Pendidikan di Indonesia tengah menghadapi tantangan yang sangat besar. Tidak hanya pada saat ini, tetapi juga di masa depan, yang dipenuhi ketidakpastian dan kompleksitas. Dalam menghadapi tantangan tersebut, kita tidak bisa lagi berpegang pada cara-cara lama. Transformasi pendidikan menjadi langkah yang tak terelakkan. Ini bukan hanya sekadar perbaikan, melainkan kebutuhan mendesak agar pendidikan di Indonesia mampu menghadapi dunia yang semakin dinamis dan tidak menentu.
Krisis pembelajaran yang terjadi di Indonesia saat ini, meskipun akses pendidikan dasar dan menengah sudah cukup baik, jelas terlihat pada rendahnya kemampuan literasi membaca dan numerasi peserta didik. Data PISA membuktikan hal ini dengan menunjukkan betapa jauh tertinggalnya kemampuan literasi dan numerasi Indonesia dibandingkan negara-negara lain. Salah satu penyebab utamanya adalah pendekatan pembelajaran yang belum efektif. Sekolah-sekolah belum memberikan cukup ruang bagi guru untuk mengembangkan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Selain itu, kompetensi guru yang masih perlu ditingkatkan serta beban kerja yang terlalu berat, banyak sekali berkaitan dengan tugas administratif, turut memperburuk situasi ini.
Namun, dalam setiap tantangan, terdapat peluang yang bisa dimanfaatkan. Keberagaman yang dimiliki Indonesia adalah modal besar yang bisa dimanfaatkan untuk menciptakan pembelajaran yang lebih kontekstual dan bermakna. Pemanfaatan teknologi digital juga menjadi kunci dalam membuka akses pendidikan ke berbagai lapisan masyarakat, terutama dalam menghadapi tantangan Bonus Demografi 2035 dan visi Indonesia Emas 2045. Transformasi pendidikan yang berbasis pada pendekatan Pembelajaran Mendalam (PM) adalah salah satu langkah strategis yang dapat menjawab tantangan ini.
Pembelajaran Mendalam bukanlah hal yang baru. Indonesia sudah mengenal berbagai pendekatan sebelumnya seperti CBSA, PAKEM, dan CTL, namun banyak dari pendekatan ini yang gagal diimplementasikan secara konsisten. PM hadir dengan membawa fondasi baru yang lebih sistematis dan terstruktur. Pendekatan ini menekankan pada pembelajaran yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan. Fokusnya adalah pada pengembangan kompetensi yang utuh bagi peserta didik, tidak hanya dalam aspek pengetahuan, tetapi juga keterampilan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, kemandirian, dan komunikasi.
PM didesain untuk menciptakan suasana belajar yang memuliakan semua pihak seperti guru, siswa, dan pemangku kepentingan pendidikan. Prinsip-prinsip seperti berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful) menjadi landasan yang menuntun proses belajar yang lebih dalam dan bermakna. Ini bukan hanya soal transfer ilmu, tetapi soal bagaimana peserta didik bisa mengaplikasikan ilmu yang mereka pelajari dalam konteks nyata di kehidupan mereka.
Untuk memastikan penerapan PM berjalan dengan efektif, dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk ekosistem pembelajaran yang kondusif dan kemitraan yang luas. Sekolah-sekolah harus menjadi tempat di mana teknologi dimanfaatkan secara efektif, dan di mana pembelajaran tidak hanya sekadar mengandalkan buku teks atau kurikulum yang kaku. Dalam kerangka ini, guru berperan sebagai fasilitator yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengeksplorasi dan merefleksikan pengetahuan yang mereka peroleh, mengasah kemampuan mereka untuk berpikir kritis, dan mengembangkan keterampilan yang relevan dengan dunia nyata.
Pembelajaran Mendalam juga memerlukan penyelarasan yang baik antara peraturan perundang-undangan, standar pendidikan nasional, kurikulum, serta asesmen yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pendidikan. Tanpa sinergi antara berbagai elemen ini, transformasi yang diinginkan sulit untuk tercapai.
Pendidikan adalah kunci untuk menciptakan generasi yang siap menghadapi tantangan global. Dengan penerapan pendekatan Pembelajaran Mendalam yang lebih terstruktur dan terarah, Indonesia memiliki peluang untuk memperbaiki kualitas pendidikannya. Namun, transformasi ini tidak bisa hanya menjadi retorika. Diperlukan komitmen yang kuat dari semua pihak, mulai dari pemerintah, guru, hingga masyarakat, untuk mewujudkan pendidikan yang lebih berkualitas, merata, dan relevan dengan tuntutan zaman.