Gerakan Numerasi Nasional (GNN) yang resmi diluncurkan di SD Negeri Meruya Selatan 04 Pagi menjadi tonggak baru dalam upaya membangun budaya numerasi di Indonesia. Program ini bertujuan untuk tidak hanya meningkatkan keterampilan berhitung siswa, tetapi juga mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis, dan adaptif yang sangat dibutuhkan di era global saat ini. Dengan tema “Mahir Numerasi, Majukan Negeri”, gerakan ini mengajak seluruh elemen bangsa untuk mendalami numerasi sejak dini, dengan pendekatan yang menyenangkan dan menarik bagi anak-anak.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, dalam sambutannya menekankan bahwa numerasi adalah kunci dasar dari segala ilmu pengetahuan. Ia mengatakan bahwa untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap matematika, cara pengajarannya harus menarik dan menyenangkan. Menurutnya, matematika bukanlah pelajaran yang sulit atau membingungkan, tetapi seharusnya menjadi alat yang mempermudah pemahaman banyak bidang ilmu. “Matematika itu mudah, jika kita bisa menyampaikan dengan cara yang menyenangkan,” ujarnya.
Mendikdasmen juga menjelaskan bahwa penerapan numerasi harus dibiasakan sejak usia dini dan harus diajarkan dengan cara yang menarik, agar anak-anak tidak merasa terintimidasi dengan pelajaran matematika yang sering dianggap sulit. Di dalam setiap kegiatan yang melibatkan angka, membaca peta, atau bahkan menghitung dalam kehidupan sehari-hari, numerasi harus menjadi bagian yang tak terpisahkan. Pembiasaan ini diharapkan dapat menanggulangi mitos bahwa matematika adalah pelajaran yang membosankan.
Pada acara tersebut, berbagai contoh praktik baik dari sejumlah sekolah yang telah mengimplementasikan numerasi dengan cara yang menyenangkan pun turut dibagikan. Salah satunya adalah SD Negeri Meruya Selatan 04 Pagi yang menghadirkan taman numerasi sebagai ruang belajar di luar kelas. Kepala Sekolah, Tri Susilawati, mengungkapkan bahwa suasana yang ramah numerasi di sekolahnya mampu menumbuhkan rasa ingin tahu dan semangat belajar di kalangan siswa. “Dengan adanya taman numerasi, anak-anak tidak merasa bosan. Guru pun dapat lebih kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran,” tuturnya.
Harapan terbesar dari Tri adalah agar anak-anak Indonesia tidak lagi merasa takut dengan matematika dan numerasi. Dengan adanya program GNN, diharapkan generasi muda dapat menikmati proses belajar tanpa rasa terintimidasi. Suasana belajar yang lebih inklusif dan menyenangkan menjadi kunci keberhasilan dalam meningkatkan keterampilan numerasi anak-anak Indonesia.
Tidak hanya di Jakarta, praktik serupa juga dilakukan oleh guru-guru di daerah lain. Di SDN Tugu Selatan 03, Nilam Sarmaria mengajarkan numerasi melalui permainan tradisional seperti congklak dan dempla. Dengan cara ini, siswa belajar menghitung dan berlatih logika dalam suasana yang akrab dan menyenangkan. Nilam menjelaskan bahwa budaya lokal bisa dijadikan alat yang efektif untuk menanamkan konsep numerasi, yang membuat pembelajaran terasa lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Di tempat lain, Guru SDN Pulau Kelapa 02 Pagi di Kepulauan Seribu, Hidayat, juga menekankan pentingnya menciptakan suasana belajar yang ramah numerasi. Menurut Hidayat, guru harus mampu membuat anak-anak merasa nyaman dengan matematika dan numerasi melalui praktik-praktik sederhana, seperti mengajak siswa membaca kandungan gizi pada kemasan makanan ketika mereka membeli jajanan. “Ini adalah cara untuk memperkenalkan numerasi dalam kehidupan nyata mereka,” kata Hidayat.
Penerapan numerasi dalam kehidupan sehari-hari menjadi salah satu strategi yang diharapkan dapat membuat siswa lebih terbiasa dan lebih nyaman dengan angka. Dengan cara ini, numerasi tidak hanya menjadi pelajaran yang diajarkan di kelas, tetapi menjadi bagian integral dari kehidupan anak-anak Indonesia, yang bisa diterapkan di berbagai aspek kehidupan mereka.
Praktik-praktik baik ini menunjukkan bahwa pendidikan numerasi bukanlah hal yang harus dibatasi di dalam kelas saja. Guru-guru di berbagai daerah sudah mulai memanfaatkan berbagai metode yang inovatif, seperti penggunaan taman numerasi dan permainan tradisional, untuk menumbuhkan kecintaan terhadap matematika. Dengan pendekatan yang menyenangkan dan relevan dengan kehidupan anak-anak, numerasi menjadi lebih mudah dipahami dan diterima.
Gerakan Numerasi Nasional diharapkan menjadi gerakan bersama yang melibatkan semua pihak. Dukungan dari guru, orang tua, dan masyarakat sangat diperlukan agar budaya numerasi ini bisa berkembang dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari anak-anak Indonesia. Selain itu, melibatkan komunitas dalam mendukung gerakan ini akan memastikan bahwa semua anak, di mana pun mereka berada, dapat merasakan manfaat dari pendidikan numerasi yang berkualitas.
Gerakan ini juga diharapkan dapat menumbuhkan generasi yang tidak hanya terampil dalam matematika, tetapi juga memiliki kemampuan berpikir kritis dan analitis yang sangat dibutuhkan dalam dunia yang semakin kompleks. Dengan menumbuhkan budaya numerasi yang kuat sejak dini, Indonesia akan memiliki generasi penerus yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga siap menghadapi tantangan global dengan kemampuan berpikir yang logis dan adaptif.
Peluncuran Gerakan Numerasi Nasional ini bukan hanya sekadar simbol, tetapi merupakan langkah nyata untuk menciptakan generasi yang lebih tangguh dan siap menghadapi masa depan. Dengan berbagai praktik baik yang telah dilaksanakan di lapangan, serta dukungan dari berbagai pihak, GNN berpotensi menjadi fondasi kuat yang akan mendorong kemajuan pendidikan di Indonesia. Maka, gerakan ini patut didorong agar semakin meluas, menjangkau seluruh lapisan masyarakat, dan menjadikan numerasi sebagai bagian dari budaya bangsa.
(Sumber catatan: Kemendikdasmen/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Kemendikdasmen)