Pikiran Bukan Bejana, Tapi Api yang Harus Dinyalakan

Jumat, 11/03/2022 WIB   2495
woman-office-scaled


Catatan: bila podcast pada player di atas error atau tidak terputar secara penuh, silahkan mendengarkan melalui  Spotify

Beropini – Pernah merasa sekolah (atau pelatihan) cuma jadi ajang menampung materi, bukan menyalakan rasa ingin tahu?

Pernah lihat anak-anak lebih semangat waktu diajak bikin proyek kreatif dibanding disuruh nyimak penjelasan panjang?

Di episode ini, kita berbagi kutipan menarik dari Plutarch, filosof yang (mungkin) tidak setenar Einstein, tapi idenya luar biasa relevan: pikiran adalah api yang harus dinyalakan, bukan bejana yang harus diisi.

Bareng refleksi tentang Merdeka Belajar, kita akan mengulas sekilas beberapa hal.

Pertama, kenapa banyak anak makin bosan belajar (dan kita diam-diam memakluminya)?

Kedua, apa yang membuat siswa “menyala” dan terlibat sepenuh hati?

Ketiga, bagaimana Kurikulum Merdeka mencoba mengubah cara pandang kita tentang belajar.

Untuk guru, orang tua, kepala sekolah, atau siapa pun yang peduli pendidikan, episode ini bisa jadi pemantik. Karena mungkin, kita tak butuh lebih banyak ceramah, kita butuh nyala.

Dengerin yuk, dan nyalakan api di pikiran kita!

Script kami

“Pikiran adalah api yang harus dinyalakan, bukan bejana yang harus diisi.”

Itu kami kutip dari https://saintif.com/quote-pendidikan/

Pendapat tadi bisa jadi buat kita datang dari nama yang tidak terlalu populer

Plutarch, siapa sih dia? Kok baru tahu ini? Beda dengan Einstein, Aristoteles, Bung Karno, Bill Gates dan lain-lain

Tapi coba deh, kita tengok dan fahami lebih pendapatnya tadi, lalu kita hubungkan ke Merdeka Belajar

Bayangkan tiap hari mulai Senin sampai Jumat, kita padat ngikutin zoom A sampai Z

Kita dengerin orang ngomong ini itu dan materi power pointnya tinggal download di grup WhatsApp sampai gadget kita jadi gudang materi yang akhirnya nggak kita sentuh sama sekali

Ibarat anak belajar, materinya padat, buku yang dibaca lumayan tebal, sampai-sampai hal esensial dari pelajaran tadi lewat gitu aja

Gimana nggak lewat, praktik dan menghubungkan dengan hidupnya sehari-hari saja nggak sempat, bisa jadi malah nggak tahu caranya

Kita sebagai orang tua pasti tahu dong, anak-anak kita khususnya yang SD kelas bawah, mungkin juga di semua jenjang, waktu daring, kadang sibuk sendiri, boring bahkan agak-agak ngantuk waktu sang guru menjelaskan materinya terlalu banyak, nggak kontekstual dan lama

Parahnya, ada lho siswa yang sengaja matiin internet, dan besoknya bilang kalau kemarin koneksi internetnya down atau ngelek, ya ampun

Beda lagi waktu sang guru memintanya membuat project yang manfaatnya jelas buat mereka, merangsang imajinasi dan kreativitasnya sambil seru-seruan seperti goyang-goyang, nyanyi-nyanyi

Wah semangat banget tuh mereka, kadang orangtuanya juga dibuat kalang kabut bantuin mereka ambil inilah itulah

Tapi gara-gara itulah nyalanya api di pikiran mereka

Merdeka Belajar, salah satunya lewat Kurikulum Merdeka juga begitu dulur edukasi, didesain untuk menyalakan api di pikiran siswa, guru, kepala sekolah, pemegang kebijakan bahkan orang tua bisa jadi kita semua

Bila ditarik ke siswa, kurikulum ini mengajak kita semua berpihak ke kebutuhan siswa, melayani siswa dan semuanya buat kebaikan siswa

Keren kan?

Seperti kata Mas Menteri Nadiem Anwar Makarim dengan Kurikulum Merdeka semuanya jadi lebih sederhana, tidak bertumpuk materi, belajar jadi lebih fleksibel, menyenangkan, interaktif dan menyatu dengan alam

Kalau sudah seperti itu, siswa pasti punya banyak waktu melakukan eksperimen atau project sederhana yang relevan dengan isu-isu faktual atau teraktual di kehidupannya

Memerdekakan aspirasinya, mengembangkan minat dan bakatnya, pastilah

Belajar matematika atau sains yang ‘dogmatis’ lewat rentetan rumus di atas kertas yang wajib dihafal dan nggak tahu harus diapakan, no no no udah nggak lagi, kita nggak ingin kan buat mereka stress?

Sekaranglah waktunya menyalakan api sebanyak mungkin di pikiran kita semua

Ibarat kita bertemu anak kita, walau sebentar tapi berkualitas. Bukan sering ketemu, nasehatin ini itu itu ini, ceramah, lama sambil ngegadget, bisa-bisa mereka jenuh, akhirnya nasehat kita bagai angin yang masuk telinga kanan, keluar telinga kiri

Please, sekali lagi, pikiran adalah api yang harus dinyalakan, bukan bejana yang harus diisi

(Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Google Image)

BEL (Bantuan Eksplorasi Laman)