Guru Penggerak Jangan Alergi Dengan Perubahan

Guru penggerak dan para calon guru penggerak di Kabupaten Mojokerto didorong untuk tidak alergi dengan perubahan.Sebab, perubahan-perubahan yang muncul akibat kebijakan Merdeka Belajar, adalah sebuah keniscayaan. Selain itu, perubahan-perubahan yang terjadi, tentunya akan diiringi dengan ketidaknyamanan.

Hal ini Disampaikan Direktur Jenderal PAUD Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbud Ristek, Dr Irwan Syahril PhD saat menyapa para guru penggerak di Kabupaten Mojokerto, pekan lalu (Jumat, 24/3/2023).

Dia mengatakan, seorang guru penggerak diharapkan dapat melakukan perubahan-perubahan radikal terhadap ekosistem pendidikan di mana dia mengabdi. Namun perubahan radikal itu selalu diawali dengan perubahan pada dirinya sendiri. Setidaknya dari caranya mengajar.

“Guru penggerak adalah pemimpin untuk perubahan. Dan perubahan akan membawa ketidaknyamanan. Yang namanya perubahan itu pasti bergerak ke ruang baru, pasti ada rasa tidak nyaman. Dan itu fitrah dari sebuah perubahan. Mau tidak mau, kita harus nyaman dengan ketidaknyamanan,” tuturnya.

Salah satu contoh situasi yang mungkin dapat menimbulkan ketidaknyamanan adalah hilangnya budaya-budaya senioritas yang selama ini mungkin mengakar di lingkungan pendidikan. Sebab, dalam kurikulum merdeka, lebih spesifik lagi dalam program Guru Penggerak, hal-hal seperti usia dan lama pengabdian, tidak menentukan bahwa seseorang lebih baik dari mereka yang lebih muda atau yang jam terbangnya lebih rendah.

Bisa jadi, mereka yang diminta untuk melatih para guru penggerak atau memberikan motivasi, justru adalah orang-orang yang lebih muda.

“Dalam guru penggerak, tua dan muda bisa belajar dalam satu ruangan bareng-bareng. Yang lebih luar biasa, pengajar praktek yang mengampu beberapa CGP, mereka bisa saja adalah orang-orang yang berasal dari jenjang yang lebih rendah. Bisa jadi guru PAUD terpilih jadi pengajar praktik, karena memang punya kompetensi, sementara kepala sekolah yang diajar, dari tingkat SMA,” lanjutnya.

“Dalam guru penggerak, esensinya adalah hal-hal yang sangat fundamental sebagai pendidik dan sebagai pemimpin,” imbuhnya.

Dia kemudian menyebutkan 3 garis besar dalam modul guru penggerak. Pertama, mengubah diri sendiri. Dalam hal ini, akan terjadi banyak goncangan pada diri sendiri.

“Banyak goncangan pada diri sendiri karena di modul ini akan mempertanyakan kembali niat dan motivasi seorang menjadi guru,” ucapnya.

Modul kedua adalah mengubah kelas. Sedangkan modul ketiga berisi tentang mengubah sekolah dan komunitasnya.

“Jadi, karena itu semua adalah hal-hal yang sangat esensial, sangat pondasi, maka bersatulah semua tim. Tidak ada lagi batas-batas, guru SMA dan guru TK bisa bergabung bersama, berbagi dan saling belajar. Sehingga ruang-ruang belajarnya menjadi semakin kaya,” pungkasnya. (Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Dokumentasi Kegiatan BBPMP Provinsi Jawa Timur)

Bagikan Tulisan