4 Perubahan di SDN Lidah Kulon I Surabaya Sejak Hadirnya Merdeka Belajar

Sabtu, 09/09/2023 WIB   1917
image (2)

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pembentukan masa depan suatu bangsa. Di Indonesia, sektor pendidikan terus mengalami transformasi untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik bagi generasi muda.

Salah satu inisiatif yang muncul adalah program “Merdeka Belajar,” yang bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada siswa dalam proses belajar mereka.

Di SDN Lidah Kulon I Surabaya seperti yang disampaikan Lis Lestari Kepala Sekolahnya, program Merdeka Belajar dipahami sebagai konsep yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk menjadi mandiri dalam belajar. Ini berarti setiap siswa di sekolah memiliki kebebasan untuk menentukan cara terbaik untuk mencapai tujuan pembelajaran mereka.

Salah satu program Merdeka Belajar yang menjadi prioritas di sekolah ini adalah penghapusan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN). Program ini memberikan keleluasaan kepada guru dan sekolah untuk menentukan bentuk penilaian yang lebih beragam, termasuk tes tulis, portofolio, tugas kelompok, karya tulis, presentasi, dan projek kolaboratif. Penghapusan USBN juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih fokus pada pengembangan bakat dan minat mereka tanpa tekanan hasil ujian nasional.

Sebelumnya, ujian nasional seringkali menjadi momok yang menimbulkan ketegangan di antara siswa, guru, dan orangtua. Siswa merasa tertekan untuk meraih hasil maksimal, sedangkan guru di kelas 6 merasakan beban yang sangat berat. Dengan adanya kebijakan Merdeka Belajar ini, guru lebih leluasa menilai hasil belajar siswa, dan siswa dapat mengeksplorasi minat dan bakat mereka dengan lebih bebas.

Namun, seperti halnya setiap kebijakan, ada perubahan yang terjadi setelah implementasi program Merdeka Belajar.

Perubahan pertama adalah dalam hal pendekatan Guru/Sekolah. Di sini guru harus menjadi lebih inovatif dan kreatif dalam proses belajar mengajar. Mereka harus memahami potensi dan bakat setiap siswa untuk mengarahkan mereka dengan lebih baik. Selain itu, sekolah juga harus menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung pembelajaran yang lebih bervariasi, seperti laboratorium dan perpustakaan.

Dalam hal persepsi siswa, siswa tidak lagi terbebani dengan target ujian nasional. Mereka merasa lebih bebas untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka tanpa tekanan angka. Namun, ada risiko bahwa beberapa siswa mungkin menjadi kurang disiplin dalam mengikuti pelajaran, karena mereka merasa pasti lulus tanpa ujian nasional.

Selanjutnya, dalam hal peran Orangtua/Wali Murid, orangtua sebelumnya mungkin sangat fokus pada nilai ujian nasional. Namun, dengan penghapusan USBN, peran orangtua dalam mendukung pengembangan bakat dan minat anak mereka menjadi lebih penting. Mereka perlu lebih memahami pentingnya keterampilan sosial dan kepribadian dalam masa depan anak mereka.

Sebelum program Merdeka Belajar diimplementasikan, kondisi di sekolah ini terpusat pada pencapaian angka tertinggi di USBN. Guru dan siswa terbebani dengan target ujian nasional, dengan banyak waktu yang dihabiskan untuk drill materi dan pelajaran tambahan di luar jam pelajaran reguler. Penghapusan ujian nasional membawa perubahan signifikan dalam pendekatan pendidikan, menggeser fokus dari angka-angka menuju pengembangan komprehensif siswa.

(Catatan ini hasil ‘Salipan (Saling Liputan) ke Sekolah’ tim PDM  07 (Publikasi) Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jawa Timur/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Dokumentasi Kegiatan SDN Lidah Kulon I Surabaya)

BEL (Bantuan Eksplorasi Laman)