Digitalisasi Pendidikan Jadi Sarana untuk Memperkuat Peran Guru

Program Penguatan Digitalisasi Pembelajaran yang diluncurkan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah menjadi langkah penting dalam membangun masa depan pendidikan Indonesia. Program ini tidak berhenti pada distribusi perangkat teknologi, melainkan diarahkan untuk membangun ekosistem pembelajaran digital yang berkelanjutan dan mampu menjawab kebutuhan zaman.

Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Atip Latipulhayat, menegaskan bahwa teknologi bukanlah pengganti peran guru. Menurutnya, proses pendidikan selalu melibatkan interaksi manusia, sehingga guru tetap menjadi aktor utama dalam membimbing, menuntun, dan memastikan anak aktif dalam belajar. Kehadiran perangkat digital, termasuk papan interaktif yang ia sebut sebagai “TV jumbo,” diposisikan sebagai alat bantu untuk memperkaya pengalaman belajar, bukan menggantikan tenaga pendidik.

Teknologi pembelajaran, lanjut Atip, memberi ruang bagi guru untuk menjelaskan hal-hal yang sulit secara lebih jelas. Ia mencontohkan, topik tentang jalur penerbangan internasional atau aktivitas di stasiun luar angkasa yang sebelumnya sulit dipahami hanya lewat kata-kata, kini bisa divisualisasikan dengan gambar dan video. Dengan bantuan papan interaktif, siswa dapat memahami konsep yang rumit melalui pengalaman visual yang lebih nyata.

Meski begitu, Atip mengingatkan adanya risiko baru yang muncul, terutama kecanduan digital pada anak-anak. Karena itu, penggunaan teknologi perlu diawasi dan diarahkan oleh guru. Ia menekankan bahwa digitalisasi harus menjadi jembatan yang menghubungkan pedagogi dengan kepentingan terbaik anak, bukan sekadar penggunaan perangkat tanpa arah.

Senada dengan itu, Staf Khusus Mendikdasmen Bidang Pembelajaran, Arif Jamali, menyoroti pentingnya memastikan bahwa perangkat yang diberikan benar-benar berdampak positif bagi pendidikan, khususnya pendidikan anak usia dini. Perangkat digital hanyalah sarana, dan manfaatnya akan nyata jika digunakan dengan strategi yang tepat.

Laporan dari Direktur Pendidikan Anak Usia Dini, Nia Nurhasanah, menegaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan distribusi bantuan digitalisasi ke 64.191 satuan PAUD pada tahun 2025. Namun, ia mengingatkan bahwa distribusi perangkat hanyalah awal. Tantangan yang lebih besar terletak pada kemampuan guru di seluruh Indonesia untuk mengoptimalkan teknologi tersebut, terutama di daerah terpencil.

Untuk menjawab tantangan itu, strategi pendampingan telah disiapkan melalui bimbingan teknis digitalisasi pembelajaran. Kegiatan dilakukan secara luring maupun daring, melibatkan ribuan guru di seluruh Indonesia. Upaya ini dirancang agar tidak ada kesenjangan dalam pemanfaatan teknologi, sehingga pemerataan mutu pendidikan bisa tercapai.

Bimbingan teknis ini melibatkan 5.400 guru secara luring dan 58.791 guru secara daring. Kolaborasi dengan Unit Pelaksana Teknis juga menjadi bagian dari strategi agar pendampingan berjalan berkelanjutan. Pemerintah menegaskan komitmennya untuk memastikan teknologi bukan hanya hadir di sekolah, tetapi juga benar-benar digunakan untuk memperkuat kualitas pembelajaran.

Langkah ini menunjukkan bahwa digitalisasi pendidikan tidak bisa dilihat sebagai proyek sekali selesai. Dibutuhkan konsistensi, pendampingan, dan sinergi agar teknologi yang masuk ke ruang kelas membawa dampak nyata. Pada akhirnya, guru tetap berada di pusat proses belajar, sementara teknologi hadir sebagai penguat yang membuka peluang baru dalam pendidikan.

Program ini adalah bagian dari transformasi pendidikan yang lebih luas. Dengan kombinasi distribusi perangkat, penguatan kapasitas guru, dan pengawasan pemanfaatan, digitalisasi pembelajaran diarahkan menjadi motor perubahan yang membawa pendidikan Indonesia ke arah lebih adaptif, inklusif, dan berdaya saing.

(Sumber catatan: Kemendikdasmen/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Kemendikdasmen)

Bagikan Tulisan