Teacher Practices in Indonesia

Selasa, 01/07/2025 WIB | 260

Selama 25 tahun terakhir, jumlah anak yang bersekolah di negara-negara miskin dan berkembang terus meningkat. Tapi meskipun makin banyak anak yang bisa sekolah, kualitas pembelajarannya masih menjadi masalah besar. Banyak anak belum menguasai keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung (World Development Report, 2018).

Hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Dalam 30 tahun terakhir, akses ke pendidikan memang semakin luas. Tapi kualitas pendidikan tetap jadi tantangan. Menurut laporan Bank Dunia (Indeks Modal Manusia 2020), rata-rata anak Indonesia menghabiskan waktu sekitar 12,4 tahun di bangku sekolah. Sayangnya, dari waktu selama itu, mereka hanya mendapat hasil belajar yang sebanding dengan 7,8 tahun. Artinya, ada kesenjangan yang cukup besar antara lama sekolah dan apa yang benar-benar dipelajari.

Masalah lain, sekitar 35% anak-anak Indonesia yang sudah duduk di kelas atas SD masih belum lancar membaca. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding negara tetangga seperti Malaysia (25%), Filipina (20%), Thailand (15%), dan Vietnam (10%) (World Bank, 2019). Secara global, banyak ahli menyebut bahwa krisis pembelajaran sebenarnya adalah krisis dalam pengajaran (Bold dkk., 2017). Laporan ini mencoba menjelaskan bagaimana cara mengajar guru di Indonesia, berdasarkan pengamatan langsung di kelas menggunakan alat bernama Teach.

Menentukan seperti apa pengajaran yang benar-benar efektif ternyata tidak mudah. Banyak penelitian menunjukkan bahwa latar belakang guru seperti pendidikan formal, lama mengajar (terutama setelah dua tahun pertama), kemampuan berpikir, atau nilai ujian masuk, hanya punya pengaruh kecil terhadap kualitas mengajarnya (Staiger & Rockoff, 2010; Araujo dkk., 2016; Bau & Das, 2017; Cruz-Aguayo dkk., 2017). Yang justru paling berpengaruh terhadap hasil belajar siswa adalah bagaimana guru mengajar di dalam kelas.

Contohnya, penelitian di Ekuador menunjukkan bahwa peningkatan kualitas guru sebesar satu poin (disebut standar deviasi) berdasarkan penilaian dari alat observasi bernama CLASS, bisa meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 0,18 poin juga (Araujo dkk., 2016). Di Amerika Serikat, hasil observasi kelas juga menunjukkan bahwa guru dengan skor tinggi cenderung membuat siswanya mendapat nilai yang lebih baik (Kane & Staiger, 2009; 2012; Hamre dkk., 2014; Holtzapple, 2003; Milanowski, 2004).

Bukan hanya praktik guru yang penting, tetapi peningkatan kualitas praktik mengajar itu sendiri bisa membawa dampak positif. Misalnya, di Chile, siswa yang gurunya menerima umpan balik dan pendampingan setelah observasi kelas, mencetak nilai ujian 0,05–0,09 poin lebih tinggi di ujian daerah, dan 0,04–0,06 poin lebih tinggi di ujian nasional dibanding siswa yang gurunya tidak mendapat bimbingan seperti itu (Bruns dkk., 2016). Studi lainnya terhadap lebih dari 60 program pelatihan guru juga menunjukkan bahwa ketika pelatihan fokus untuk memperbaiki cara mengajar, dampaknya terasa besar seperti praktik guru membaik (naik 0,58 poin) dan hasil belajar siswa juga meningkat (naik 0,15 poin) (Kraft dkk., 2018).

Latar belakang studi ini

Di Indonesia, ada lebih dari tiga juta guru yang mengajar sekitar 54 juta siswa (World Bank, 2023). Studi ini ingin melihat secara mendalam bagaimana guru mengajar di kelas, dengan menggunakan alat pengamatan yang disebut Teach. Laporan ini merupakan bagian dari riset Bank Dunia tentang hilangnya pembelajaran (learning loss) di Indonesia.

Saat ini, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi banyak tantangan, seperti koordinasi antar kementerian, kualitas guru yang belum merata, serta perbedaan fasilitas dan sumber daya antara kota dan desa. Karena itu, penting untuk memahami dan mengukur bagaimana guru mengajar di kelas.

Tujuan akhirnya adalah menemukan cara yang lebih baik untuk mendukung guru, memperbaiki pembelajaran siswa, serta memperkuat kualitas pendidikan secara keseluruhan. Hasil studi ini diharapkan bisa memberi saran yang berguna untuk memulihkan dampak learning loss dan mendorong perbaikan nyata di sekolah-sekolah.

Laporan ini

Laporan ini menyajikan hasil analisis mendalam tentang bagaimana guru mengajar di kelas-kelas di Indonesia, berdasarkan pengamatan langsung menggunakan alat Teach. Fokus utama laporan ini adalah untuk menggambarkan kualitas praktik pengajaran yang berlangsung di berbagai jenjang dan konteks sekolah.

Laporan ini merupakan bagian dari inisiatif riset Bank Dunia tentang learning loss atau hilangnya pembelajaran, dan bertujuan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang terjadi di ruang kelas. Dengan begitu, laporan ini tidak hanya memberikan data, tetapi juga menjadi dasar bagi pengambilan keputusan dan perumusan kebijakan pendidikan yang lebih efektif.

Melalui temuan-temuan dalam laporan ini, diharapkan para pemangku kepentingan baik pemerintah, sekolah, maupun lembaga pelatihan guru, dapat merancang program yang lebih tepat sasaran untuk mendukung guru, meningkatkan hasil belajar siswa, dan memperkuat mutu pendidikan secara menyeluruh.

BEL (Bantuan Eksplorasi Laman)