Program buku bacaan bermutu menjadi program yang melengkapi program Merdeka Belajar. Dengan tersedianya buku bacaan bermutu, diharapkan kompetensi literasi siswa dapat terdongkrak.
Saat ini, setidaknya sudah terdapat beberapa contoh aksi bagaimana program buku bacaan bermutu ini dikorelasikan dengan program Merdeka Belajar.
Misalnya, dalam program Kampus Mengajar, literasi menjadi muatan utamanya. Sampai kini, sudah ada lebih dari 70 ribu mahasiswa yang membantu 15.000 sekolah untuk menggiatkan program literasi.
Kemudian ada program Organisasi Penggerak di mana sebanyak 156 lembaga telah mendampingi sekolah dalam penguatan literasi.
Serta ada pula kurikulum merdeka yang memberikan ruang yang lebih luas bagi para guru untuk memanfaatkan buku-buku bacaan yang relevan dalam pembelajaran. Dalam kurikulum merdeka, memang guru tak lagi diwajibkan menggunakan buku-buku tertentu. Tetapi guru punya kewenangan untuk menentukan buku apa yang hendak dipakai, sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
Link (tautan) terkait: Buku Bacaan Bermutu Kemendikbudristek

Pada prinsipnya, dalam program buku bacaan bermutu, ketersediaan buku bukan satu-satunya hal yang penting. Jauh lebih penting adalah bagaimana guru, pemerintah daerah, dan pegiat literasi, memanfaatkan buku-buku yang tersedia untuk mendorong peningkatan literasi.
Itu pula yang menjadi alasan mengapa pelatihan dan pendampingan perwakilan pemerintah daerah, guru, serta pegiat literasi, menjadi salah satu pilar dalam program buku bacaan bermutu.
Dua pilar lainnya ialah pemilihan dan penjenjangan buku, serta pencetakan dan distribusi buku.
Dari tiga pilar tersebut, pemilihan dan penjenjangan merupakan pilar yang pertama. Di sini, Kemendikbudristek merumuskan kriteria buku bacaan bermutu yang sesuai dengan minat dan kemampuan baca anak. Sebanyak 560 judul buku telah dipilih, dijenjangkan, dan diverifikasi oleh Pusat Buku.
Rinciannya, sebanyak 176 judul dari pelatihan penulis/ilustrator lokal, 360 judul dari terjemahan Bahasa Daerah-Bahasa Indonesia dan Bahasa Asing-Bahasa Indonesia, serta 24 modul literasi numerasi siswa kelas 1-6 SD
Dengan adanya pemilihan dan penjenjangan, kini tersedia kriteria buku bacaan bermutu untuk membantu memilih anak buku bacaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan bacanya. Selain itu, juga tersedia buku bacaan bermutu di perpustakaan di pojok baca sekolah.
Sebelumnya, buku bacaan belum sesuai minat dan kemampuan baca anak. Selain itu, meski sudah tersedia perpustakaan dan pojok baca sekolah, namun buku-buku yang dipajang tidak bisa dianggap bermutu.
Selain tersedia di perpustakaan dan pojok baca sekolah, sebanyak 560 buku bacaan yang telah dipilih, dijenjangkan, dan diverifikasi Pusbuk ini dapat diakses publik secara gratis melalui platform digital Kemendikbudristek, atau di platform-platform digital yang disediakan oleh mitra Kemendikbudristek.
Cetak dan distribusi
Selanjutnya, pilar kedua adalah cetak dan distribusi. Dalam hal ini, Kemendikbudristek telah mencetak dan mengirimkan 15.356.486 eksemplar (560 judul) buku bacaan bermutu ke 5.963 PAUD di daerah 3T dan 14.595 SD di daerah 3T, serta di daerah dengan nilai kompetensi literasi/numerasi merah.
Pencetakan buku ini dilakukan melalui proses lelang di LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah). Sedangkan distribusinya dilakukan dengan kolaborasi bersama Dinas Pendidikan, Pegiat Literasi, TNI, dan Masyarakat setempat.
Lewat kolaborasi itu, sebanyak 15.356.486 eksemplar buku bacaan bermutu telah didistribusikan ke 5.963 PAUD dan 14.595 SD yang paling membutuhkan di 470 kabupaten/kota di 34 provinsi
Pelatihan dan pendampingan
Berikutnya, pilar ketiga adalah pelatihan dan pendampingan.
Hal tersebut menjadi salah satu pilar utama karena adanya kesadaran bahwa keberhasilan penggunaan buku bacaan bermutu, kuncinya terletak pada kemampuan kepala sekolah, guru, dan pustakawan dalam mengelola buku bacaan dan memanfaatkannya untuk meningkatkan minat baca dan kemampuan literasi siswa.
Karena itulah, sepanjang 2022 yang lalu, rangkaian-rangkaian pelatihan telah digelar oleh Kemendikbudristek.
Pelatihan dan Pendampingan ini dilakukan secara berjenjang mulai dari pelatihan tingkat nasional, regional, kabupaten, dan sekolah.
Pada Juni 2022 misalnya, telah diselenggarakan pelatihan nasional yang diikuti 37 peserta pegiat literasi dengan fasilitatornya adalah tim literasi Kemendikbudristek
Lalu pada Agustus 2022, telah diselenggarakan pelatihan regional yang diikuti 239 peserta dari Dinas Pendidikan di daerah, Balai Bahasa, dan pegiat literasi kabupaten.
Pelatihan regional ini difasilitasi oleh 37 fasilitator yang 2 bulan sebelumnya mengikuti pelatihan nasional.
Dilanjutkan kemudian pada November hingga Desember 2022, diselenggarakan pelatihan tingkat kabupaten yang difasilitasi 239 fasilitator dari Dinas Pendidikan, Balai Bahasa, dan pegiat literasi kabupaten.
Sedangkan pesertanya adalah 1.998 kepala sekolah, guru, atau pustakawan di 47 titik atau kabupaten.
Para peserta inilah yang kemudian akan mengimbaskan ilmu yang telah diperoleh, ke sekolah terdekat.
Rencananya, pada 2023, rangkaian itu masih akan berlanjut dengan pelatihan sekolah yang berupa pelatihan daring untuk kepala sekolah, guru, dan pustakawan dari sekolah-sekolah yang memiliki nilai literasi merah.
Pelatihan-pelatihan itu pun sudah mulai terasa dampaknya. Sebelumnya, Kepala Sekolah, Guru, dan Pustakawan belum mengetahui cara mengelola buku bacaan. Namun setelah mengikuti pelatihan, mereka dapat mengelola buku bacaan dengan baik. Di antaranya dalam hal memajang, merawat, serta merotasi atau menyimpan.
Dalam hal memanfaatkan buku bacaan, sebelumnya Kepala Sekolah, Guru, dan Pustakawan belum mengetahui cara melakukan kegiatan membaca yang menarik dan menyenangkan. Namun sesudah pelatihan, mereka memiliki kemampuan dalam hal pemanfaatan buku bacaan. Misalnya, membaca nyaring, membaca bersama, meminjamkan buku, menggunakan buku untuk kegiatan ekstrakurikuler, dan menggunakan buku untuk melatih guru/sekolah lain
Hingga akhir 2022, dapat dilaporkan bahwa program penyediaan buku bermutu ini telah membuat sebanyak 20.558 buku dapat dinikmati oleh PAUD dan SD. Kemudian, sebanyak 239 dari 243 atau sekitar 98 persen Dinas Pendidikan, Balai Bahasa, dan Pegiat Literasi, telah mengikuti pelatihan regional.
Bagi PAUD dan SD yang belum tersentuh program pada 2022, nantinya akan diprioritaskan di 2023 melalui berbagai program.
Peran Pemda dan UPT (Unit Pelaksana Teknis)
Tentu saja, upaya untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa bukan semata tugas Kemendikbud Ristek.
Ada peran pemerintah daerah dan UPT Kemendikbudristek yang tak kalah penting.
Pemerintah daerah yang dalam hal ini direpresentasikan oleh Dinas Pendidikan misalnya, memiliki peran untuk mempraktikkan materi pelatihan dalam kegiatan pembelajaran, pembiasaan membaca setiap hari, dan membaca untuk kesenangan.
Mereka juga berperan mengimbaskan materi pelatihan ke sekolah sekitarnya, menguatkan relasi dengan orang tua dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan belajar yang menumbuhkan minat membaca, menambah koleksi bacaan yang bermutu, serta menguatkan jejaring antar sekolah dan komunitas belajar untuk berkolaborasi menguatkan literasi sekolah.
Sedangkan UPT Kemendikbudristek juga memiliki peran sesuai tugas dan fungsinya masing-masing.
BBPMP (Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan) atau BPMP (Balai Penjaminan Mutu Pendidikan) misalnya, berperan mengadvokasi Dinas Pendidikan, melakukan sosialiasi melalui rapat PMO dengan dinas pendidikan, melalui Pengawas melakukan pendampingan, melakukan fasilitasi, serta melakukan supervisi pemanfaatan buku di satuan pendidikan, dan menganalisis hasil untuk menyusun rekomendasi yang hasilnya dapat dimanfaatkan sekolah dan pemerintah daerah dalam meningkatkan literasi.
BBPMP juga dapat melakukan kunjungan lapangan untuk memonitor pemanfaatan buku, serta memasukkan sekolah penerima buku hibah dalam visitasi penjaminan mutu.
UPT lainnya seperti Balai Besar Guru Penggerak (BBGP), memiliki peran melakukan penguatan SDM di Satuan Pendidikan, juga menyertakan GTK di sekolah dalam jejaring komunitas belajar, jaringan sekolah penggerak, dan guru penggerak.
Kemudian, para Widyaiswara atau Pengembang Teknologi Pembelajaran di UPT tersebut juga bisa memfasilitasi peningkatan kompetensi literasi guru di sekolah penerima buku hibah.
Terakhir, UPT seperti Badan Bahasa yang tersebar di 30 kantor di Indonesia, dapat melakukan kunjungan lapangan untuk memonitor penerimaan buku, serta membuat laporan Perkembangan berkala oleh Tim KKLP Literasi. (Sumber: Paparan Rapat Reboan 11/1/2023 dan 25/1/2023/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Google Image dan INOVASI)




