Ketika Data Menjadi Penentu Masa Depan Pendidikan Indonesia, Begini Tata Kelolanya yang Benar

Transformasi digital dalam dunia pendidikan terus bergerak, tidak lagi sekadar agenda wacana, tetapi telah menjadi aksi konkret lintas sektor. Dalam upaya memperkuat ekosistem ini, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah melalui Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) menyelenggarakan Collaborative Digital Transformation Talks (CDT Talks) edisi ketiga. Forum ini mengambil tema “Dari Data ke Dampak: Merumuskan Kebijakan Pendidikan yang Berdaya Guna” dan dihadirkan pada Rabu (25/6/2025) secara luring serta daring melalui kanal YouTube Rumah Pendidikan untuk menjangkau para pemangku kepentingan pendidikan dari berbagai daerah.

CDT Talks #3 menjadi medium interaktif yang mempertemukan pendidik, pembuat kebijakan, serta pelaku dari sektor publik dan swasta. Diskusi yang digelar di Ruang Inovasi, Gedung Pusdatin Kemendikdasmen ini sekaligus menjadi bentuk nyata partisipasi semesta dalam mendukung reformasi pendidikan melalui pendekatan berbasis data.

Kepala Pusdatin, Yudhistira Nugraha, menekankan pentingnya memperlakukan data tidak hanya sebagai instrumen administratif, melainkan sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan. Ia mengajukan pendekatan Sensing, Understanding, dan Acting sebagai kerangka kerja dalam memaknai data pendidikan agar berdampak langsung terhadap kebijakan yang dihasilkan.

Menurut Yudhistira, pengumpulan data tanpa pemahaman dan tindakan hanya akan menumpuk angka tanpa nilai. Maka dari itu, tata kelola data yang kuat dan kolaborasi lintas sektor harus menjadi prioritas utama dalam mendukung transformasi pendidikan yang berbasis bukti.

Ia menggarisbawahi perjalanan panjang sistem Data Pokok Pendidikan (Dapodik) yang sejak 2011 telah menjadi pondasi penting dalam proses perencanaan hingga evaluasi kebijakan pendidikan. Dari sistem ini, Kemendikdasmen membangun kerangka yang memayungi berbagai program strategis seperti BOS, PIP, dan deteksi ATS secara terintegrasi.

Pembangunan ekosistem data pendidikan, menurutnya, bukan sekadar digitalisasi prosedur, tetapi perwujudan komitmen negara dalam menjamin hak belajar setiap warga melalui data yang akurat dan terkoneksi. Dengan begitu, kebijakan yang diambil memiliki dasar yang kuat dan mengarah pada pemerataan akses pendidikan.

Yudhistira menegaskan bahwa pendekatan kebijakan pendidikan kini bertumpu pada tiga dimensi utama, yaitu evaluasi pendidikan, substansi data, dan kewenangan. Melalui ketiga pendekatan tersebut, sistem pendidikan dapat bergerak secara lebih terukur dan adaptif terhadap kebutuhan daerah dan peserta didik.

Sejalan dengan hal itu, Direktur Data Pembangunan dan Pemerintah Digital dari Bappenas, Dini Maghfirra, memaparkan pentingnya keselarasan lintas sektor dalam tata kelola data. Ia menjelaskan bahwa inisiatif Satu Data Indonesia tengah berupaya menyatukan berbagai kode referensi dan sumber data menjadi satu sistem yang terpadu.

Ia mengingatkan bahwa tanpa standardisasi dan kejelasan otoritas produksi data, risiko kesalahan intervensi kebijakan akan meningkat. Maka, proses integrasi ini menjadi penting untuk memastikan ketepatan sasaran, khususnya dalam distribusi program sosial dan pendidikan.

Inisiatif ini juga mendorong pemanfaatan teknologi digital seperti portal integratif yang memungkinkan pembaruan data secara real time. Melalui teknologi ini, program bantuan sosial dan pendidikan dapat menjangkau penerima manfaat yang benar-benar membutuhkan secara cepat dan akurat.

Dari sisi pelaksanaan di daerah, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Nahdiana, menjelaskan bahwa integrasi data di Jakarta telah diterapkan secara maksimal melalui pemanfaatan Dapodik, Rapor Pendidikan, dan dashboard Jack Edu. Hal ini memungkinkan pengambilan keputusan yang presisi berdasarkan data aktual.

Di Jakarta, data bukan hanya menjadi alat untuk pelaporan, tetapi telah menjadi fondasi dalam penempatan guru, pelatihan pendidik, hingga distribusi bantuan sosial seperti KJP dan KJMU. Nahdiana menyatakan bahwa pengambilan keputusan harus berbasis realitas lapangan yang dibaca melalui data yang terverifikasi.

Keberhasilan pendekatan ini tidak lepas dari kolaborasi antarorganisasi perangkat daerah dan pemanfaatan sistem informasi secara real time. Dengan begitu, proses intervensi pendidikan berjalan lebih cepat dan sesuai dengan kebutuhan aktual peserta didik.

Dari sektor swasta, Choirul Amri dari Google Indonesia menyampaikan bahwa data science dan artificial intelligence kini bisa dimanfaatkan secara praktis dalam pendidikan. Ia menyebutkan bahwa personalisasi layanan berbasis data telah menjadi praktik umum bahkan di tingkat usaha kecil, dan dunia pendidikan tidak boleh ketinggalan.

Menurut Choirul, guru perlu memanfaatkan teknologi untuk meringankan beban administratif dan memperkuat pembelajaran berbasis kebutuhan siswa. Ia menekankan pentingnya literasi data dan kolaborasi lintas disiplin agar inovasi digital dapat diterapkan secara menyeluruh di sekolah.

Nariswari Nurjaman dari Think Policy menambahkan bahwa kebijakan pendidikan yang berdampak hanya bisa lahir dari data yang digunakan secara strategis. Ia mencontohkan keberhasilan Rapor Pendidikan yang mampu memicu redistribusi guru dan peningkatan mutu belajar melalui intervensi yang lebih tepat.

Nariswari menegaskan bahwa data bukan sekadar angka, tetapi alat untuk mendorong keadilan dan efisiensi kebijakan publik. Think Policy terus mendorong keterlibatan masyarakat dan forum kolaboratif untuk memastikan proses perumusan kebijakan yang inklusif dan berkelanjutan.

CDT Talks edisi ketiga ini menegaskan satu pesan kuat bahwa keberhasilan transformasi pendidikan tidak bisa dilepaskan dari budaya data yang hidup di semua level. Ketika data dimaknai, dipahami, dan digunakan secara bertanggung jawab, maka kebijakan yang dihasilkan akan lebih relevan dan berdampak.

Lebih dari 100 peserta hadir secara luring, terdiri dari guru, tenaga kependidikan, dan perwakilan dinas pendidikan dari wilayah JABODETABEK. Ratusan peserta lainnya turut mengikuti secara daring melalui kanal resmi Kementerian, menandai antusiasme tinggi terhadap isu data dalam pendidikan.

CDT Talks bukan sekadar forum diskusi, tetapi sebuah arena pertukaran gagasan dan praktik baik yang mendorong kolaborasi konkret antar sektor. Program ini akan terus berlanjut sebagai salah satu upaya sistematis membangun kebijakan pendidikan berbasis bukti yang berpihak pada peserta didik.

(Sumber catatan: Kemendikdasmen/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Google Image)

Kunjungi web Kemendikdasmen untuk update berita-berita terbaru seputar pendidikan dasar dan menengah

Baca juga beragam konten pengayaan dan kumpulan e-book pendidikan di Jelita (Jendela Literasi Kita)

Bagikan Tulisan