Dirjen PAUD Dikdasmen Kemendikbud Ristek, Dr Iwan Syahril PhD mengajak anak-anak muda inovatif di Kabupaten Blitar untuk menjadi mentor dalam Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
Hal itu disampaikan saat berdiskusi dengan Bupati Blitar Rini Syariah dalam kunjungan kerja ke Kabupaten Blitar, Jawa Timur pada Rabu (16/6/2023).
Dalam pertemuan itu, Bupati Blitar Rini Syarifah yang didampingi Sekretaris Kabupaten Blitar Izul Marom mengungkap tentang potensi sumber daya manusia (SDM) di wilayahnya yang dinilainya cukup brilian.
Rini mencontohkan salah satu anak muda di Blitar yang mampu mengkreasikan jagung hingga mampu dipasarkan ke luar negeri.
“Dia membuat popcorn, akhirnya disenengi orang Jepang dan New Zealand,” cerita Rini Syarifah dalam pertemuan yang juga diikuti Kepala Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jawa Timur Sujarno MPd dan Kepala Balai Besar Guru Penggerak (BBGP Provinsi) Jawa Timur Abu Khaer.
Dikatakan Rini, kreasi ini sempat membuatnya terkaget-kaget dan semakin meyakinkannya bahwa Kabupaten Blitar memiliki potensi SDM yang luar biasa.

“Kita mendorong anak-anak untuk menjadi influencer. Blitar punya potensi besar untuk itu,”katanya.
Rini lalu memberi contoh lain, adanya petani milenial di Wates yang mampu membuat 300 green house untuk budidaya melon.
Saat ini produk petani milenial ini bisa dikirim ke pasar modern di Jakarta. “Mereka bisa masuk ke hypermart. Itu juga anak-anak muda,” katanya.
Mendengar hal ini, Iwan Syahril lalu menyarankan agar anak-anak muda sukses dan petani milenial ini bisa menjadi mentor untuk Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di sekolah.

“Misalnya ikatan alumni mengundang petani milenial untuk membimbing adik-adiknya di P5. Itu bakal menarik. Dia datang ngasih inspirasi, lalu di tengah-tengah dia datang ngasih feedback bagi yang presentasi. Dan di akhir dia datang lagi, nanti pemenangnya dapat hadiah kecil-kecilan. Intinya menarik bagi adik-adiknya,”urainya.
Menurut Iwan, pengalaman sukses ini akan sangat berharga untuk anak-anak yang saat ini masih bersekolah.
“Ini orang Blitar masih muda bikin inovasi. Anak-anak belum secanggih itu, tapi pengalaman berinteraksi orang yang punya inovasi, akan melekat ke mereka,” katanya.
Selain itu, lanjut Syahril, jaringan dengan inovator-inovator Blitar itu akan menjadi aset atau social capital yang akan memperkuat ekosistem di Blitar.
Sekretaris Kabupaten Blitar Izul Marom menambahkan, inovasi yang tak kalah pentingnya adalah ketika para petani millenial ini mampu menciptakan lombok varietas baru yakni lombok blitar asli (lobitar).
Lombok ini memiliki warna lebih cerah, mengkilap, lebih panjang, lebih pedas, lebih tahan lama. Untuk menciptakan butuh waktu yang panjang. Namun, mereka kini sudah menikmatinya karena harga lombok ini lebih mahal dibanding cabe biasa.
Mendengar hal ini, Iwan Syahril kembali menyarankan untuk memasukkan hal itu dalam program P5.
“Kenapa tidak pendidikan kita desain untuk betul-betul memanfaatkan ini. Artinya P5 ini berkolaborasi, semua capaian tadi terlibat,” katanya.
Dalam P5 ini, selain tetap fokus pada tujuan yang ingin dicapai juga bisa menghadirkan pendidikan di kehidupan nyata. Dan untuk itu semua bisa berkontribusi.
“Kenapa gak dimanfaatkan maksimum sama teman-teman di bidang pendidikan di Blitar. Masyarakat mau kemana, keunggulannya bisa dimaksimalkan, sehingga anak-anak sekolah di PAUD, SD, SMP, SMA kita kenalkan kemungkinan-kemungkinan problem solving untuk masalah yang ada sekarang. Mereka sudah mengenal konteks, dan mereka juga punya soft skill nya,” tukasnya. (Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Dokumentasi Kegiatan BBPMP Provinsi Jawa Timur)




