Jagat Literasi, sebuah forum yang diprakarsai oleh Kompas.com, menjadi ruang refleksi yang sangat penting dalam memperkuat budaya literasi bangsa. Dengan tema “Menelusuri Semua Sisi, Jernih Memaknai”, acara ini memberikan penekanan pada pentingnya literasi yang lebih dari sekadar kemampuan membaca dan menulis. Acara ini tidak hanya dirayakan sebagai bagian dari ulang tahun ke-30 Kompas.com, tetapi juga sebagai momentum untuk mengajak seluruh elemen bangsa untuk menilai kembali pentingnya pendidikan literasi di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan maraknya disinformasi.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, yang menjadi pembicara kunci, menegaskan bahwa literasi adalah pondasi bagi peradaban bangsa. Bagi Abdul Mu’ti, literasi lebih dari sekadar kemampuan membaca teks, tetapi kemampuan untuk menafsirkan gagasan, berpikir kritis, dan memahami realitas sosial yang ada. Di era informasi yang penuh dengan arus data dan kabar bohong, kemampuan ini sangat dibutuhkan agar generasi muda tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga mampu memilah dan menyumbangkan gagasan yang konstruktif.
Abdul Mu’ti juga menekankan bahwa pendidikan literasi harus dimulai sejak dini. Hanya dengan demikian, generasi muda akan tumbuh menjadi individu yang tidak hanya terampil membaca, tetapi juga mampu berpikir kritis, menghargai karya orang lain, dan berani menciptakan ide-ide baru yang dapat mengubah keadaan. Literasi, bagi Mu’ti, adalah bekal utama yang harus dimiliki oleh setiap anak bangsa untuk siap menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.
Sejalan dengan itu, Stephanie Riyadi, penasihat ahli Kemendikdasmen, turut memberikan perspektif penting mengenai literasi abad ke-21 yang tidak hanya berkisar pada kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics). Menurut Stephanie, hasil rendah Indonesia dalam penilaian PISA 2022 menunjukkan betapa besar tantangan yang dihadapi dalam dunia pendidikan, terutama dalam bidang STEM. Ia menegaskan bahwa pendidikan STEM bukan sekadar mengajarkan rumus atau eksperimen laboratorium, tetapi mengembangkan pola pikir yang mengajarkan keberanian bertanya, mencari solusi, serta berkolaborasi.
Pentingnya pendidikan STEM sebagai literasi abad ke-21 tidak hanya untuk mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi dunia yang semakin didominasi oleh teknologi, tetapi juga untuk menciptakan pemimpin masa depan yang mampu berinovasi. Stephanie berharap agar ada kerja sama yang lebih erat antara pendidikan, industri, media, dan pemerintah untuk membangun ekosistem pendidikan yang saling mendukung, di mana literasi dan STEM menjadi dua komponen yang tak terpisahkan.
Dalam acara tersebut, Kompas.com juga mendapat apresiasi dari berbagai pihak atas perannya yang konsisten dalam menyalakan api literasi di Indonesia selama tiga dekade terakhir. Kompas.com, dengan jangkauan luas dan kredibilitas tinggi, telah menjadi mitra strategis dalam upaya membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya literasi. Melalui media ini, masyarakat diajak untuk terus menggali dan memperluas wawasan pengetahuan, tidak hanya di bidang akademis tetapi juga dalam memahami dinamika sosial dan perkembangan teknologi.
Melihat tantangan yang ada, Stephanie menekankan bahwa kita harus bersatu untuk membangun ekosistem pendidikan yang kokoh, terutama dalam hal literasi dan STEM. Program-program pendidikan yang berbasis pada pengembangan literasi dan keterampilan teknis menjadi kunci untuk menciptakan generasi muda yang siap bersaing, berinovasi, dan memimpin dunia.
Di akhir acara, momen perayaan HUT ke-30 Kompas.com juga menjadi titik refleksi untuk seluruh bangsa. Ini bukan hanya sekadar perayaan perjalanan panjang sebuah media, tetapi juga sebagai pengingat akan pentingnya peran literasi dalam mempersiapkan masa depan bangsa yang lebih baik. Dengan semangat yang sama, kita harus terus mendukung pendidikan yang berkualitas, literasi yang luas, dan pengembangan kemampuan anak-anak Indonesia agar siap menghadapi tantangan global.
Akhirnya, Jagat Literasi ini menunjukkan bahwa literasi adalah jalan menuju bangsa yang cerdas, beradab, dan berdaya saing. Dan, di sinilah peran media, pemerintah, pendidikan, dan masyarakat menjadi sangat vital untuk menciptakan sinergi yang kuat. Kita semua bertanggung jawab untuk memastikan bahwa generasi mendatang tidak hanya memiliki kemampuan untuk membaca dan menulis, tetapi juga untuk berpikir kritis, berinovasi, dan menciptakan perubahan yang berarti.
(Sumber catatan: Kemendikdasmen/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Kemendikdasmen)




