Sudah Waktunya, Guru Penggerak Mesti Siap Dengan Digitalisasi Pendidikan

Para guru penggerak dan sekolah penggerak diharapkan bisa memberikan kontribusi bagi pembangunan sumber daya manusia (SDM). Sehingga, lewat tangan dingin mereka, di daerah-daerah akan lahir SDM-SDM unggul yang dapat terlibat aktif dalam pembangunan, termasuk pembangunan ekonomi.

Selain diharapkan dapat mendorong lahirnya SDM-SDM unggul, guru penggerak dan sekolah penggerak, juga diharapkan bisa mendukung upaya transformasi digital dan upaya mewujudkan smart city atau kota pintar, seperti yang menjadi misi setiap pemerintah daerah di Indonesia. Dukungan ini bisa dijalankan dengan memulainya di lingkungan masing-masing, baik di sekolah maupun di Dinas Pendidikan, dengan mewujudkan pembelajaran yang terdigitalisasi.

Untuk mendorong pembelajaran yang terdigitalisasi, di sekolah-sekolah dapat dioptimalkan pemanfaatan Chromebook. Perangkat ini tidak hanya bisa dipakai untuk asesmen nasional, tapi kini juga bisa dipakai untuk pembelajaran. Selain itu, Chromebook juga bisa dimanfaatkan untuk aktivasi akun belajar.id yang sampai saat ini belum 100 persen.

Audensi BBPMP Provinsi Jawa Timur, Google for Education Indonesia (wilayah Jawa Timur) dan Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto tentang optimalisasi pemanfaatan chromebook, akun belajar.id dan Google Workspace for Education untuk proses pembelajaran (Jumat, 31 Maret 2023) di Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto:

Selain Chromebook, pembelajaran yang terdigitalisasi juga bisa memanfaatkan layanan Google workspace for education.  Semua layanan itu difasilitasi oleh Kemendikbud Ristek yang didukung oleh Google.

Dasar fasilitasi dari Kemendikbud Ristek dan Google ini adalah keinginan untuk menyiapkan para siswa untuk pekerjaan-pekerjaan yang saat ini belum tercipta, dengan menggunakan teknologi yang belum ditemukan, untuk memecahkan persoalan-persoalan yang belum diketahui.

Berdasarkan survey terhadap para CEO kelas dunia, pada 5 atau 10 tahun mendatang, ada 10 top skill yang dibutuhkan untuk jenis-jenis pekerjaan baru yang akan muncul di masa depan namun belum teridentifikasi secara presisi saat ini.

Dari sepuluh top skill tersebut, lima teratas adalah skill problem solving, lalu teamworking atau bekerja dalam tim, skill berkomunikasi, kemampuan berpikir kritis, dan yang terakhir adalah kreativitas.

Untuk menciptakan siswa-siswa yang memiliki skill tersebut, bisa dimulai dari sekolah. Salah satunya dengan menerapkan problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah. Dalam model pembelajaran ini, anak-anak ditantang untuk membawa masalah dari luar untuk didiskusikan di kelas. Lewat model pembelajaran ini,  siswa dilatih problem solving, teamwork, critical thinking, creativity, dan komunikasi baik.

Kembali ke google Workspace for Education, saat ini di seluruh dunia sudah ada 189 juta pengguna.

Para guru di Indonesia sendiri terus didorong untuk memanfaatkannya agar dapat mempersiapkan sekolah memasuki era hybrid class. Sebab, berdasarkan prediksi para ilmuwan, dalam 10 tahun ke depan akan muncul sekolah-sekolah hibrid yang sangat memanfaatkan teknologi.

Terlepas dari akurat atau tidaknya prediksi tersebut, yang jelas 10 tahun bukanlah waktu yang lama. Hanya sekejap mata, kita akan memasuki era tersebut. Persoalannya, sudah siapkah kita untuk digitalisasi pendidikan itu? (Sumber: Paparan Google wilayah Jawa Timur saat bersama BBPMP Provinsi Jawa Timur di audiensi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto (Jumat, 31/3/2023)/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Google Image dan Dokumentasi Kegiatan BBPMP Provinsi Jawa Timur)

Bagikan Tulisan