Mahasiswa Kampus Mengajar Jawa Timur Dibekali Konsep Literasi hingga Pemanfaatannya

Mahasiswa Program Kampus Mengajar di Jawa Timur harus berperan aktif dalam peningkatan literasi di sekolah.

Karena itu, sebelum diterjunkan ke sekolah-sekolah sasaran, mereka diberikan pembekalan terlebih dahulu, salah satunya tentang literasi di Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jawa Timur pada Kamis (10/8/2023).

Salah satu narasumber, Dr Syamsul Sodiq, dosen Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Surabaya (Unesa) memaparkan tentang konsep literasi, membangun lingkungan kaya teks hingga pemanfaatannya yang meliputi pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran.

Dijelaskan Syamsul, literasi tidak hanya tentang baca dan tulis.

Teks dalam literasi bukan hanya tulis, tapi saat ini bahan ajar dan media pembelajaran harus bersifat multimoda, yaitu menggunakan lebih dari satu moda, baik tulis atau cetak, visual, audio, audiovisual, gestural, spasial dan lain-lain.

“Ini untuk mengoptimalkan stimulasi, pemahaman dan kecerdasan majemuk siswa,” terang Syamsul.

Terkait literasi ini, salah satu hal yang penting adalah pemilihan buku.

Menurut Syamsul, program membaca di sekolah tidak bisa menggunakan buku apa saja, melainkan harus memilih buku yang ramah cerna dan sesuai dengan kemampuan membaca siswa.

Buku-buku yang mengandung inklusivitas, anti perundungan, toleransi, juga perlu digunakan untuk mengembangkan karakter mereka.

“Anak SD diberikan buku apa saja, ya gak bisa, SMP juga gak bisa. Harus yang ramah cerna,” tegas Syamsul.

Terkait kemampuan membaca siswa, tidak hanya ditentukan dari lingkungan rumah saja, tapi kelas atau sekolah juga memegang peranan penting untuk menumbuhkan keterampilan membaca siswa.

Simak juga selengkapnya pelepasan Mahasiswa Kampus Mengajar Angkatan 6 di 2 video berikut:

Anak yang lancar membaca belum tentu mamahami isi bacaan. Anak bisa menyebut kata, tetapi belum tentu juga memahami maknanya.

Karena itu dibutuhkan peran dari keluarga dan sekolah untuk meningkatkan kompetensi literasi ini.

“Kalau ada penulis, umumnya mesti ada keluarga menulis. Kalau ada orang yang literasinya tinggi, itu juga dari keluarga. Ini fakta sekarang bahwa faktor keluarga sangat besar. Padahal sekolah juga harus punya peran meningkatkan kompetensi literasi,” tuturnya.

Di depan para mahasiswa Program Kampus Mengajar, Syamsul mengingatkan bahwa di sekolah, membaca bukan hanya tanggungjawab guru Bahasa Indonesia, namun semua guru.

Hal ini beralasan karena pada dasarnya semua mata pelajaran menggunakan teks dalam berbagai bentuk.

Teks tidak hanya tersedia dalam bentuk teks tulis, namun multimoda yang mengacu pada berbagai jenis teks.

“Semua guru mata pelajaran perlu tahu berbagai strategi memahami bacaan dan bagaimana melatihkannya kepada siswa,” katanya.

Untuk melatih literasi ini, guru selain menggunakan buku pelajaran yang dikeluarkan pemerintah juga perlu mengambil dari berbagai sumber yang sesuai dengan materi pembelajaran.

“Syaratnya, harus ramah anak,”tegasnya.

Untuk mengukur tingkat literasi ini, guru perlu melakukan asesmen membaca siswa secara berkala.

“Asesmen kemampuan membaca perlu dilakukan secara berkala untuk mengidentifiasi kesulitan membaca siswa, informasi tentang kebutuhan siswa dibutuhkan guru untuk menentukan jenis pendampingan yang perlu dilakukan agar efektif dan tepat sasaran,” tuturnya. (Judul asli informasi: BBPMP Jatim Bekali Mahasiswa Program Kampus Mengajar Jawa Timur, Konsep Literasi hingga Pemanfaatannya/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Foto Dokumentasi Kegiatan BBPMP Provinsi Jawa Timur)

Bagikan Tulisan