Pendidikan menghadapi tantangan serius di era Revolusi Industri 5.0. Kemampuan berpikir kritis, kreativitas, inovasi, komunikasi, dan literasi teknologi menjadi kunci yang harus dimiliki setiap peserta didik. Untuk mewujudkannya, kepemimpinan pendidikan di tingkat satuan sekolah memegang peran strategis. Kepala sekolah, pengawas, dan tenaga kependidikan berada di garda terdepan dalam menjamin mutu pembelajaran.
Menjawab tantangan itu, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah secara resmi meluncurkan Program Kepemimpinan Sekolah. Program ini diselenggarakan secara luring di Gedung A, Kantor Kemendikdasmen, Jakarta Pusat, pada 23 Juni 2025. Peluncuran ini menjadi langkah awal untuk memperkuat tata kelola pendidikan melalui peningkatan kapasitas kepemimpinan di satuan pendidikan (sekolah).
Data menunjukkan bahwa kebutuhan kepala sekolah saat ini berada dalam kondisi mendesak. Sebanyak 50.971 jabatan kepala sekolah di Indonesia belum terisi. Di antaranya, lebih dari 10 ribu orang akan pensiun pada 2025. Sementara lebih dari 40 ribu jabatan masih kosong. Tiga provinsi dengan kekurangan tertinggi adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Kekosongan kepala sekolah berdampak langsung pada stabilitas manajemen sekolah. Jika tidak segera diatasi, hal ini bisa mengganggu proses belajar mengajar. Program Kepemimpinan Sekolah hadir untuk mencegah situasi itu menjadi krisis, dengan mempercepat penyiapan dan penugasan calon pemimpin satuan pendidikan.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menegaskan pentingnya membangun kepemimpinan transformatif di sekolah. Program ini tidak hanya mempersiapkan calon kepala sekolah, pengawas, dan tenaga kependidikan, tetapi juga menanamkan karakter kepemimpinan yang kolaboratif, adaptif, dan berdampak nyata. Tujuannya jelas, yakni untuk menciptakan agen perubahan di setiap satuan pendidikan.
Ia menekankan bahwa kualitas pendidikan bergantung pada kualitas kepemimpinan. Sekolah membutuhkan pemimpin yang visioner, mampu merancang arah pembelajaran, menggerakkan seluruh elemen pendidikan, dan membangun budaya belajar yang berkelanjutan. Kepemimpinan yang lemah hanya akan memperbesar kesenjangan layanan pendidikan.
Program ini tidak berdiri sendiri. Direktur Jenderal GTKPG, Nunuk Suryani, menyebut bahwa program kepemimpinan ini dibangun berdasarkan sembilan regulasi utama di bidang pendidikan. Salah satunya adalah Permendikdasmen Nomor 7 Tahun 2025 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah. Dengan dasar hukum yang kuat, program ini diarahkan agar sejalan dengan sistem pendidikan nasional.

Untuk memperkuat pelaksanaan, Kemendikdasmen juga menyediakan platform digital bernama SIMKSPSTK. Aplikasi ini menjadi bagian dari layanan Ruang GTK di Rumah Pendidikan. Sistem ini memungkinkan proses seleksi, pelatihan, hingga pemantauan karier dilakukan lebih efisien dan transparan. Dukungan teknologi ini menjadi bagian penting dari transformasi tata kelola pendidikan.
Program ini mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, menyampaikan komitmennya terhadap pelaksanaan program ini. Ia menilai kepemimpinan yang kuat di sekolah adalah syarat mutlak untuk mencapai pemerataan mutu pembelajaran. Kolaborasi antara kepala sekolah, pengawas, dan tenaga kependidikan harus dibangun secara sistematis.
Hetifah juga menyambut baik hadirnya Permendikdasmen Nomor 7 Tahun 2025. Regulasi ini dinilai mampu mempercepat penugasan kepala sekolah melalui proses yang lebih terbuka dan akuntabel. Pemerintah daerah diharapkan segera menindaklanjuti dengan mempercepat proses pengangkatan kepala sekolah di wilayah masing-masing.
Kekosongan kepala sekolah di banyak daerah bukan sekadar soal administrasi. Ini menyangkut masa depan peserta didik. Sekolah tanpa pemimpin akan kehilangan arah dan daya dorong. Itulah mengapa program ini dianggap sebagai bagian dari solusi konkret, bukan sekadar wacana kebijakan.
Tantangan pendidikan tidak mungkin dihadapi tanpa kepemimpinan yang kokoh. Lewat Program Kepemimpinan Sekolah, Kemendikdasmen berusaha menutup celah kelembagaan yang selama ini sering luput dari perhatian. Program ini bukan sekadar pelatihan, tetapi upaya membangun tulang punggung tata kelola sekolah dari akar.
(Sumber catatan: You Tube Kemendikdasmen/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari You Tube Kemendikdasmen)




