Di era digital saat ini, anak-anak Indonesia tumbuh dalam lingkungan yang tak lepas dari teknologi. Gawai, internet, dan aplikasi kini menjadi bagian dari keseharian mereka, bahkan sebelum mereka duduk di bangku sekolah dasar. Teknologi menawarkan berbagai manfaat, seperti mempermudah belajar membaca, berhitung, atau menguasai bahasa asing dengan cara yang menyenangkan. Namun, di balik semua manfaat tersebut, dunia digital juga menyimpan tantangan besar, mulai dari paparan materi yang tidak pantas, iklan berlebihan, hingga kecanduan layar. Semua ini menuntut peran aktif orang tua untuk lebih bijak dalam memilih aplikasi yang tepat dan aman bagi anak-anak mereka.
Menanggapi fenomena ini, Dharma Wanita Persatuan Kemendikdasmen bekerja sama dengan Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) Kemendikdasmen menyelenggarakan talkshow bertajuk “Mendorong Peran Orang Tua dalam Pemanfaatan Ruang Murid pada Superaplikasi Rumah Pendidikan untuk Mendukung Pembelajaran di Rumah bagi Anak-Anak”. Kegiatan ini diadakan pada Kamis (11/9) di Gedung Graha Tama Pusdatin, Ciputat, Kota Tangerang Selatan, dan dihadiri oleh berbagai pembicara yang peduli dengan isu pendidikan dan keluarga.
Pada kesempatan tersebut, Penasihat Dharma Wanita Persatuan Kemendikdasmen, Masmidah Abdul Mu’ti, menekankan pentingnya pendampingan orang tua dalam pembelajaran anak di era digital. Ia mengajak orang tua dan guru untuk menciptakan alternatif sarana belajar yang inovatif dan solutif. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan aplikasi Rumah Pendidikan, yang memungkinkan anak-anak belajar kapan saja dan di mana saja dengan kehadiran orang tua sebagai pendamping yang turut serta mengarahkan proses pembelajaran.
Masmidah juga menegaskan bahwa teknologi hanya berfungsi sebagai alat. Kebermanfaatannya sangat bergantung pada cara penggunaannya. Rumah Pendidikan, menurutnya, bukan hanya aplikasi pembelajaran, tetapi juga sebuah jembatan yang menghubungkan keluarga, sekolah, dan pemerintah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, menyenangkan, dan bermakna. Dengan pengaturan waktu yang bijak dan pendampingan yang tepat, orang tua diharapkan dapat menjadi sahabat bagi anak-anak mereka di dunia digital.
Ia berharap aplikasi Rumah Pendidikan dapat menjadi langkah awal dalam menciptakan budaya pembelajaran di rumah yang lebih sehat dan berkualitas. Tidak hanya meningkatkan keterampilan kognitif dan literasi digital anak-anak, tetapi juga menumbuhkan kreativitas dan mempererat kedekatan emosional antara orang tua dan anak. Inilah esensi dari pembelajaran yang holistik, yang melibatkan semua pihak dalam menciptakan pengalaman belajar yang menyeluruh.
Pentingnya kolaborasi juga disorot oleh Masmidah Abdul Mu’ti dalam acara tersebut. Ia mengimbau agar seluruh pihak yang terlibat dalam pendidikan, baik itu orang tua, guru, masyarakat, maupun pemerintah, bekerja sama untuk menciptakan ruang belajar yang nyaman dan menyenangkan bagi anak. Teknologi memang tak bisa dihindari, tetapi cara kita memanfaatkannya harus mendukung proses tumbuh kembang anak-anak, tanpa melupakan nilai-nilai kebersamaan dan pengasuhan yang hangat.
Dalam talkshow itu, Ketua DWP Setjen Kemendikdasmen, Devi Haerani Andhika Ganendra, menjelaskan bahwa Rumah Pendidikan dirancang untuk mendukung interaksi positif antara orang tua dan anak dalam proses belajar. Ia menekankan bahwa aplikasi ini tidak hanya sekadar sarana untuk belajar, tetapi juga untuk memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan anak. Melalui fitur-fitur yang mendorong kreativitas dan membentuk literasi digital yang positif, Rumah Pendidikan menjadi tempat yang tepat untuk tumbuh kembang anak-anak.
Di sisi lain, Kepala Pusdatin, Yudhistira Nugraha, menyoroti pergeseran signifikan dalam cara belajar yang terjadi akibat perkembangan pesat teknologi informasi. Dulu, belajar sangat bergantung pada sistem pendidikan formal di sekolah, namun kini pendidikan bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Pergeseran ini memerlukan pendekatan pembelajaran yang lebih mindful, joyful, dan meaningful. Rumah Pendidikan diharapkan dapat menjadi media pembelajaran inklusif yang bermutu dan dapat diakses oleh semua anak di Indonesia.
Yudhistira juga menceritakan pengalamannya sendiri saat masih sekolah dasar. Ketika itu, ia merasa kekurangan guru ilmu pasti, yang kemudian menjadi inspirasi bagi lahirnya Rumah Pendidikan. Ia berharap aplikasi ini dapat menyediakan materi ajar terbaik yang setara dengan sekolah-sekolah unggulan di kota-kota besar, sehingga anak-anak di daerah terpencil pun memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan berkualitas.
Dengan semangat kolaborasi yang terjalin antara Dharma Wanita Persatuan, Pusdatin, dan berbagai pihak lainnya, acara ini bukan hanya sekadar ajang berbagi pengetahuan, tetapi juga simbol komitmen bersama untuk menciptakan masa depan pendidikan Indonesia yang lebih baik. Orang tua, sebagai mitra utama dalam pendidikan anak, diharapkan bisa memanfaatkan teknologi dengan bijak untuk mendukung perkembangan anak-anak di era digital ini. Ini adalah langkah penting untuk menciptakan generasi muda Indonesia yang sehat, cerdas, dan berkarakter, siap menghadapi tantangan global di masa depan.
Dengan adanya aplikasi Rumah Pendidikan, kita dapat memastikan bahwa teknologi tidak hanya menjadi alat untuk hiburan atau konsumsi, tetapi juga sarana untuk pendidikan yang bermanfaat. Ini adalah peluang besar bagi orang tua dan anak untuk belajar bersama, saling mendukung, dan membangun masa depan yang lebih cerah. Sebagai bangsa, kita harus memastikan bahwa setiap anak Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang sehat, aman, dan penuh kasih sayang.
(Sumber catatan: Kemendikdasmen/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Google Image)




