Dalam menekan angka perundungan anak di sekolah, orang tua dan dinas terkait memiliki peran besar.
Catatan: bila podcast pada player di atas error atau tidak terputar secara penuh, silahkan mendengarkan melalui Spotify
Isma Fitria Agustina Dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo mengatakan, sekolah yang menjadi rumah kedua bagi anak, harus dibuat aman dan nyaman.
Artinya, tidak ada lagi perundungan di sekolah, yang membuat anak merasa tidak aman dan nyaman.
“Kasus perundungan banyak terjadi karena kita sebagai orang dewasa jarang mendengarkan anak. Jikapun mendengarkan, kita terbiasa menjustifikasi mereka dan menganggap cerita mereka tidak penting,” ujar Isma.
Padahal, lanjut Isma, dengan mendengarkan anak-anak bercerita, mereka akan tumbuh menjadi anak yang lebih terbuka dan percaya diri.
Baca juga: SDN Tenggulunan Sidoarjo Terapkan Program PPKSP dengan Memberdayakan Teman Sebaya
“Saat anak mulai membuka dirinya dan mau bercerita, sebaiknya kita sebagai orang tua dan guru, harus mendengarkan, menerima, dan mempelajari yang mereka ceritakan. Bukan malah menjustifikasi,” jelasnya.
Maka, Isma bersama rekan yang lainnya, kerap melakukan kolaborasi dengan program-program pendukung yang bisa diimplementasikan ke sekolah, termasuk SRG atau Sekolah Responsif Gender, untuk menyamakan mindset tentang perundungan anak.
“Dengan terbukanya anak-anak dan mau bercerita kepada orang dewasa tanpa mendapat judgement, lama-lama akan menurunkan relasi kekuasaan atau bullying,” tutupnya.
*Sumber: Podcast Dialog BBPMP Provinsi Jawa Timur, 2 Juli 2024 di SDN Tenggulunan Sidoarjo (Judul asli informasi: Dosen UMSIDA Sebut Orang Tua dan Dinas Terkait Punya Peran Besar dalam Menekan Perundungan Anak)



