Kabar Mitra – Tahun lalu Kota Mojokerto dianugerahi sebagai kota terinovatif se-Indonesia oleh Menteri Dalam Negeri, luar biasa.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Mojokerto, Amin Wahid, S.Sos, M.Si di acara Sinergi Meriahkan Bulan Merdeka Belajar beberapa waktu lalu (Minggu, 14/5/2023) di Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jawa Timur menyebutkan, salah satu hal yang membuat Kota Mojokerto meraih penghargaan tersebut, yaitu inovasi berantas tuntas dari SMPN 5 Kota Mojokerto.

Melalui program tersebut, salah satu manfaat posififnya, para orang tua dapat memantau posisi anak-anaknya di sekolah lewat gadgetnya, karena di setiap kelas dipasang CCTV yang mereka akses, termasuk melihat perkembangan nilai anak-anaknya di sekolah.
“Jadi bagaimana orang tua yang kita yang biasanya macak sibuk sampai lupa anaknya, bisa memantau anaknya. Karena menurut kami mohon izin menyampaikan, kesuksesan orang tua adalah dilihat dari kesuksesan anaknya,” tandas Wahid.
“Kalau sudah anaknya kena narkoba kalau anaknya sudah kena kenakalan remaja selesai orang tuanya,” imbuhnya
Kota Mojokerto dengan mottonya “Maju Melangkah Ayo Berbenah”, kata Wahid, indeks pembangunan manusianya telah melampaui provinsi dan nasional karena luas wilayahnya yang kecil sehingga memudahkan pengelolaannya.
“Untuk pendidikan kami sudah sesuai amanat undang-undang. Anggaran pendidikan di kami sudah 24 persen, sudah di atas 20 persen,” ungkap Wahid.

“Kebetulan SPM (read-Standar Pelayanan Minimal di bidang pendidikan) kami kemarin, alhamdulillah mendapatkan predikat tertinggi se-Jawa Timur, 99,81%. Itu semua berkat bimbingan arahan dari pemerintah Provinsi Jawa Timur, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur dan Kemendikbudristek yang memang tidak henti-hentinya membimbing kami,” paparnya.
Kaitannya dengan spirit dan inspirasi Program Merdeka Belajar, Pemerintah Kota Mojokerto mengedepankan ke karakter siswa yang juga menjadi bagian penting di dalam Profil Pelajar Pancasila.
Wahid menyampaikan, sebelum ilmu, ada hal yang seharusnya lebih dulu ditanamkan ke para siswa, yaitu karakter positif berupa adab kepada orang tua dan guru yang pendekatannya melalui berbagai hal yang sifatnya religius.
“Kami setiap pagi ada jam literasi jam 06.45 sampai 07.15 yang oleh sebagian guru awalnya diartikan sebagai jam bebas membaca grup WA (WhatsApp), kami alihkan menjadi peningkatan iman dan taqwa di sekolah,” sampai Wahid.
“Jadi jam 06.45 sampai 7.15, bagi siswa yang beragama muslim bisa melantunkan ayat-ayat pendek, praktik wudhu, praktik shalat. Begitu juga yang beragama lain (non muslim), karena kami yakin peletakan nilai agama adalah yang utama buat kita semua,” tambahnya.

Untuk menguatkan implementasi penguatan pendidikan karakter melalui pendekatan religius, disampaikan oleh Wahid, di jam pembelajaran terakhir tiap Selasa dan Kamis, guru TPQ dan guru agama yang lain (non Islam) dipersilahkan untuk masuk ke kelas.
“Karena hal itu, kami telah mendapatkan apresiasi dari Pak Wakil Menteri Agama,” tuturnya.
“InsyaAllah anak-anak non muslim yang taat, anak-anak muslim yang bisa ngaji itu yang akan menyelamatkan ayah bundanya nanti di alam barzah. Karena yang penting taat kepada orang tua dan guru dan taat salat atau beribadah itu yang utama, yang lain mengalir,” tegas Wahid.
Berikutnya praktik pendidikan yang juga kental dengan semangat (spirit) Merdeka Belajar di Kota Mojokerto, setiap hari satuan pendidikan memberlakukan hari tematik dengan nama dan tema yang berdiferensiasi.
“Kami memberikan nama hari tematik mulai dari Senin. Misalnya, Selasa Kreatif dan seterusnya,” lanjut Wahid.
Untuk menumbuhkan dan menambah kecintaaan masyarakat internal sekolah (satuan pendidikan) ke seni dan budaya tradisonal Jawa, Wahid melanjutkan, tiap Kamis, para guru dan para siswa wajib mengenakan baju adat Jawa.


Tak hanya itu. Wahid menambahkan, pihak sekolah juga berupaya keras mengenalkan berbagai permainan tradisonal ke para siswa, dan mengajak para orangtua untuk membiasakan anak-anaknya memanfaatkan waktu luangnya sehari-hari dengan berbagai permainan tradisional tersebut daripada hanya bermain HP sendirian sepanjang waktu.
Berikut, Walokota Mojokerto, Ning Ita, ikut bermain angkle bersama anak-anak:

“Kami memperkenalkan membiasakan diri untuk permainan tradisional minimal dakon kemudian lompat tali atau yang lain sebagainya. Salah satu tujuannya, bagaimana cara memisahkan anak dari HP karena kalau main dakon nggak mungkin sendiri,” jelasnya
Mengingat kembali pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu, Wahid mengaku sangat mensyukurinya. Saat itu ia beserta jajarannya banyak mempelajari hal-hal baru.
Menurutnya hal yang abadi adalah perubahan. Dan pandemi saat itu, merubah banyak hal termasuk pada praktik-praktik pembelajaran di sekolah.
Banyak gagasan-gagasan baru yang menurut pengakuan Wahid, belum pernah berlaku sebelumnya. Dua diantaranya membebaskan siswa dari PR (Pekerjaan Rumah), dan menggiatkan outing class (pembelajarn luar kelas) bagi siswa dengan syarat pelaksanaannya masih di dalam Kota Mojokerto.



“Kami di Kota Mojokerto juga ada telecenter, kolaborasi yang sangat luar biasa antara Dinas Pendidikan, sekolah dengan UPT lain. Jadi bisa ke telecenter di Kominfo,” tambahnya. (Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Dokumentasi Kegiatan BBPMP Provinsi Jawa Timur dan Google Image)




