Pengiriman Buku Bacaan Berkualitas Masih Diprioritaskan Untuk Kawasan 3T

Berdasarkan hasil asesmen kompetensi minimum dalam asesmen nasional tahun 2021, lima puluh persen peserta didik Indonesia belum mencapai kompetensi minimum literasi.

Kesenjangan literasi juga masih terjadi di sekolah-sekolah di wilayah tertinggal terdepan dan terluar atau 3T.

Sejak 2019, Kemendikbud Ristek terus meluncurkan terobosan Merdeka belajar. Terobosan ini memberikan keleluasaan yang lebih besar bagi guru dan murid untuk lebih kreatif dalam menghadirkan proses belajar mengajar yang menyenangkan dan memerdekakan.

Kebijakan ini memberikan peluang bagi guru dan siswa untuk bersikap lebih kreatif dan menyenangkan dalam proses belajar mengajar.

Dalam rangkaian Merdeka Belajar, Kemendikbud Ristek berusaha menyediakan buku bacaan bermutu untuk anak-anak didik, melalui badan pengembangan dan pembinaan bahasa.

Dalam program ini, Kemendikbud Ristek menyediakan lebih dari 15 juta eksemplar buku bacaan bermutu bagi lebih dari 20.000 PAUD dan SD disertai dengan pelatihan dan pendampingan.

Baca juga: Apresiasi Pegiat Literasi terhadap Merdeka Belajar Episode ke-23 dan Tingkatkan Literasi Generasi Muda, Kemendikbudristek Distribusikan Buku Bacaan Bermutu

Ada tiga pilar utama dalam program buku bacaan bermutu untuk literasi Indonesia.

Pertama adalah pemilihan dan penjenjangan buku bacaan bermutu. Di pilar ini, Kemendikbud ristek telah memilih 716 judul buku berdasarkan kriteria buku bacaan bermutu, yaitu buku yang sesuai dengan minat dan kemampuan.

Pemilihan dan penjenjangan buku ini bertujuan menghadirkan buku bacaan yang menarik untuk dibaca, berkorelasi dengan keseharian anak, serta memenuhi kaidah penjenjangan buku bacaan

Sedangkan pilar kedua adalah pencetakan dan distribusi. Di pilar ini, Kemendikbud ristek menyalurkan 15 juta 355.486 eksemplar buku kepada 5.963 PAUD dan 14.595 SD di kawasan 3T dan daerah dengan nilai kompetensi minimum literasi dan numerasi yang masih rendah.

Pencetakan dan distribusi buku bacaan dilakukan melalui kolaborasi Kemendikbud ristek dengan berbagai pihak seperti PT Pos Indonesia, beberapa perusahaan percetakan, Dinas Pendidikan Kabupaten atau Kota, pegiat literasi, TNI, dan masyarakat setempat.

Sedangkan pilar ketiga adalah pelatihan dan pendampingan, Seperti diketahui, kunci keberhasilan penggunaan buku bacaan adalah kemampuan kepala sekolah guru dan pustakawan dalam mengelola dan memanfaatkan buku bacaan untuk peningkatan minat baca dan literasi peserta didik.

Kemendikbud ristek memberikan pelatihan berjenjang kepada pihak-pihak terkait guna mengoptimalkan peran buku bacaan bermutu dalam peningkatan kemampuan literasi

Sasaran prioritas

Mengacu pada informasi-informasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk saat ini, penyediaan buku bacaan berkualitas ini memang belum bisa menjangkau semua sekolah atau taman bacaan masyarakat. Sebab, untuk bisa menjangkau seluruhnya, diperlukan anggaran yang sangat besar.

Karena itu, di tahap awal, pembagian buku-buku bacaan berkualitas ini masih diprioritaskan untuk daerah 3T dan daerah yang asesmen nasionalnya rendah.

Mengapa daerah 3T? Bila membaca Perpres tentang daerah Tertinggal, maka dapat diketahui bahwa daerah tertinggal adalah daerah yang sarana dan prasarananya tidak memadai. Termasuk di dalamnya adalah tidak adanya sarana internet.

Karena tidak ada sarana internet, maka mustahil bagi anak-anak di daerah 3T untuk membaca buku-buku digital yang telah disediakan oleh Kemendikbud Ristek. Sehingga, sangat penting bagi mereka untuk mendapatkan akses terhadap buku-buku bacaan berkualitas.

Selain daerah 3T, daerah yang nilai asesmen nasionalnya masih rendah juga menjadi sasaran penjangkauan.

Namun itu pun belum semua daerah yang dapat dijangkau. Dari daerah-daerah yang assesmen nasionalnya rendah, penyediaan buku bacaan berkualitas masih diprioritaskan pada daerah-daerah yang asesmen nasionalnya ada di level 0, yakni sekolah-sekolah yang tidak mengikut asesmen nasional karena tidak adanya sarana dan prasarana berupa internet.

Setelah sekolah-sekolah level 0 terjangkau, sasaran selanjutnya adalah sekolah-sekolah yang asesmen nasional berada di level 1 dan level 2.

Sampai saat ini, belum semua sekolah di level 2 yang mendapatkan pengiriman buku bacaan berkualitas, lantaran anggaran untuk mencetak yang sangat besar.. Karena itu, pada 2023, pengiriman buku bacaan untuk sekolah-sekolah tersebut akan dilanjutkan.

Kemendikbud Ristek sendiri telah mengajukan penambahan anggaran ke Kementerian Keuangan untuk mencetak buku dan menambah koleksi di sekolah-sekolah yang berada di level 1 dan level 2.

Harapannya, di masa mendatang semua sekolah akan bisa mengakses buku-buku bacaan berkualitas tersebut sehingga tingkat literasi anak-anak Indonesia dapat melompat lebih jauh. (Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Google Image)

Bagikan Tulisan