Lingkungan fisik sekolah tentu berpengaruh ke proses pembelajaran. Maka perlu bagi sekolah meminta umpan balik ke siswa, bagaimana pemanfaatan ruang belajar yang lebih baik versi mereka, dan mengetahui model kolaborasi yang dibutuhkan untuk mensukseskannya.
Rebecca Vukovic di tulisannya yang berjudul Innovative Learning Spaces and Impactful Staff Collaboration membahas itu semua. Mari kita baca terjemahannya
Bagaimana lingkungan fisik di sekolah Anda memengaruhi cara mengajar dan belajar? Stonefielfs Primary School di Selandia Baru mengedepankan visi dan keselarasan pedagogi, mengembangkan enabling architecture (infrastruktur pendidikan yang mendukung proses pembelajaran yang efektif dan efisien, termasuk perancangan dan pengembangan lingkungan belajar yang menyediakan sumber daya, alat, dan teknologi yang diperlukan bagi siswa), kerja sama staf sekolah yang efektif, dan menjadikan siswa sebagai acuan dalam pengambilan keputusan.
Itulah visi sekolah ini sejak pertama didirikan pada tahun 2011—saat sekolah pertama kali memberikan kesempatan kepada 50 siswa untuk belajar—dan seluruh komunitas sekolah juga secara aktif menerapkan dan mengoptimalkan tekad ini.
Terletak di dasar Maungarei (Gunung Wellington) di Auckland, Stonefields sekarang memiliki 750 pelajar dari kelas 0—8. Anita Unka memiliki pengalaman menjadi guru selama 24 tahun dan menghabiskan 9 tahun terakhir mengajar di sekolah dasar. Perannya saat ini adalah Leader of Learning (pemimpin yang mengembangkan budaya belajar di lingkungan sekolah) untuk kelas 1 atau 2. Ia mengatakan sekolah tidak akan jadi seperti sekarang ini jika bukan karena mengedepankan visinya dengan gigih.
Sebagai sekolah baru, keuntungan yang kami miliki adalah kami menciptakan visi kami, menyelaraskannya dengan pedagogi kami, dan dari sana lah kami terus mengedepankannya, yang akhirnya itu tercerminkan dalam pengambilan keputusan di sekolah.
Enabling architecture dan ruang belajar
Lingkungan belajar di Stonefields berdampak signifikan pada proses belajar dan mengajar yang berlangsung. Bahkan, Unka menyebut ruang belajar sebagai ‘guru keempat di ruang belajar’ (mengacu pada lingkungan belajar sebagai “guru keempat” selain guru, siswa, dan materi pelajaran dan menekankan pentingnya desain ruang kelas, tata letak perabotan, dan materi ajar yang digunakan dalam menciptakan lingkungan belajar yang optimal). Di ruang belajar mana pun, pasti akan ada student hub (lingkungan belajar yang menyediakan tempat berkumpul bagi para siswa untuk berinteraksi, bekerja sama, dan belajar bersama), yang terdiri dari sekitar 70 siswa dan 3 guru.
‘Para siswa akan berpindah-pindah ruangan sepanjang hari, mereka tidak akan hanya berinteraksi dengan satu guru di satu ruang kelas saja. Kegiatan membaca mungkin hanya bisa dilakukan di ruangan yang menyediakan lebih banyak akses ke sumber daya pembelajaran, sedangkan belajar matematika mungkin juga dilakukan di ruangan yang berbeda. Melakukan kegiatan kolaboratif mungkin dilakukan di ruangan yang didesain khusus untuk memfasilitasi kegiatan kolaboratif, misalnya ruangan yang dilengkapi dengan meja-meja bundar dan dinding yang dilengkapi dengan sumber daya yang diperlukan. Jika berbicara tentang kolaborasi, foto atau gambar yang menunjukkan contoh kolaborasi atau kerja sama yang efektif juga dapat digunakan untuk memberikan inspirasi dan panduan bagi siswa dalam melakukan kegiatan kolaboratif,’ kata Unka.
Lingkungan belajar yang modern adalah area terbuka yang luas dan dilengkapi dengan beberapa ruangan kecil dan tempat-tempat yang tenang untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi atau fokus yang tinggi. ‘Tata letak furnitur bisa disesuaikan dengan fleksibel sesuai dengan kebutuhan pembelajaran, seperti pembelajaran berbasis kelompok kecil atau pembelajaran secara keseluruhan,’ jelas Unka.
‘Kami memiliki bilik-bilik untuk memfasilitasi pembelajaran secara mandiri dan meja berbentuk heksagonal yang mendorong kolaborasi atau kerja sama antar siswa, jadi memungkinkan siswa untuk belajar dan bekerja secara mandiri atau dalam kelompok sesuai dengan preferensi dan kebutuhan mereka. Ini juga menciptakan kesempatan bagi siswa untuk mengambil kendali atas pembelajaran mereka sendiri dan untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran (student agency) sejak usia dini hingga dewasa dan mempersiapkan mereka menjalani dunia kerja yang semakin kompleks dan berubah dengan cepat.’
Fokus pada kerja sama
Unka mengatakan sekolah sangat mengedepankan kerja sama.
‘Jika berbicara tentang “hubs that hum” (lingkungan belajar yang ramai dan aktif di mana siswa bekerja sama dengan baik dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran), tidak ada yang terjadi secara kebetulan, semua membutuhkan usaha dan dedikasi para guru dan siswa untuk mewujudkannya. Oleh karena itu, Anda harus menginvestasikan waktu dan berkomunikasi secara terbuka dan jujur, misalnya dengan bertanya, “Apakah ada masalah yang dipendam? Bagaimana menurut kalian? Apa semuanya lancar-lancar saja? Apa ada kendala?”
Jadi, kami menerapkan budaya terbuka di Stonefields dan saya rasa ini penting karena memberikan kesempatan pada siswa dan guru untuk merasa memiliki ruang belajar mereka sendiri dan menghargai setiap pendapat atau pandangan yang diungkapkan. Kalau tentang kepemimpinan, kami bekerja secara kolaboratif dan seperti tidak terasa hierarkis di sini, jadi semua penghuni sekolah terlibat dan diikutsertakan dalam pengambilan keputusan—yang berimbas positif pada kesuksesan lingkungan belajar kami.
Unka mengatakan sekolah berencana untuk mencapai 1.020 pendaftar, artinya semakin banyaknya jumlah siswa dan staf di sekolah, tantangan terbesarnya adalah memastikan semuanya mengenal satu sama lain dengan baik dan berbagi pengalaman belajar bersama.
‘Sejak dulu itulah yang menjadi tantangannya dan saya rasa sekolah kami sudah memiliki beberapa struktur dan sistem yang baik di mana kami secara teratur bertemu dan bekerja sama dalam pembelajaran. Rencana pembelajaran profesional yang kami miliki juga jelas dan terstruktur karena sudah dirancang dan disusun sejak awal tahun ajaran dan kami melakukannya setiap semester,’ katanya.
Sekolah kami menggunakan sistem pengelolaan pembelajaran yang disebut SchoolTalk untuk memastikan guru, siswa, dan orang tua siswa saling memiliki informasi yang sama. SchoolTalk menyediakan catatan pembelajaran untuk setiap siswa yang digunakan secara bersama-sama oleh guru, siswa, dan orang tua siswa.
‘Sistem ini sangat fleksibel sehingga orang tua siswa bisa terlibat dan mengetahui apa yang terjadi sekolah, siswa dan guru juga bisa melihatnya. Sebagai leader of learning, saya bisa mengamati atau mengakses SchoolTalk siswa dan melihat perencanaan dan apa saja yang dilakukan. Semakin baik kami memanfaatkan penggunaan sistem ini, semakin efektif kolaborasi atau kerja sama kami dalam perencanaan pembelajaran dan keterbukaan rencana dan informasi pembelajaran,’ cerita Unka.
Bagaimana selanjutnya?
Unka bercerita bahwa di Stonefields, para staf sekolah berusaha melibatkan siswa dengan sesuatu yang mereka minati.
‘Pembelajaran harus memberikan peluang belajar yang berharga dan nyata, jadi harus paham apa yang menarik perhatian para siswa. Itulah mengapa penting untuk mendengarkan pendapat atau pandangan siswa dan komunitas sekolah, mengetahui pemahaman yang mereka tahu sebelumnya, dan mengukur keterlibatan mereka dalam proses pembelajaran. Apakah sudah membawa perubahan? Tindakan apa yang bisa diambil sebagai hasil dari pembelajaran itu? Jadi, ada banyak hal yang kami renungkan tentang rancangan pembelajaran yang kami buat’.
Ke depannya, Unka mengatakan bahwa ada satu ruangan yang ingin ia ciptakan, yaitu lingkungan belajar outdoor (luar ruangan).
‘Kami sudah cukup inovatif dalam memanfaatkan ruangan indoor, tapi sekarang mungkin sudah saatnya kami memanfaatkan ruangan outdoor sebagai ruang belajar. Seperti apa pembelajaran yang bisa dilakukan outdoor dengan olahraga dan permainan kreatif? Pasti akan menarik minat siswa-siswa kami, jadi peluang seperti apa yang bisa kami ciptakan di ruangan outdoor untuk mewujudkan ini?’
Intinya, harus menyeimbangkan antara apa saja yang penting untuk siswa pelajari dan tetap membuat mereka menikmati pembelajarannya.
‘Penting untuk membuat mereka menikmati pembelajaran dan memastikan bahwa saat mereka lulus kelas 8, mereka memiliki kemampuan dan keterampilan yang diperlukan agar bisa berhasil dalam kehidupan serta menjadi lifelong learners.’
(Sumber terjemahan: Teacher Magazine/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Teacher Magazine & Google Image)