Komunitas SMP Muhammadiyah se-Sidoarjo Belajar Kurikulum Merdeka di BBPMP Jatim

Sejak diluncurkan pada Februari 2022, Kurikulum Merdeka  mendapat sambutan antusias dari sekolah-sekolah di Jawa Timur.

Seperti yang ditunjukkan sekolah-sekolah di Sidoarjo, Jawa Timur bersama dengan Komunitas Belajar Angonponik dalam Pembukaan Workshop dan Pendampinan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) yang digelar di Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jawa Timur pada Kamis, 9 Maret 2023.

Para kepala sekolah yang sebagian besar dari SMP Muhammadiyah se Kabupaten Sidoarjo ini  bersemangat hadir di Ruang Graha Wiyata Bung Hatta untuk mengikuti workshop dan pendampingan IKM dari para pendamping BBPMP Provinsi Jatim.

Drs Ainur Rofik MSi, Ketua Komunitas Belajar Angonponik mengatakan, komunitas SMP Muhammadiyah ini sebagian besar sudah menerapkan Kurikulum Merdeka, namun belum terdaftar sebagai sekolah penggerak.

“Mereka ingin belajar sama-sama di BBPMP, tentang bagaimana sejatinya Kurikulum Merdeka. Harapannya, guru-guru di komunitas sekolah Muhammadiyah Kabupaten Sidoarjo lebih detail, bisa memahami bagaimana mengimplementasikan Kurikulum Merdeka,” terang Ainur Rofik.

Di kesempatan itu, Ainur sempat menanyakan sejumlah hal mengenai Kurikulum Merdeka, seperti asesmen nondiagnostik, asesmen diagnostik non kognitif maupun kognitif, pembelajaran berdeferensiasi, serta modul profil pelajar pancasila dan modul pembelajaran.

Namun, di antara para kepala sekolah yang hadir, mengaku belum menerapkan hal-hal tersebut.

“Kami berharap besar, setelah dari sini mereka bisa mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, apapun status sekolahnya, apakah mandiri berbagi atau pun yang lainnya,”  kata Ainur.

“Harapannya mereka mendapatkan contoh serta membuat produk yang bisa digunakan untuk mengimpelmentasikan kurikulum merdeka,”sambungnya.  

Kepala BBPMP Provinsi Jatim, Sujarno MPd mengatakan, terkait impelementasi  Kurikulum Merdeka, arahnya adalah ingin meningkatkan kemampuan literasi, numerasi dan karakter anak.

Kenapa literasi dan numerasi penting?

Menurut Sujarno, karena literasi dan numerasi ini adalah kemampuan dasar yang diperlukan untuk menghadapi hidup dan kehidupan di era VUCA  (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity).

“Intinya, sekarang perubahan cepat tidak menentu, tidak jelas. Kalau ada permasalahan tidak diselesaikan, akan bertumpuk dengan masalah lain dengan cepat. Karena itu, memerlukan kemampuan literasi, numerasi yang tinggi,” terang Sujarno.

Lalu, kenapa Kurikulum Merdeka perlu diterapkan?

Menurut Sujarno, ada tiga keunggulan dalam Kurikulum Merdeka, yakni lebih mendalam, sederhana dan hanya mempelajari hal-hal esensial  serta tidak harus substansi materi.

Selain itu, Kurikulum Merdeka juga lebih relefan dengan kebutuhan peserta didik serta lebih fleksibel.

“Tidak ada lagi kurikulum kaku, sehingga membuat bingung guru hingga akhirnya copas (copy paste). Sekarang tidak lagi. Karena kurikulum dikembangkan di masing-masing sekolah,” kata Sujarno.

Sujarno berharap dalam workshop ini para pendamping dari BBPMP Provinsi Jatim tidak bertugas menjadi pengajar.

“Tapi pendamping itu partner untuk menemukan sendiri, kira-kira apa yang cocok diterapkan sekolah masing-masing,” terangnya.

Di kesempatan ini, Sujarno juga meminta agar  Komunitas Angonponik segera mendaftarkan komunitasnya di Platform Merdeka Mengajar (PMM).

“Di situ banyak contoh, buku-buku dan praktek baik yang sudah dikurasi. Dan itu bisa jadi acuan. Berbagi praktek baik, bisa jadi sesuai, bisa jadi tidak sesuai, silakan dipilih, mana yang cocok,” tukasnya. (Ditulis oleh Diana Triastuty/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Dokumentasi Kegiatan BBPMP Provinsi Jawa Timur)

Bagikan Tulisan