Guru mata pelajaran apa pun bisa berkolaborasi dengan pustakawan sekolah untuk mendukung literasi akademis siswa dalam sebuah kurikulum.
Berikut ini terjemahan dari artikel Boosting Students’ Literacy Skills With Help From the School Librarian karya Elizabeth Hutchinson yang publish di edutopia.org
Peningkatan literasi selalu menjadi prioritas sekolah, apalagi semenjak pandemi. Literasi adalah kemampuan mendasar yang bisa diaplikasikan ke semua mata pelajaran akademis. Seperti yang kita tahu, siswa yang melek huruf lebih mampu menghadapi dan memahami informasi yang mereka dapatkan atau mereka cari dan alhasil, mereka mampu memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang setiap mata pelajaran. Tidak diragukan lagi bahwa siswa yang melek huruf lebih cenderung menjadi pelajar mandiri yang percaya diri dan penuh motivasi.
Pustakawan sekolah selalu memiliki peran dalam mempromosikan literasi, terutama melalui kegiatan membaca untuk kesenangan. Oleh karena itu, ini sering dikaitkan dengan jurusan bahasa. Ini bukanlah sesuatu yang seharusnya diabaikan. Seperti yang kita tahu, siswa yang gemar membaca berbagai macam buku berprestasi lebih baik secara akademis karena dengan membaca berbagai macam buku bisa mengenalkan siswa dengan lebih banyak kosakata serta mendukung dan melibatkan imajinasi siswa.
Peran seorang pustakawan bisa mendukung pengembangan kebijakan
Perbincangan seputar literasi tampaknya telah berubah selama beberapa bulan terakhir. Yang jauh lebih banyak malah perbincangan tentang literasi lintas kurikulum dan perlunya membuat kebijakan literasi lintas sekolah. Saya rasa ini adalah kesempatan besar bagi pustakawan sekolah untuk menunjukkan perannya secara umum.
Pustakawan sekolah selalu menjadi agen lintas kurikulum. Mereka menyediakan sumber daya fisik dan nonfisik (diakses daring) untuk memenuhi kebutuhan guru dan siswa, namun mereka juga mampu mengajarkan kemampuan literasi informasi/kemelekan informasi (information literacy skills—kemampuan untuk mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan, mengakses dan menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara efektif dan etis), termasuk academic reading (kegiatan membaca dengan materi-materi yang fokus pada bidang akademis dan pendidikan). Perpustakaan dan pustakawan sekolah harus disertakan dalam kebijakan ini agar bisa membantu guru memahami keahlian mereka dan mengingatkan guru bahwa pustakawan sekolah siap membantu semuanya.
Memanfaatkan kemampuan pustkawan dalam academic reading
Ada tiga aspek penting untuk meningkatkan literasi: pertama, mengajarkan anak cara membaca; dua, mendukung siswa yang membutuhkan bantuan ekstra melalui campur tangan kita; dan akhirnya, membantu siswa membaca secara akademis (kemampuan ini bisa ditunjang dengan kemampuan pustakawan sekolah).
Academic reading terdiri dari tiga tingkatan kosakata:
Untuk memperoleh akses ke kosakata di tingkat 2 dan 3, siswa harus membaca karya nonfiksi baik dalam bentuk buku fisik maupun nonfisik (diakses daring) karena karya fiksi jarang menyertakan jenis kosakata ini. Karena kosakata tingkat 3 mencakup kosakata yang digunakan dalam mata pelajaran tertentu, seorang specialist teacher (guru yang memiliki kualifikasi, keahlian, atau pengalaman tambahan dalam mengajar bayi, balita, dan anak-anak dengan berbagai kebutuhan pendidikan khusus dan disabilitas) akan memastikan siswa mengetahui dan memahami kata spesifik yang mewakili setiap mata pelajaran mereka. Kosakata tingkat 2 bisa ditemukan di sepanjang kurikulum, jadi kerap kali dianggap sebagai kosakata yang pasti akan diajarkan oleh orang lain kepada mereka.
Sumber daya berbasis inkuiri meningkatkan kosakata melalui kegiatan membaca
Pustakawan sekolah tidak hanya bisa menyediakan materi pembelajaran yang dibutuhkan setiap mata pelajaran namun juga bisa memastikan, dengan berkolaborasi bersama guru, kata spesifiki yang mewakili pelajaran tertentu dan kosakata tingkat 2 bisa ditemukan atau muncul (pada tingkat usia yang tepat atau sesuai untuk siswa berkebutuhan khusus) dalam materi pembelajaran tersebut. Karena pustakawan sekolah memiliki gambaran keseluruhan sekolah, mereka cenderung mengetahui apa saja yang diajarkan di berbagai tingkat kelas.
Pustakawan sekolah memiliki banyak materi pembelajaran dari IFLA School Library Guidelines dan FOSIL (Framework of Skills for Inquiry Learning—kerangka kerja kemampuan siswa pra-TK hingga kelas 12 (usia 4-18) yang menunjukkan perkembangan kemampuan inkuiri mereka selama di sekolah) yang memungkinkan mereka untuk mendukung guru lintas kurikulum. FOSIL adalah kerangka kerja gratis yang bisa digunakan di seluruh dunia dan menunjang siswa mulai dari pra-TK hingga kelas 12. Kerangka kerja ini menggunakan inkuiri sebagai landasan kemampuannya dan bisa diajarkan di seluruh mata pelajaran.
Tentang FOSIL dan inkuiri dapat dilihat juga di Teachingtimes dan Exploratium.edu
Pustakawan sekolah tidak hanya bisa menggunakan kemampuan inkuiri untuk mengajari guru dan siswa namun juga mendukung kegiatan membaca dengan tujuan tertentu (reading with purpose) dan membaca dengan memahami maknanya (reading with understanding), serta masih banyak lagi. Fokus inkuiri adalah tentang membantu siswa menjadi pemikir kritis tingkat tinggi. Dengan mendukung kemampuan membaca siswa, kita membantu mereka memperoleh pemahaman dan tujuan.
Ini sebaiknya diwujudkan melalui perencanaan tentang perpustakaan yang berkaitan erat dengan kebijakan kurikulum sekolah secara keseluruhan, yang nantinya akan membantu guru memahami kemampuan dan peran pustakawan dalam mata pelajarannya masing-masing. Di samping kemampuan penelitian, academic reading perlu ditanamkan di semua tingkatan inkuiri, yang artinya materi pembelajaran yang disediakan oleh pustakawan sekolah itu sangat penting.
Kolaborasi antara guru dan pustawakan adalah kunci utama
Guru dan pustakawan sekolah harus berkolaborasi untuk memastikan materi pembelajaran yang dibutuhkan bukan hanya tersedia namun juga sesuai usia, yang mana hanya bisa terwujud melalui kolaborasi antara keduanya. Jangan sampai pustakawan guru tidak disertakan sejak awal dalam proses ini. Jika guru perlu waktu untuk merencanakan pelajaran, pustakawan guru juga membutuhkan waktu perencanaan dan idealnya, ini harus dilakukan bersama-sama.
Beberapa perpustakaan sekolah mungkin hanya memiliki sedikit sumber daya. Namun, jika diberi waktu, perpustakaan sekolah bisa menyediakan sumber daya fisik atau nonfisik (diakses daring) untuk pelajaran tertentu. Perencanaan bersama juga akan memberikan kesempatan untuk menciptakan pelajaran yang mencakup kemampuan dan kata spesifik yang mewakilkan pelajaran tersebut secara tepat untuk melibatkan siswa dalam academic reading with purpose.
Jika guru tidak tahu bagaimana cara memulainya, guru bisa menggunakan formulir perencanaan inkuiri tahap awal yang tersedia di situs web FOSIL dan bisa membantu guru memahami informasi yang dibutuhkan pustakawan sekolah untuk membantu guru dan siswa. Jenis perencanaan yang seperti ini bisa menghasilkan kolaborasi yang hebat.
Jika kita ingin meningkatkan kemampuan literasi di sekolah kita, ajak juga perpustakaan dan pustakawan sekolah kita. Mengapa harus berjuang mewujudkan semua ini sendiri jika kita memiliki seorang yang kapabel dan ahli di bidang ini di sekolah yang bisa membantu kita? Mungkin ini saatnya mengajak pustakawan sekolah berbincang dan mencari tahu bagaimana peranan mereka dalam menunjang academic reading di sepanjang kurikulum. Terakhir, pastikan bahwa perpustakaan dan pustakawan sekolah disertakan dalam kebijakan literasi kita; jika tidak atau belum, ini juga (inilah) saat yang tepat untuk memulainya.
(Sumber terjemahan: Edutopia/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Google Image)