Kabar Daerah – Pada awal November 2025, Jawa Timur akan menjadi saksi dari sebuah langkah besar dalam dunia pendidikan, dengan 390.186 siswa siap mengikuti Tes Kemampuan Akademik (TKA) perdana.
Program ini bukan hanya sekadar tes akademik, melainkan sebuah upaya untuk menilai kemampuan siswa secara lebih menyeluruh, berstandar nasional, dan berbasis kompetensi.
Dalam rangka menciptakan sistem pendidikan yang lebih objektif, TKA hadir sebagai alternatif untuk mengukur kesiapan siswa dalam melangkah ke jenjang berikutnya, berbeda dari Ujian Nasional yang selama ini menjadi penentu kelulusan.
Tes ini tidak hanya menguji sejauh mana siswa menguasai materi pelajaran, tetapi juga menggali pemahaman mereka terhadap konsep-konsep penting dalam bidang studi tertentu.
Tidak seperti Ujian Nasional yang menjadi tolok ukur kelulusan, hasil TKA justru akan menjadi salah satu bahan pertimbangan utama dalam Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) untuk masuk perguruan tinggi negeri. Ini menjadi langkah penting dalam upaya mendemokrasikan kesempatan pendidikan tinggi di Indonesia.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, dalam kunjungannya ke SMAN 1 Pandaan, mengungkapkan bahwa pelaksanaan TKA di Jawa Timur akan dilakukan dalam dua gelombang pada 3–6 November 2025.
Dengan jumlah peserta yang sangat besar, dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari SMA, SMK, SLB, hingga PKBM, ini menunjukkan komitmen tinggi daerah ini untuk menyukseskan program tersebut.
Khofifah juga menjelaskan bahwa TKA bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang kemampuan siswa dan kesiapan akademik mereka dalam menghadapi dunia pendidikan yang lebih tinggi.
Salah satu ciri khas dari TKA adalah pendekatannya yang lebih fleksibel dalam hal pemilihan mata pelajaran.
Mata uji wajib mencakup Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika, yang merupakan dasar dari pembelajaran umum.
Namun, siswa juga diberikan kebebasan untuk memilih mata uji pilihan yang sesuai dengan minat dan jurusan mereka, seperti ekonomi, biologi, kimia, atau bahkan proyek kreatif dan kewirausahaan.
Ini memberi ruang bagi siswa untuk mengekspresikan minat akademik mereka, membuka peluang untuk menciptakan inovasi dan ide-ide segar.
Bagi siswa yang berada di jenjang SMA atau Madrasah Aliyah serta SMK, mereka diwajibkan untuk mengikuti ujian Proyek Kreatif dan Kewirausahaan, selain satu mata pelajaran pilihan.
Kebijakan ini bertujuan agar siswa tidak hanya memiliki kompetensi dalam teori, tetapi juga keterampilan praktis yang relevan dengan dunia kerja dan perkembangan zaman.
Hal ini memberi sinyal kuat bahwa pendidikan di Indonesia sedang berupaya menyelaraskan diri dengan tuntutan dunia profesional yang semakin dinamis.
Dalam hal infrastruktur, Jawa Timur telah memastikan kesiapan penuh untuk melaksanakan TKA. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur menyatakan bahwa seluruh perangkat ujian, termasuk sistem digital dan jaringan, telah tervalidasi dengan baik.
Sistem ujian berbasis komputer ini akan menggunakan pendekatan yang serupa dengan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK), yang telah terbukti dapat memberikan hasil yang lebih akurat dan efisien.
Penggunaan teknologi ini juga menjadi langkah menuju pendidikan yang lebih modern dan transparan.
Selain untuk jenjang SLTA, pemerintah juga berencana untuk memperluas pelaksanaan TKA ke jenjang SD dan SMP pada Maret 2026. Langkah ini dilakukan secara bertahap, memberi waktu bagi seluruh satuan pendidikan untuk menyesuaikan diri dengan sistem asesmen yang baru.
Transformasi ini tidak hanya berfokus pada perubahan sistem ujian, tetapi juga pada pengembangan budaya belajar yang lebih berbasis pada penguasaan kompetensi siswa.
TKA bukan hanya sebuah ujian, melainkan bagian dari sebuah ekosistem pendidikan yang lebih besar yang berfokus pada pengembangan potensi individu secara menyeluruh.
Langkah ini menunjukkan bahwa pemerintah berkomitmen untuk menyiapkan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga kreatif dan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan zaman.
Dengan pelaksanaan TKA ini, Jawa Timur berambisi untuk menjadi pelopor dalam pendidikan yang berbasis kompetensi dan adaptif terhadap perkembangan teknologi.
Gubernur Khofifah mengungkapkan harapannya agar pelaksanaan TKA di Jawa Timur dapat berjalan lancar dan menjadi model bagi provinsi lainnya.
Tidak hanya itu, ia berharap TKA dapat menjadi tonggak untuk menuju generasi emas Indonesia pada tahun 2045, dengan siswa-siswa yang tidak hanya memiliki pengetahuan, tetapi juga keterampilan yang relevan dengan dunia yang terus berkembang.
Melalui kebijakan ini, Jawa Timur menunjukkan tekadnya untuk tidak hanya mengikuti arus perubahan, tetapi juga menjadi pemimpin dalam merancang masa depan pendidikan yang lebih inklusif dan berbasis pada kompetensi. Ini adalah langkah awal menuju pendidikan yang lebih mengutamakan kualitas dan persiapan yang matang bagi para siswa untuk menghadapi tantangan global di masa depan.
TKA diharapkan bukan hanya sebagai alat ukur kemampuan akademik, tetapi juga sebagai jembatan yang menghubungkan dunia pendidikan dengan dunia kerja dan kehidupan nyata.
Dengan begitu, setiap ujian bukan lagi sekadar evaluasi, tetapi juga sebuah peluang bagi siswa untuk menunjukkan siapa mereka, apa yang mereka kuasai, dan bagaimana mereka dapat berkontribusi di masyarakat.
(Sumber catatan: Berita Jatim/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Berita Jatim)




