Peluncuran Gerakan Numerasi Nasional (GNN) yang digelar di SD Negeri Meruya Selatan 04 Pagi, Jakarta Barat, membuka babak baru dalam pendidikan di Indonesia. Acara ini tidak hanya sekadar perayaan, melainkan menjadi momentum penting dalam membangun budaya numerasi di masyarakat. Dengan menghadirkan berbagai narasumber dari sektor pendidikan, komunitas, hingga pemerintah daerah, acara ini menjadi ruang untuk berbagi praktik baik dan gagasan tentang bagaimana numerasi bisa diterapkan secara dekat dan menyenangkan dalam kehidupan sehari-hari.
Melda Megawati, dari Yayasan Pembina Matematika dan IPA (YPMIPA), memperkenalkan buku cerita Rasi dan Nusa yang diharapkan bisa membantu anak-anak belajar Matematika dengan cara yang menyenangkan. Buku ini mengajak anak-anak untuk melihat Matematika bukan sekadar urusan angka, tetapi juga cara berpikir logis, teratur, dan adil yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Melda menekankan bahwa pembelajaran Matematika harus mengandung nilai-nilai positif seperti saling peduli, saling membantu, dan bekerja sama, yang tercermin dalam cerita kakak beradik Rasi dan Nusa.
Sementara itu, Leni Vinisah dari Sidina Community menyoroti peran ibu dalam membangun budaya numerasi di rumah. Ia menyampaikan bahwa keluarga, terutama ibu, memainkan peran yang sangat penting dalam menumbuhkan kebiasaan numerasi sejak dini. Dengan berbagi pengetahuan melalui webinar dan langsung terjun ke sekolah-sekolah, Leni berusaha mengedukasi masyarakat luas tentang pentingnya numerasi, terutama dengan memanfaatkan media sosial untuk menjangkau audiens yang lebih besar.
Ida Widaningsih, Kepala SDN 2 Munjul Majalengka, membagikan pengalaman menariknya dalam menghadirkan Taman Numerasi di sekolah. Taman ini bukan sekadar ruang hijau, tetapi juga sarana belajar yang ramah anak, menggabungkan permainan tradisional dengan pembelajaran numerasi. Dengan pendekatan ini, Ida berharap anak-anak bisa merasa nyaman dan senang belajar Matematika. Melalui permainan tradisional seperti eklek yang diwarnai angka-angka, anak-anak tidak hanya belajar urutan bilangan, tetapi juga merasakan kegembiraan saat belajar, menjadikan Matematika sebagai teman yang menyenangkan.
Dukungan terhadap Gerakan Numerasi Nasional juga datang dari tingkat kecamatan. Camat Cikalong Wetan, Dadang Sapardan, menyatakan komitmennya untuk memperluas gerakan ini ke desa-desa. Menurutnya, banyak ruang terbuka di kantor kecamatan yang bisa dimanfaatkan untuk menjadi taman literasi, tempat di mana anak-anak bisa belajar numerasi sambil bermain. Ini adalah salah satu contoh konkret bagaimana numerasi bisa diterapkan di ruang publik yang dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Dadang berharap, dengan adanya taman numerasi di setiap desa, anak-anak bisa belajar di luar kelas, bahkan saat orang tua mereka mengurus administrasi di kantor kecamatan.
Inisiatif ini menunjukkan bagaimana numerasi bisa berkembang melalui kolaborasi lintas sektor. Selain melibatkan masyarakat, inisiatif taman numerasi ini juga mengajak berbagai pihak seperti Karang Taruna, mahasiswa KKN, dan tenaga kesehatan untuk berpartisipasi dalam menciptakan ruang belajar yang menyenangkan bagi anak-anak. Dengan melibatkan komunitas, Dadang berharap taman numerasi ini akan menjadi bagian dari ruang belajar yang tidak hanya bermanfaat untuk anak-anak, tetapi juga mendukung kemajuan pendidikan di desa-desa.
Dalam konteks yang lebih akademis, Sugiman, dosen Matematika dari Universitas Negeri Semarang, mengingatkan bahwa numerasi harus bersifat inklusif. Melalui inovasi teknologi, Sugiman berupaya memastikan bahwa gerakan numerasi ini dapat diakses oleh semua anak, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Dengan pengembangan Technology Assistive Mathematics (TAM), Sugiman ingin agar gerakan ini tidak hanya memberikan kesempatan kepada anak-anak yang tidak memiliki hambatan fisik, tetapi juga kepada anak-anak disabilitas yang selama ini sering kali terpinggirkan dalam pembelajaran Matematika.
Sugiman menegaskan bahwa numerasi seharusnya tidak hanya dianggap sebagai keterampilan menghitung, tetapi sebagai kemampuan penting yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini seharusnya berlaku bagi semua anak, tanpa kecuali. Dengan adanya teknologi yang mendukung, setiap anak, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus, berhak mendapatkan akses yang sama untuk belajar dan menguasai keterampilan numerasi.
Gerakan ini semakin mudah diakses berkat kemudahan teknologi. Masyarakat dapat dengan mudah menemukan berbagai konten pembelajaran, materi pendukung, serta inspirasi praktik baik numerasi melalui laman resmi Kemendikdasmen. Dengan begitu, GNN tidak hanya terbatas di dalam ruang kelas, tetapi dapat hadir di mana saja dan kapan saja, menjangkau lebih banyak anak Indonesia untuk belajar numerasi dengan cara yang lebih mudah, menyenangkan, dan relevan dengan kehidupan mereka.
Gerakan Numerasi Nasional ini merupakan langkah penting dalam membangun generasi yang lebih kritis, logis, dan analitis. Melalui kolaborasi yang melibatkan berbagai pihak, baik dari dunia pendidikan, pemerintah, hingga masyarakat, diharapkan budaya numerasi dapat tumbuh subur di Indonesia. Dengan mengenalkan numerasi sejak dini dan mengintegrasikannya dalam berbagai aspek kehidupan, GNN diharapkan akan melahirkan generasi Indonesia yang lebih tangguh dan siap bersaing di dunia global.
Melalui pendekatan yang inklusif dan melibatkan berbagai sektor, Gerakan Numerasi Nasional telah membuka jalan bagi setiap anak Indonesia untuk memperoleh keterampilan numerasi yang tidak hanya bermanfaat di sekolah, tetapi juga di dunia nyata. Gerakan ini membuktikan bahwa pendidikan numerasi dapat hadir dalam kehidupan sehari-hari, memberikan dampak positif tidak hanya untuk anak-anak, tetapi juga bagi masyarakat luas.
Sebagai sebuah gerakan yang melibatkan partisipasi aktif dari berbagai pihak, GNN menawarkan banyak potensi untuk menciptakan perubahan yang signifikan dalam dunia pendidikan Indonesia. Gerakan ini bukan hanya tentang mengajarkan angka dan hitung-menghitung, tetapi juga tentang membangun cara berpikir yang lebih terstruktur, analitis, dan aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.
Inilah saatnya bagi Indonesia untuk merespons kebutuhan akan generasi masa depan yang memiliki keterampilan numerasi yang kuat. Gerakan Numerasi Nasional bukan hanya sebuah program, tetapi sebuah gerakan sosial yang dapat mengubah cara kita mendidik anak-anak Indonesia untuk menjadi pribadi yang lebih cerdas, tangguh, dan siap menghadapi tantangan di masa depan.
(Sumber catatan: Kemendikdasmen/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Google Image)




