Kegiatan pendampingan satuan pendidikan tentang kebijakan transformasi pendidikan khusus yang digelar Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jawa Timur menjadi ajang untuk menglorifikasikan atau memuliakan inklusi di sekolah.
Karena itu, para peserta diminta untuk membuat dokumen kegiatan program pengimbasan materi pendidikan khusus yang diberikan dalam pendampingan ini di sekolah masing-masing.
“Dokumen ini bukan hanya untuk bapak ibu sendiri tapi untuk kita membantu menglorifikasikan inklusi di sekolah. Bisa dipergunakan juga oleh satuan pendidikan yang lain,” kata Arum Wiwik Yudiarti, tim PDM 12 BBPMP Provinsi Jawa Timur dalam pemaparannya di hari terakhir pendampingan, Rabu (16/8/2023).
Cara pengimbasan ini bisa melalui KKG atau MGMP yang bisa dikoordinasikan oleh dinas pendidikan.
“Kemarin kami sudah berkoordinasi dengan dinas untuk itu. Setiap daerah mempunyai cara masing-masing,” sebut Arum dalam kegiatan yang digelar di Hotel Bumi Surabaya.
Selain pengimbasan, para peserta juga ditugaskan untuk menglorifikasi inklusi di media online dan media sosial.

Ini bisa dilakukan dengan mengunggah pelaksanaan program masing-masing sekolah ke website sekolah, Youtube dan Instagram.
“Dengan menglorifikasikan program ini termasuk kita memberikan jalan kepada mereka untuk menjadi orang yang bangga. Jadi minta tolong hasil programnya bapak Ibu nanti bisa diglorifikasikan ke Youtube atau Instagram,” katanya.
Dan agar pelaksanaannya bisa berjalan semarak, Arum meminta masing-masing peserta untuk menautkan hastag #InklusiJatimBisa.
“Kita membantu memberikan kekuatan kepada mereka menjadi kebanggaan. Nah buat video pendek ke YouTube. Glorifikasikan di website satuan pendidikan bapak Ibu, di juga Instagram monggo,” seru Arum.
Sebelum mengakhiri pendampingan, BBPMP Provinsi Jawa Timur menghadirkan narasumber Achmad Nurhadi , Guru SMALB-B Karya Mulia, Surabaya.
Achmad Nurhadi yang pernah mengikuti tugas belajar di Australia dan India banyak memaparkan program-program dalam menangani siswa inklusi.
Salah satunya, Individual Transition Plan (ITP) yakni program pengenalan siswa jenjang SD ke SMP yang akan dituju agar bisa beradaptasi dan menghubungi seseorang yang dianggap bertanggung jawab terkait itu.
Nurhadi juga memaparkan tentang program perencanaan individual atau individual education plan (IEP) yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan inklusi.



Nurhadi lalu membeber lima dimensi kritis yang menentukan keberhasilan pendidikan inklusi.
Pertama, a sense of community and social acceptance atau rasa kebersamaan dan penerimaan sosial.
Rasa kebersamaan ini, tidak hanya dimiliki oleh guru pendamping khusus (GPK), tapi seluruh warga sekolah seperti kepala sekolah, satpam, penjaga kantin hingga tukang kebun.
“Kalau ibu kantin tidak diberitahu bahwa ada anak tunarungu, ada kemungkinan tidak dianggap karena ketika diajak komunikasi tidak mendengar. Kalau sudah tahu kan bisa diminta menulis,” ujar Nurhadi.
Menurut Nurhadi, kebijakan pendidikan inklusi ini tidak hanya diserahkan kepada guru pembimbing khusus, namun harus dikolaborasikan dan didukung oleh semua warga sekolah.
“Termasuk orang tua yang reguler. Jadi harus disosialisasikan dulu supaya mereka juga akan mensupport termasuk anak-anak reguler yang lain. Kasih pengertian kalau kamu membantu anak berkebutuhan khusus, InsyaAllah dapat fadilah, dapat barokah yang lebih besar,” katanya.
Langkah kedua, adalah an appreciation of students diversity. Artinya kalau sudah mencanangkan melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah regular, maka mindset semua guru, bukan hanya GPK dan kepala sekolah harus menghargai perbedaan.
Langkah ketiga yakni attention to curicular needs yang diwujudkan dengan memodifikasi kurikulum.
Menurut Nurhadi, semakin berat disability atau semakin berat ketunaannya, semakin berat hambatannya maka modifikasinya semakin banyak.
Selanjutnya, langkah keempat, effective management and instruction atau manajemen dan instruksi yang efektif.
“Manajemen kelas untuk siswa berkebutuhan khusus tidak hanya didesain dengan program belajar individual kemudian ada GPK, tidak cukup begitu. Perlu adanya tutor sebaya sehingga teman-teman yang reguler bisa ngajari anak yang berkebutuhan khusus,” katanya.
Lalu, di poin lima, yang menjadi kunci keberhasilan pedidikan inlusi adalah personel support and collaboration yakni dukungan dan kolaborasi pribadi.
“Harus melibatkan semua guru bahkan orang tua siswa untuk bisa mendukung proses pembelajaran di kelas yang menangani anak berkebutuhan khusus,” tukas Nurhadi.
Simak videonya berikut (di bawah ini):
(Judul asli berita: #InklusiJatimBisa/Dokumentasi dipenuhi dari Kegiatan BBPMP Provinsi Jawa Timur)




