohnya, siswa tidak hanya diajak menghafal materi pelajaran, tapi benar-benar memahami inti dari konsep penting dalam setiap mata pelajaran. Misalnya, bukan sekadar tahu rumus matematika, tapi juga tahu mengapa rumus itu digunakan dan bagaimana menerapkannya di kehidupan nyata.
Mendorong keterampilan berpikir yang terintegrasi lintas mata Pelajaran contohnya, siswa didorong untuk menggabungkan pengetahuan dari berbagai mata pelajaran dan melihat keterkaitannya. Contohnya, saat membahas perubahan iklim, siswa bisa mengaitkan konsep sains (tentang pemanasan global), geografi (dampaknya pada bumi), dan etika (tanggung jawab manusia)
Semua pendekatan ini bermuara pada satu hal, yakni menciptakan pengalaman belajar yang tidak hanya mengandalkan hafalan, tetapi membentuk pemahaman mendalam yang berdampak nyata dalam kehidupan peserta didik.
Pembelajaran bermakna juga tampak dalam cara Jerman menggabungkan pendidikan di kelas dengan pelatihan vokasi di dunia kerja nyata. Pendekatan ini memungkinkan siswa mengalami pembelajaran berbasis pengalaman secara langsung. Di Finlandia, proyek-proyek keberlanjutan seperti membuat panel surya atau bergabung dalam kegiatan konservasi, menjadi jembatan antara teori dan praktik.
Salah satu aspek penting dalam pembelajaran mendalam adalah refleksi. Guru tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai fasilitator yang mendorong siswa untuk merenungkan apa yang mereka pelajari dan mengaitkannya dengan kehidupan mereka sendiri. Contoh menarik lainnya adalah program “MINT Zukunft schaffen” di Jerman, yang mengajak siswa terlibat dalam inovasi dan pemecahan masalah melalui kompetisi dan proyek langsung.
Proyek seperti “perubahan iklim” yang dilakukan di Finlandia menggabungkan beragam disiplin ilmu—biologi, etika, hingga ilmu sosial—untuk menciptakan pemahaman utuh terhadap isu yang kompleks.
Dengan kata lain, pembelajaran mendalam mendorong pendekatan kontekstual, berbasis proyek nyata, dan berorientasi pada masa depan. Ini adalah model pembelajaran yang tidak hanya menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik, tapi juga mempersiapkan mereka untuk menjadi individu yang adaptif, solutif, dan siap menghadapi tantangan dunia nyata.
(Sumber: Naskah Akademik Pembelajaran Mendalam/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Google Image)