Makan Siang di Sekolah, Strategi Brasil Melawan Kelaparan

Global Knowledge – Anak-anak TK bernyanyi secara keras sambil melompat dan melangkah di sekitar sudut, masuk ke kantin kecil di Sekolah Municipal (Perkotaan) Professor Lourdes Heredia Mello di São Paulo.

“24, 25, 26!” seru mereka, menghitung jumlah langkah sebelum berbaris untuk menyajikan makan siang di meja uap bergaya prasmanan yang sama seperti meja dan kursi tempat mereka makan, sesuai untuk anak-anak.

Sambil menunggu giliran, Davi Lucas menggeliatkan tangannya dan meregangkan lehernya untuk melihat piring contoh makanan di meja samping dan hidangan sayuran lainnya yang menunjukkan bahan apa yang digunakan untuk membuat hidangan mereka.

Menu hari ini adalah salah satu favorit bocah 6 tahun tersebut, yaitu pasta dengan saus tomat segar. Ada juga tuna dengan sayuran dan salad kale, dua makanan yang tidak akan ia sentuh sebelum mencobanya di sekolah.

Dia menyendok porsi besar pasta ke piring kaca beningnya — di sini tidak menggunakan barang plastik atau sekali pakai — dan satu sendok kecil masing-masing tuna dan salad.

Dengan pisau dan garpu di tangan, dia memilih tempat duduk di sebelah teman-temannya di salah satu dari tiga meja panjang.

Ketika mereka selesai makan, bercakap-cakap tentang siapa yang membersihkan piring mereka dan menggunakan serbet untuk membersihkan mulut mereka yang berlumuran tomat, mereka meletakkan piring di bak besar untuk dicuci dan mengambil mangkuk salad buah sebelum menuju ke meja-meja kecil di luar. Rosemary, basil, dan mint ditanam dalam pot terakota berada di tengah-tengahnya.

Sembari mereka menghabiskan makanan pencuci mulut, kelas TK lainnya memasuki kantin, siap untuk mengulangi rutinitas yang sama.

Di Sekolah Municipal (Perkotaan) Professor Lourdes Heredia Mello, seperti di semua sekolah umum di Brasil, anak-anak diberikan makanan secara gratis.

Ini adalah program pemerintah yang telah mendapat banyak pujian, memberi makan lebih dari 40 juta siswa, mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah, di 5.570 munisipalitas (wilayah administrasi/distrik).

Program ini telah menjadi salah satu pilar upaya pascapandemi COVID-19 untuk menjaga anak-anak tetap tercukupi makanan dan tetap bersekolah.

Ini juga memberikan peluang ekonomi bagi petani dan pekerjaan bagi beberapa orangtua — manfaat yang diharapkan akan tumbuh dalam beberapa tahun mendatang.

Kelaparan kembali selama pandemi

Program Makanan Sekolah Nasional Brasil (PNAE) adalah salah satu program makan sekolah terbesar di dunia.

Ditanamkan dalam konstitusi negara itu, ini adalah bagian penting dari strategi nasional untuk melawan kelaparan.

“Salah satu indikator ketidakamanan pangan adalah siapa yang dilayani di waktu makan,” kata Walter Belik, seorang profesor ekonomi pertanian di Universitas Negeri Campinas dan mantan anggota Dewan Keamanan Pangan dan Gizi Nasional Brasil.

“Siapa yang mendapatkan makanan terlebih dahulu? Anak-anak atau orang dewasa? Di keluarga yang lebih miskin, selalu anak-anak, karena jika tidak cukup makanan, orang dewasa lebih memilih untuk tidak makan. Anak-anak perlu makan.”

“Tetapi ketika anak-anak mereka pergi ke sekolah dan [orang dewasa] tahu anak-anaknya akan makan dengan baik di sekolah, mereka tidak perlu khawatir lagi. Jadi, makanan sekolah bukan hanya mengurangi kelaparan anak-anak, tetapi juga untuk orang dewasa.”

Antara 2004 dan 2013, upaya bersama untuk menghapus kemiskinan membantu mengurangi tingkat rumah tangga Brasil yang menghadapi kelaparan menjadi 4,2% dari sebelumnya 9,5%.

Kemajuan selama periode ini membantu negara ini keluar dari Peta Kelaparan Program Pangan Dunia pada tahun 2014.

Ketika COVID-19 tiba, segalanya berubah. Dampak dari pandemi menyebabkan banyak pengasuh kehilangan pekerjaan mereka, dan sekolah — di mana banyak anak makan hanya satu kali sehari — ditutup (setelahnya tidak ada jam makan lagi di hari tersebut). Kelaparan kembali lebih buruk dari sebelumnya, dan Brasil kembali ke Peta Kelaparan pada tahun 2021.

Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Jaringan Riset Brasil tentang Kedaulatan dan Keamanan Pangan dan Gizi, kelaparan memengaruhi 9% rumah tangga di Brasil pada akhir 2020, menghapus keuntungan awal tahun 2000-an.

Pada 2022, tingkat tersebut mencapai 15,5% — menambah 14 juta orang ke dalam golongan kelaparan, total mencapai 33,1 juta.

Dalam rumah tangga dengan anak di bawah 10 tahun, angka-angka tersebut bahkan lebih tinggi, dimulai dari 9,4% pada 2020 dan hampir dua kali lipat, menjadi 18,1% pada 2022.

Untuk rumah tangga dengan tiga atau lebih anak di bawah 18 tahun, tingkatnya mencapai 25,7%.

Rangkaian kebijakan publik yang ambisius

Saat ini, ketika negara ini terus pulih dari pandemi, salah satu tujuan utamanya adalah memperkuat kebijakan publik yang pertama, menghapus Brasil dari Peta Kelaparan.

Pada Agustus, Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, mengumumkan Rencana Brasil Tanpa Kelaparan, yakni serangkaian langkah untuk membantu melawan kelaparan yang telah kembali ke negara itu.

Ini termasuk peningkatan pendapatan melalui program kesejahteraan sosial yang diperbarui, peningkatan upah minimum nasional, dan penyediaan pelatihan profesional.

Ia menegaskan pentingnya program makan sekolah dan mengatakan bahwa itu akan menjadi garda depan dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan.

Meskipun sekolah umum di seluruh negeri dijalankan oleh pemerintah daerah, program makan mereka sebagian besar dibiayai dengan dana federal. Pada Maret, Presiden da Silva meningkatkan pembayaran tersebut sekitar 35%.

Menu sekolah juga telah direvisi untuk mempromosikan pola makan sehat dan tujuan ekonomi.

Sejak 2009, sebuah aturan telah mensyaratkan bahwa setidaknya 30% dari dana federal harus digunakan untuk produk yang dipasok oleh petani skala kecil atau keluarga, dengan preferensi diberikan kepada pemasok lokal.

Di São Paulo, tempat Davi Lucas sekolah, pemerintah telah menetapkan dua tujuan: mendapatkan semua pasokan makanan sekolah dari produsen dengan praktik pertanian berkelanjutan hingga tahun 2026 dan menyajikan makanan 100% organik pada tahun 2030.

Tujuan-tujuan tersebut mungkin terlihat ambisius, tetapi para ahli mengatakan bahwa ini dapat dicapai untuk kota dengan lebih dari 12 juta penduduk ini.

“São Paulo adalah kota yang pada dasarnya merupakan sebuah negara,” kata Juliana Tângari, direktur think tank makanan Brasil, Comida do Amanhã. “Kota ini memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang tidak dimiliki 26 ibu kota lainnya di Brasil.”

“Ini dapat melakukan pembelian besar dari koperasi petani skala kecil yang akan memiliki bahan baku segar dengan harga yang sesuai dengan anggarannya.”

Mengikutsertakan keluarga

Memberi makan anak-anak mungkin menjadi tujuan paling penting dari program makan sekolah Brasil, tetapi ada manfaat ekonomi tambahan bagi orang-orang seperti Silvia Cardoso de Oliveira.

Pukul 10:30 pagi, ia berjongkok dan menggali di tanah. Wanita 34 tahun ini telah menjadi “Ibu Pelindung” di Sekolah Municipal Professor Lourdes Heredia Mello, di mana putranya Davi Lucas belajar, selama dua bulan terakhir.

Ia dan ibu lainnya dipekerjakan oleh kota untuk merawat taman sekolah, sebagai bagian dari upaya untuk melibatkan dan mempekerjakan lebih banyak orangtua.

Di area rumput di sekitar batas sekolah perkotaan ini terdapat beberapa pohon buah — mangga, jambu, jeruk, kurma, pisang, dan jabuticaba, sebuah buah lokal yang tumbuh di batang pohonnya. Ubi jalar, labu siam, jahe, timi, dan adas tumbuh di area kecil yang tersebar di sekitar ruang terbuka sekolah.

Ketika ia mulai bekerja di sini, Oliveira tidak tahu banyak tentang berkebun.

“Saya hanya pernah memiliki tanaman pot di rumah dan mereka jauh berbeda dengan ini,” katanya, tersenyum sembari melambaikan tangan dari taman tempatnya berdiri.

Namun, Oliveira mengatakan bahwa ia telah banyak belajar dari pelatihan yang ia terima dan kelas-kelas yang ia ikuti sejak mendapatkan posisinya yang baru. 

Ia telah meminta staf dapur untuk menyisihkan biji dari buah dan sayuran yang mereka sajikan sehingga bisa menanamnya lagi untuk anak-anak.

Program berkebun ini berhenti selama pandemi dan baru dimulai kembali pada bulan Mei, sehingga belum banyak yang mekar dan berbuah. Tapi, Oliveira sangat menantikan saat itu tiba.

“Saya suka bahwa saya dapat berpartisipasi dalam semua ini,” katanya, “bahwa saya bisa menjadi bagian dari memastikan anak saya dan semua teman sekelasnya diberi makan makanan sehat setiap hari.”

Menjaga anak-anak tercukupi makanan

Di sebelah meja dimana anak-anak di Sekolah Municipal Professor Lourdes Heredia Mello makan di kantin adalah sebuah meja batu panjang dengan papan tulis putih kaca terpasang di dinding di belakangnya.

Ini disebut sebagai dapur eksperimental mereka, di mana mereka mengambil bahan-bahan sehat seperti yang tumbuh di kebun mereka dan belajar cara memasak.

Pejabat sekolah mengatakan, hal ini membuat anak-anak kembali bersemangat untuk memilih makanan yang baik setelah absen selama pandemi.

Baru-baru ini mereka membuat banyak selai blackberry dari semak-semak yang tersebar di halaman sekolah.

Untuk pesta akhir tahun, mereka akan membuat hidangan nasi Afrika yang mereka pelajari selama pelajaran tentang budaya ras kulit hitam.

“Ketika mereka melihat [hidangan nasi], mereka bertanya apakah kita bisa membuatnya,” kata guru Michelle Costa Duarte. “Ada banyak hal di dalamnya yang mereka sudah sukai, seperti jahe, kacang polong, kacang hijau, jagung, tomat, jadi mereka bersemangat untuk mencobanya.”

Davi Lucas setuju. Ia tidak selalu suka mencoba makanan baru, tetapi makan di sekolah telah mengubah pikirannya.

“Terkadang saya pikir saya tidak akan menyukainya,” katanya, “tapi saya akan tetap mencoba.”

Teman perempuannya, Catherynne, suatu kali berhasil membuatnya mencoba potongan carambola yang juga disebut buah bintang.

“Buahnya kuning, manis, dan berbentuk seperti bintang,” katanya pada Lucas. “Kamu akan menyukainya.”

Dan secara mengejutkan, ia memang menyukainya.

“Sekarang saya suka tiga buah,” kata Davi Lucas. “Pisang, semangka, dan carambola. Mungkin suatu hari saya akan menyukai empat buah.” (Sumber terjemahan: npr/Terjemahan, pertama kali dipublikasikan di Jelita (Jendela Literasi Kita)/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari  npr)

Bagikan Tulisan