Penandatanganan nota kerja sama antara Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah melalui Direktorat Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan dan Pendidikan Guru dengan Monash University menjadi langkah penting dalam memperkuat mutu pendidikan nasional. Kolaborasi ini dirancang untuk memperluas akses peningkatan kompetensi guru dan tenaga kependidikan dengan memanfaatkan jaringan kemitraan luar negeri.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menegaskan bahwa kerja sama ini tidak hanya sekadar memperkaya kapasitas guru dan siswa, tetapi juga membangun jembatan ilmu pengetahuan antara Indonesia dan Australia. Ia menyampaikan keyakinan bahwa kolaborasi lintas negara dapat mempercepat transformasi pendidikan sekaligus memberi dampak lebih luas bagi masyarakat.
Dalam nota kerja sama tersebut, ruang lingkup yang disepakati meliputi pengembangan kompetensi di berbagai bidang strategis. Fokusnya mencakup pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, hingga pendidikan profesi guru. Bidang prioritas yang akan diperkuat antara lain sains, teknologi, teknik, dan matematika, kecerdasan buatan, literasi, numerasi, pendidikan inklusif, bimbingan konseling, serta kepemimpinan sekolah.
Direktur Jenderal GTKPG, Nunuk Suryani, menekankan bahwa peningkatan kompetensi guru dan tenaga kependidikan merupakan salah satu agenda prioritas. Ia menyebutkan bahwa langkah ini sejalan dengan visi pendidikan bermutu untuk semua yang digagas Kemendikdasmen. Visi tersebut menjadi bagian dari upaya besar pemerintah dalam memperkuat pembangunan sumber daya manusia sebagaimana tertuang dalam agenda nasional.

Nunuk juga menyampaikan harapannya agar kerja sama ini tidak berhenti pada satu bentuk kegiatan. Menurutnya, peluang untuk memperluas kolaborasi masih sangat terbuka, baik melalui program pelatihan, evaluasi bersama, maupun pertukaran tenaga ahli. Dengan begitu, transfer pengetahuan dapat berjalan lebih intensif dan memberikan manfaat yang nyata di lapangan.
Ia menambahkan bahwa momentum penandatanganan nota kesepahaman ini harus dilihat sebagai awal dari rangkaian kolaborasi yang lebih luas di masa mendatang. Dengan kemitraan yang solid, program-program pendidikan dapat dirancang dan dijalankan dengan dukungan keahlian terbaik dari kedua belah pihak.
Dari pihak Monash University, President and Pro Vice-Chancellor, Matthew Nicholson, menyambut baik kerja sama ini. Ia menegaskan bahwa keberadaan Monash di Indonesia merupakan bentuk komitmen jangka panjang universitas tersebut dalam mendukung pembangunan pendidikan, bukan hanya di tingkat nasional, tetapi juga dalam konteks global.
Nicholson mengingatkan bahwa tantangan pendidikan saat ini bersifat lintas batas dan tidak bisa dihadapi sendiri oleh satu lembaga. Menurutnya, kolaborasi lintas negara menjadi kunci agar ilmu pengetahuan benar-benar bisa memberi dampak nyata. Ia menilai kerja sama dengan Kemendikdasmen merupakan kesempatan penting untuk mempertemukan keahlian terbaik Indonesia dan Australia demi kepentingan guru dan siswa.
Kemendikdasmen melalui Ditjen GTKPG sejatinya sudah membangun kerja sama dengan Monash University sejak 2022. Program yang dijalankan saat itu berupa pelatihan teknis singkat non-gelar atau micro-credential dengan dukungan beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan. Bidang yang dilatih meliputi numerasi, pendidikan inklusif, serta pendidikan anak usia dini. Langkah tersebut menjadi fondasi bagi kerja sama yang kini diperluas dengan ruang lingkup yang lebih komprehensif.
Dengan catatan ini, jelas terlihat bahwa kemitraan internasional bukan hanya simbol kerja sama, tetapi juga sarana strategis untuk memperkuat kapasitas guru dan tenaga kependidikan. Pada akhirnya, tujuan utama dari setiap program tetaplah memastikan pendidikan di Indonesia bergerak maju, relevan dengan kebutuhan zaman, dan memberi manfaat langsung bagi peserta didik di seluruh pelosok negeri.
(Sumber catatan: Kemendikdasmen/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Kemendikdasmen)