BBPMP Jatim Ajak Mahasiswa Kampus Mengajar Fahami Benar Makna Literasi Lebih Luas

Sebelum resmi ditempatkan ke sekolah tujuan, 3.643 mahasiswa dari 141 perguruan tinggi di Jawa Timur, peserta Program Kampus Mengajar Jawa Timur mendapat pembekalan dari Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jawa Timur, pada Kamis (10/8/2023).  

Pembekalam digelar secara hybrid di kantor BBPMP Provinsi Jawa Timur dan online via zoom setelah kegiatan pelepasan yang diselenggarakan secara serentak di 34 provinsi oleh tim Program Kampus Mengajar bersama dengan unit PDM 10: Pemulihan Pembelajaran di bawah naungan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah.

Ada dua narasumber yang dihadirkan oleh BBPMP Provinsi Jawa Timur pada event tersebut, yakni Prof Dr Suryanti, MPd, Koordinator Program Studi S3 Pendidikan Dasar, Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan Dr Samsul Sodiq MPd dari Fakultas Bahasa dan Sastra Unesa.

Profesor Suryanti memaparkan tentang literasi dalam pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga asesmen.

Diterangkan Prof Suryanti, literasi tak sekadar membaca, namun juga harus memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan masalah yang ada di kehidupan.

Simak selengkapnya pelepasan Mahasiswa Kampus Mengajar Angkatan 6 di 2 vvideo berikut:

Menurutnya, masyarakat awam sering menganggap literasi dimulai dengan pengenalan huruf, kemampuan mengeja suku kata, kefasihan melafalkan bacaan dan keterampilan menulis secara drilling, namun mengabaikan konteks.

Padahal, lanjut guru besar asal Banyuwangi ini, sejatinya kecakapan literasi itu dimulai dari kemampuan anak untuk dapat berkomunikasi.

“Artinya, bertukar informasi melalui interaksi dengan lingkungan sekitar,” jelas Prof Suryanti.

Kemampuan literasi ini dapat ditumbuhkan melalui kegiatan bercakap-cakap, menyimak lagu dan cerita, bermain serta bersosialiassi.

Kegiatan pembelajaran tersebut juga dapat dilakukan seiring dengan dilakukannya pengenalan aksara, kata, menulis dan membaca.

“Zaman saya dulu, untuk membaca dengan baik, harus latihan berulang-ulang. Namun di sini, berulang-ulang itu maksudnya anak-anak disuruh menceritakan benda-benda di sekitarnya. Harus berani mengutarakan apa yang dilihat, ditulis, lalu disampaikan ke temannya supaya terjadi interaksi antara individu,” terang Prof Suryanti.  

Di kesempatan ini Prof Suryanti juga menerangkan tentang macam-macam literasi, mulai dari literasi baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial dan literasi budaya dan kewargaan. 

Masing-masing literasi ini harus bisa digunakan untuk mengatasi bermacam persoalan.

Misalnya, dalam literasi numerasi ketika anak diminta mengamati jumlah daun dalam pohon, tak hanya dituliskan dalam bentuk angka. Anak-anak juga harus diajari bagaimana menuliskan dalam bentuk grafik dan bagan serta bisa menerangkan.

“Ajarilah mereka mengubah data dari satu bentuk ke bentuk lain, supaya tidak bingung,” katanya.

Contoh lain, dalam literasi sains, ketika anak diminta memahami fenomena alam dan sosial di lingkungan sekitar, seperti ketika melihat tanaman layu.

Anak-anak diajak mengeluarkan ide dengan memberikan sejumlah pertanyaan misalnya, kenapa tanaman bisa layu, dan supaya segar apa yang harus dilakukan.

Sementara untuk literasi digital, guru harus bisa menyarankan orangtua untuk bisa membatasi penggunaan ponsel serta bagaimana memanfaatkan informasi secara benar.

Sedangkan literasi finansial bisa diwujudkan dengan memberikan pemahaman ke anak untuk bertanggungjawab atas uang saku yang diberikan padanya.

Menurut Prof Suryanti, literasi ini bisa diintegrasikan dalam semua model pembelajaran.

Misalnya, dalam pembelajaran kontekstual mengenai bermacam-macam gaya.

Anak tidak langsung diberikan pengertian gaya. “Tapi bisa dilakukan dengan meminta anak-anak menggeser meja. Apa yang dirasakan? Berupa apa, tarikan atau dorongan? Baru nanti bisa meyimpulkan ooh, gaya itu tarikan dan atau dorongan,” terangnya.

“Jadi mulailah dari hal-hal di sekitar. Tidak perlu jauh-jauh,”pungkasnya. (Judul asli informasi: Di Pembekalan Mahasiswa Program Kampus Mengajar yang Digelar BBPMP Jatim, Prof Suryanti Sebut: Literasi Tak Sekadar Membaca/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Dokumentasi Kegiatan BBPMP Provinsi Jawa Timur)

Bagikan Tulisan