Kadindik Sidoarjo Bagi Rahasia Gelorakan Literasi & Bangun Energi Positif di Sekolah

Kepala Dinas Pendidikan (Kadindik) Kabupaten Sidoarjo Dr Tirto Adi MPd, mengungkap rahasia di balik kesuksesan menggelorakan literasi di daerahnya.

Seperti diketahui, Sidoarjo menjadi salah satu kabupaten di Jawa Timur yang suasana literasinya sangat dinamis dengan berbagai kegiatan penunjang seperti Anugerah Literasi Sidoarjo, Festival Literasi Sidoarjo hingga pelatihan literasi digital.

Saat menjadi pembicara di kegiatan Berbagi Cerita Antar UPT Kemendikbudristek di Jawa Timur yaitu BBPMP, BBPPMPV BOE, BBGP, dan Balai Bahasa yang digelar Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jawa Timur di Hotel Novotel Samator Surabaya pada Jumat (8/9/2023), TIrto Adi mengungkapkan, pengembangan literasi di Sidoarjo sebenarnya sudah dirintis saat dia masih menjadi kepala bidang di Dinas Pendidikan Sidoarjo pada tahun 2016.

Saat itu, dia pernah membuat gerakan ‘Membaca Serempak” yang diikuti 60.000 siswa yang tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI).

Kemudian, pihaknya membuat program Anugerah Literasi Sidoarjo untuk membuktikan apakah siswa, guru, kepala sekolah sudah banyak berkarya. “Ternyata anak-anak sudah banyak yang menghasilkan karya buku,” kata Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat Nasional tahun 2008 ini.

Program ini lalu berlanjut pada tahun 2022 dengan menggelar Festival Literasi Sidoarjo yang diikuti semua jenjang, mulai dari PAUD, SD, SMP, SMA/SMK.

Dari program ini, selama satu tahun terkumpul sebanyak 284 judul buku yang diorganisir dan dimobilisir Dinas Pendidikan Sidoarjo. Jumlah ini di luar dari inisiatif satuan pendidikan yang ternyata sudah menerbitkan 256 judul buku.

Prestasi ini pun kembali meraih rekor MURI.

Pada tahun 2023, program literasi berlanjut dengan pelatihan 1.400 guru tentang literasi digital.

Dari pelatihan ini, pihaknya memprogramkan ada 1.000 konten praktik baik yang dihasilkan  guru dan 1.000 konten praktik baik dihasilkan murid dalam bentuk literasi digital bertema local wisdom.

“Kemarin praktik ternyata ada 5.000 konten lebih. Nanti selebrasi akan kami laksanakan pada November 2023,” terang Tirto Adi dengan bangga.

Selain soal literasi, Tirto Adi juga membagikan cara membangun energi positif di sekolah dengan memberikan sambutan bagi siswa ketika datang ke sekolah. Hal ini  menjadi kewajiban semua sekolah di Sidoarjo.

“Mereka ini calon orang-orang hebat lho. Ketika mereka datang kita sambut, ohh cerah sekali. bagus sekali bajunya hari ini. Dengan ucapan-ucapan positif inilah akan membangun energi positif,” urainya.

Bagaimana kalau ada sekolah yang tidak menyambut siswanya? Tirto memastikan sekolah tersebut akan langsung didatangi.

Diakui Tirto, selama ini setiap Senin dia kerap mendatangi sekolah-sekolah tanpa ada pemberitahuan. Hal ini agar tidak ada pengondisian di sekolah dalam menyambutnya.

Dari kedatangannya ke sekolah ini lah, dia bisa tahu apakah sekolah sudah melakukan transformasi pembelajaran dari teacher center ke student center.

Selain itu juga untuk mengetahui permasalahan-permasalahan di sekolah seperti penggunaan dana bantuan operasional sekolah (BOS) dan bantuan operational sekolah daerah (BOSDA).

Ternyata, dari sejumlah sekolah yang didatangi masih ada yang tidak faham penggunaan dana dan bagaimana merumuskan kegiatan dan anggarannya.

Banyak diantara sekolah yang menggunakan dana BOS itu untuk memasang keramik ruang kelas atau membuat wastafel yang itu sebenarnya bisa dialokasikan di bantuan investasi sekolah (BIS).

Selain ke sekolah, setiap bulan dia juga mengumpulkan kepala TK, SD dan SMP mengadakan komunikasi sambung rasa. Dia juga tak segan datang ke berbagai kecamatan di Sidoarjo.

Dalam setiap kedatangan itulah, dia selalu mengingatkan tiga dosa besar dalam praktik pembelajaran, yakni perundungan, kekerasan seksual dan intoleransi.

“Jangan sekali-kali melakukan perundungan. Kalau sudah ditulis wartawan, diviralkan, sudah. Dinas yang kesulitan membendungnya,” pesannya.

Sementara terkait kekerasan seksual, dia selalu berpesan ke kepala sekolah untuk mewaspadai guru laki-laki.

Kenapa guru laki-laki? Menurut TIrto karena sampai saat ini dia belum melihat ada guru perempuan yang melakukan kekerasan seksual kepada muridnya.

Lalu, terkait intoleransi, dia selalu mengingatkan agar sudah saatnya anak-anak disadarkan kalau Republik Infonesia ini didirikan dari lintas agama dan etnis. Karena itu, anak-anak harus memiliki toleransi yang tinggi. (Judul asli berita/catatan: Kadindik Sidoarjo Berbagi Rahasia Gelorakan Literasi & Membangun Energi Positif di Sekolah/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Dokumentasi Kegiatan BBPMP Provinsi Jawa Timur)

Bagikan Tulisan