2 Siswa Uruguay ini Mendorong Semangat Belajar melalui Robotika

Sabtu, 14/06/2025 WIB   576
DSC_7899_1200x900-2

Dari Buku Deep Learning: Engage the World Change the World

Pembelajaran mendalam (deep learing) berbasis (yang menumbuhkan atau mendorong berkembangnya) 6C (berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, komunikasi, kewarganegaraan/global, dan karakter) bukan sekadar teori, tetapi sudah benar-benar dilakukan sejak lama oleh guru di berbagai negara

Hal tersebut mungkin terasa membingungkan bagi sebagian besar dari kita. Jadi, yuk kita lihat langsung ke beberapa ruang kelas di berbagai negara untuk memahami apa yang membuat cara belajar ini berbeda, dan bagaimana cara ini bisa membantu mengembangkan 6C.

Maksudnya hal tersebut mungkin terasa membingungkan: Banyak orang mungkin belum benar-benar memahami apa itu pembelajaran mendalam dengan kemampuan baru (yang menumbuhkan atau mendorong berkembangnya 6C) dan bagaimana cara kerjanya, sehingga terasa sulit dipahami di awal (karena pendekatannya berbeda dari cara belajar tradisional atau dari cara belajar biasanya).

Soledad dan Claudia, 2 siswa sekolah dasar berusia 11 tahun dari Montevideo, Uruguay

Di Uruguay, sejak 7 tahun lalu, sudah ada program untuk memberikan perangkat digital kepada semua siswa supaya mereka bisa ikut terhubung dengan komunitas global. Meskipun Uruguay termasuk negara dengan kondisi ekonomi terbatas, mereka berhasil cepat mengadopsi teknologi yang murah dan mudah disesuaikan, serta perangkat lunak yang membantu meningkatkan cara mengajar dan belajar, terutama yang berkaitan dengan masalah di lingkungan sekitar dan dunia.

Para pemimpin di Uruguay menyadari bahwa teknologi saja tidak cukup. Dibutuhkan cara mengajar yang lebih mendalam agar potensi perangkat digital ini bisa dimanfaatkan dengan maksimal. Karena itu, Uruguay bergabung dengan kemitraan NPDL untuk mengembangkan metode pembelajaran yang lebih baik dengan teknologi.

Soledad dan Claudia, 2 siswa berusia 11 tahun dari Montevideo, menceritakan pengalaman mereka belajar dengan cara baru. Mereka juga mengajak teman-teman sekelas ikut terlibat dalam kegiatan belajar yang berkaitan langsung dengan masalah nyata di dunia mereka, membuat belajar jadi lebih menarik dan bermakna.

Belajar lewat robot dan masalah nyata

Soledad dan Claudia adalah 2 siswi (siswa) SD di Montevideo, Uruguay. Mereka ingin tahu lebih banyak tentang dunia sekitar, tapi merasa bosan karena suasana kelas selalu sama setiap hari. Meskipun mereka tetap rajin belajar, perhatian mereka selalu tertuju pada tumpukan kotak yang ada di sudut ruangan. Mereka sering meminta izin kepada guru untuk melihat isi kotak itu, tapi jawabannya selalu tidak boleh.

Sampai suatu hari, guru mereka mengatakan bahwa ia sedang belajar metode mengajar baru dan ingin mencoba cara berbeda di kelas. Guru itu juga mulai berhubungan dengan guru dari sekolah lain, bahkan dari kota dan negara lain. Kali ini, saat Soledad dan Claudia kembali minta izin membuka kotak-kotak itu, sang guru mengizinkan.

Dalam waktu 2 jam saja, Soledad dan Claudia sudah bisa mengatur isi kotak-kotak tersebut. Mereka juga belajar lewat video di YouTube tentang cara merakit dan memprogram robot. Setelah robot pertama jadi, teman-teman mereka pun ikut penasaran dan ingin mencoba juga.

Tantangan selanjutnya adalah menggabungkan teknologi ramah lingkungan dengan robot. Tujuannya adalah menciptakan robot yang bisa membantu memecahkan masalah nyata. Salah satu kelompok membuat robot pendeteksi ranjau setelah mereka belajar tentang dampak (akibat) perang.

Lalu mereka mulai berpikir untuk menyelesaikan masalah di sekitar mereka. Mereka ingat bahwa tahun lalu ada 5 orang, termasuk seorang anak usia 10 tahun, meninggal karena tersambar petir di pantai Montevideo. Mereka lalu meneliti tentang petir dan membuat alat peringatan yang bisa memberi tanda saat cuaca berisiko.

Kegiatan ini membuat banyak siswa ikut semangat. Mereka mulai menciptakan berbagai ide robot yang bisa berguna bagi lingkungan sekitar. Orang tua juga ikut membantu, karena adik-adik mereka yang lebih kecil juga tertarik ikut, tapi masih butuh bimbingan.

Karena banyak yang berminat, Soledad dan Claudia membentuk tim siswa yang bisa membantu teman lainnya belajar. Guru mereka mengatakan bahwa hubungan guru dan siswa sekarang lebih seperti kerja tim. Siswa boleh mengusulkan ide proyek sendiri, lalu guru membantu mengembangkan dan menyempurnakannya.

Siswa juga mulai tertarik untuk belajar lebih dalam. Guru mereka lalu memperkenalkan alat bantu belajar seperti rubrik dan tahapan pencapaian yang ia pelajari dari program NPDL. Siswa merasa ini bagian yang paling menyenangkan, karena mereka bisa memilih sendiri proyeknya, tahu cara memperbaiki hasil kerja mereka, dan bisa mengukur sendiri kemajuan mereka.

Sekarang, mereka belajar untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dunia, menggunakan pikiran mereka dengan lebih kritis, serta menjaga dan memperbaiki lingkungan mereka sendiri.

NPDL: Singkatan dari New Pedagogies for Deep Learning.

Ini adalah sebuah inisiatif global yang bertujuan membantu sekolah, guru, dan siswa menerapkan pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning). Pendekatan ini fokus pada pengembangan 6 kompetensi utama yang disebut 6C, yaitu:

  • Character (Karakter)
  • Citizenship (Kewarganegaraan global)
  • Collaboration (Kolaborasi)
  • Communication (Komunikasi)
  • Creativity (Kreativitas)
  • Critical Thinking (Berpikir Kritis)

Jadi NPDL mendorong cara belajar yang lebih bermakna, relevan dengan kehidupan nyata, serta menekankan pada kolaborasi, pemecahan masalah, dan keterlibatan siswa dalam proyek-proyek yang berdampak nyata di dunia sekitar mereka. Program ini melibatkan kemitraan sekolah-sekolah dari berbagai negara untuk saling belajar dan berbagi praktik baik.

Catatan kami

Pintu Gerbang menuju Pengalaman Belajar yang Lebih Bermakna

Di Montevideo, Uruguay, 2 siswi sekolah dasar, Soledad dan Claudia, memulai perjalanan belajar yang tidak biasa. Awalnya mereka hanya merasa penasaran pada kotak-kotak yang tersimpan di sudut kelas. Namun setelah guru mereka mulai menerapkan metode pengajaran baru, kotak-kotak itu berubah menjadi pintu gerbang menuju pengalaman belajar yang lebih bermakna.

Dalam waktu singkat, Soledad dan Claudia berhasil mempelajari dasar-dasar robotika secara mandiri. Mereka menonton video pembelajaran, merakit robot pertama mereka, lalu memicu ketertarikan seluruh kelas. Ini adalah bukti bahwa ketika siswa diberi ruang untuk mengeksplorasi, mereka bisa berkembang jauh melebihi ekspektasi.

Yang menarik, proyek robotika ini tidak berhenti pada aspek teknis. Mereka membawa semangat belajar itu ke arah yang lebih relevan dengan kehidupan nyata. Mereka merancang robot untuk mendeteksi ranjau, lalu menciptakan alat peringatan petir setelah meneliti kasus kematian akibat sambaran petir di pantai setempat. Siswa belajar bukan sekadar membuat benda, tetapi menjawab masalah nyata yang berdampak pada komunitas mereka.

Antusiasme itu meluas ke seluruh sekolah dan bahkan keluarga siswa. Anak-anak yang lebih muda ingin ikut terlibat.

Orang tua mulai turun tangan membantu. Soledad dan Claudia membentuk tim untuk mendampingi siswa lain. Guru pun mulai menempatkan diri sebagai mitra belajar, bukan sekadar pengajar. Siswa punya ruang untuk memilih proyek mereka sendiri dan mengembangkan ide-ide mereka bersama guru.

Pendekatan ini kemudian diperkuat dengan alat bantu belajar seperti rubrik dan tahapan pencapaian dari program NPDL. Siswa jadi bisa mengukur sendiri proses dan hasil belajarnya. Mereka tahu bagaimana meningkatkan karyanya dan bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri.

Inisiatif kecil yang dimulai dari keingintahuan 2 siswi akhirnya menjadi gerakan belajar yang membentuk karakter, membangun rasa tanggung jawab, dan menumbuhkan kepedulian sosial. Pembelajaran tidak lagi hanya terjadi di kelas, tapi meresap ke dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Ini adalah contoh nyata bahwa pendidikan bisa menjadi lebih bermakna jika difokuskan pada pengalaman yang relevan, kolaboratif, dan terbuka. Ketika guru memberi ruang, siswa tidak hanya belajar, tetapi tumbuh menjadi pribadi yang ingin memperbaiki dunia di sekitarnya.

(Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Google Image)

BEL (Bantuan Eksplorasi Laman)