Mendengar Cerita Pengalaman Paling Menarik Para Guru Penggerak di Magetan

Banyak pengalaman baru yang diperoleh para guru penggerak setelah bergabung dalam program itu.

Ini seperti disampaikan oleh para guru penggerak di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, yang berbagi pengalaman menarik yang mereka dapatkan selama mengikuti program guru penggerak, serta selama pelaksanaan Kurikulum Merdeka.

Pengalaman itu mereka sampaikan saat Dirjen PAUD Dikdasmen Kemendikbud Ristek, Dr Iwan Syahril PhD didampingi Kepala Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jawa Timur, Sujarno, M.Pd, mengunjungi mereka beberapa waktu lalu (15/6/2023).

Salah satunya disebutkan oleh Anik Rufaidah Lestari, kepala sekolah penggerak dari SMPN 2 Maospati, Magetan.

Dia menyebut, hanya ada 2 sekolah negeri di Magetan yang lolos menjadi sekolah penggerak. Salah satunya adalah SMPN 2 Maospati yang dia pimpin.

Dia juga mengakui bahwa upayanya untuk menjadi guru penggerak tidak mudah karena kendala-kendala teknis.

Meski demikian, dia tetap bersemangat untuk melakoninya.

“Memang untuk tesnya kemarin sudah berpeluh-peluh, tetapi yang membuat luar biasa adalah proses dalam mengikuti Zoom-nya. Mesti di luar jam kerja. Sedangkan sekolah saya, tempatnya sering kena side effect dari radar pesawat. Tiap presentasi, suara selalu hilang. Saya takutnya masuk ke penilaian. Alhamdulillah, sekarang setiap kali Zoom pasti langsung lari ke tempat lain yang sinyalnya lancar,” ceritanya dengan penuh semangat.

“Tapi saya setuju sekali apa yang kita tonggakkan saat ini akan berkontribusi untuk Indonesia Emas,” lanjutnya.

Cerita tak kalah menarik dibagikan Tanti Dian Safitri, ketua Komunitas Guru Belajar Kabupaten Magetan, yang juga seorang GTT (Guru Tidak Tetap) yang sedang menanti turunnya SK.

Dia mengaku berterimakasih karena telah membuat kurikulum yang membuat dia merasa menemukan kekuatan untuk menjadi guru yang sesungguhnya.

“Saya dulu tidak mampu memerdekakan diri saya, sehingga yang terjadi murid saya juga tidak merdeka. Kurikulum ini akhirnya memberikan saya kesempatan memerdekakan murid saya. Kami pun akhirnya bisa belajar dengan bahagia. Bagi saya itu adalah tujuan yang penting,” katanya.

“Bulan ini, komunitas kami juga terpilih jadi satu dari 40 komunitas penggerak se-Indonesia yang akan menggelar webinar berantai, tanggal 14 Juli nanti,” katanya.

Wina, Kepala TK Aisyiyah 12 Panekan Magetan juga bercerita pengalaman tak kalah menarik.

Dia bercerita tentang apresiasinya terhadap kurikulum merdeka, di mana di dalamnya diatur pula mengenai transisi PAUD-SD yang tidak lagi boleh ada tes calistung sebagai syarat masuk SD.

“Perasaan saya jadi plong karena kami selama ini, guru-guru TK, merasa tanggung jawab Calistung ada pada guru TK. Dan seringkali kami dituntut oleh orangtua agar anak kami bisa membaca saat di TK. Kami yang tidak mengajarkan calistung, akhirnya tidak mendapatkan peserta didik,” katanya.

“Ketika sekarang kurikulum Merdeka, beban itu bisa sedikit hilang dari kami. Jadi, kurikulum merdeka ini jadi jawaban dari apa yang harus kami laksanakan di lembaga kami,” kata dia. (Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Dokumentasi Kegiatan BBPMP Provinsi Jawa Timur dan Google Image)

Bagikan Tulisan