Asesmen nasional kembali menjadi sorotan penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Saat ini, pelaksanaan asesmen untuk jenjang SMP masih berlangsung, sementara untuk sekolah dasar dijadwalkan berlangsung dua minggu mendatang.
Momentum tadi ditekankan Ahmad Arif Hermawan, pengawas SMP dari Kabupaten Probolinggo, narasumber di Kegiatan Optimalisasi Strategi Edukasi, Supervisi, dan Fasilitasi Penjaminan Mutu Pendidikan Jenjang SMP yang diselenggarakan secara daring oleh Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Jawa Timur sebagai bagian krusial dalam memastikan kualitas pendidikan yang terukur dan akuntabel.
Dalam kesempatan itu, para pengawas dan kepala sekolah diingatkan untuk memahami dan menyampaikan pesan yang sama, bahwa asesmen nasional bukan sekadar rutinitas, melainkan instrumen utama dalam membaca peta pendidikan.
Oleh Arif, pelaksanaannya diminta berjalan dengan penuh integritas agar hasil yang diperoleh benar-benar mencerminkan kondisi nyata di sekolah.
Target partisipasi minimal 80 persen peserta menjadi syarat penting. Bila jumlah peserta tidak mencapai batas tersebut, maka sekolah yang bersangkutan tidak akan memperoleh rapor pendidikan. Hal ini bisa merugikan sekolah karena rapor pendidikan menjadi sumber informasi utama dalam merancang program perbaikan mutu.
Arif menyebutkan, seluruh sekolah didorong untuk memastikan peserta asesmen nasional hadir sesuai dengan ketentuan sampling. Baik asesmen kompetensi minimum, survei karakter, maupun survei lingkungan belajar harus diikuti sepenuhnya. Dengan demikian, data yang terkumpul bisa menjadi bahan evaluasi yang akurat.
Pentingnya integritas kembali digarisbawahi oleh Arif. Sekolah tidak perlu melakukan rekayasa ataupun manipulasi dalam proses asesmen. Jika data dipengaruhi intervensi, hasil yang diperoleh tidak akan objektif. Akibatnya, permasalahan sebenarnya tidak terungkap dan solusi yang ditawarkan tidak tepat sasaran.
Analogi sederhana yang menggambarkan hal ini, seperti pasien yang datang ke dokter tetapi enggan mengungkapkan keluhan, dokter tentu tidak bisa memberikan obat yang sesuai. Begitu pula dengan sekolah, jika kondisi sebenarnya tidak tercermin dalam asesmen, maka tidak akan ada perbaikan nyata yang bisa dilakukan.
Arif menegaskan kembali, asesmen nasional terdiri atas tiga bagian penting, yakni asesmen kompetensi minimum, survei karakter, dan survei lingkungan belajar. Ketiga instrumen tersebut diutarakannya menjadi kunci untuk memahami kualitas pembelajaran, perilaku, serta ekosistem pendidikan di setiap sekolah.
Dengan hasil yang valid dan objektif, Arif mengungkapkan, sekolah akan memiliki dasar kuat untuk melakukan perbaikan berkelanjutan.
(Sumber catatan: You Tube BBPMP Provinsi Jawa Timur/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari You Tube BBPMP Provinsi Jawa Timur)