Sekolah di Jawa Timur ini Ternyata Sudah Lama Menerapkan Makan Siang Sehat. Begini Praktiknya

Inside School – Di tengah berbagai upaya pemerintah untuk memperkenalkan program Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi siswa sekolah dasar, sekolah di Kabupaten Probolinggo di Jawa Timur ini, yaitu SD IT Permata Kraksaan telah lebih dulu mengimplementasikan konsep makan sehat di sekolah.

Sejak berdirinya pada tahun 2006, sekolah ini sudah menyusun sistem makan yang tak hanya bergizi, tetapi juga mengajarkan hidup sehat dan mandiri bagi anak-anak.

Keputusan untuk tidak menyediakan kantin di sekolah ini bukanlah hal yang dibuat secara sembarangan.

Kepala Sekolah SD IT Permata Kraksaan, Nurul Hidajati, menjelaskan bahwa tujuan dari kebijakan ini adalah untuk menciptakan suasana yang lebih tertib, bersih, dan bebas dari jajanan yang kurang sehat.

“Kami ingin anak-anak belajar hidup sehat sejak dini, jadi kami putuskan untuk tidak ada kantin di sekolah,” ujarnya dengan senyum kecil.

Namun, tidak berarti anak-anak tidak bisa makan camilan.

Setiap hari, ada orang tua murid yang bertugas menyediakan snack sehat untuk anak-anak selama jam istirahat pertama. Camilan yang disiapkan pun sangat memperhatikan kesehatan, mulai dari buah potong, puding susu, hingga roti isi telur.

Semua makanan bebas dari bahan pengawet dan pewarna buatan, memastikan anak-anak mendapatkan asupan yang bergizi tanpa khawatir akan bahaya dari jajanan sembarangan.

Dengan cara ini, sekolah juga berhasil menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan lebih teratur. Tidak ada pedagang kaki lima yang mengelilingi sekolah, dan anak-anak tidak diperbolehkan membawa uang untuk jajan.

“Mereka tidak dibiasakan membawa uang. Kalau pun bawa, itu untuk beli alat tulis, bukan makanan,” tambah Nurul.

Orang tua pun merasa lebih tenang karena mereka tidak perlu khawatir anak-anak mereka membeli makanan yang tidak terjamin kebersihannya.

Setiap siang, anak-anak pun mendapatkan makan siang yang bergizi.

Menu makan siang disusun oleh pihak sekolah dan diserahkan kepada tiga katering lokal untuk diolah.

Menu yang disajikan selalu diperhatikan dengan seksama agar sesuai dengan kebutuhan gizi anak-anak. “Kami evaluasi setiap minggu untuk memastikan menu makan siang sesuai dengan selera dan kebutuhan gizi anak-anak,” ungkap Nurul.

Dengan biaya sekitar Rp 9.000 per porsi, makan siang ini menjadi bagian penting dari pendidikan anak-anak, bukan hanya sebagai konsumsi untuk tubuh, tetapi juga bagian dari proses pembelajaran.

Selain itu, setelah makan siang, para siswa tidak hanya duduk santai. Mereka diharuskan untuk mencuci piring mereka sendiri.

Di sekolah ini, mencuci piring bukan hanya rutinitas, tetapi juga bagian dari pendidikan karakter. “Kami ingin anak-anak terbiasa bertanggung jawab. Jadi setelah makan, mereka harus bereskan sendiri,” kata Nurul.

Meskipun kelas 1 masih dibantu petugas, mulai kelas 2 semua siswa harus mencuci piringnya sendiri, melatih rasa tanggung jawab dan kemandirian.

Petugas piket siswa juga diberi tugas untuk mengantarkan makanan dari dapur ke ruang makan setiap hari.

Setiap minggu, siswa bergiliran menjadi petugas ini, yang mengajarkan kerja sama, tanggung jawab, dan empati. “Melalui aktivitas ini, mereka belajar bekerja sama, menghargai usaha orang lain, dan mengembangkan empati terhadap teman-teman mereka,” tambah Nurul.

Untuk mendukung kebiasaan hidup sehat, sekolah juga menyediakan air galon di setiap kelas.

“Kami siapkan belasan galon setiap hari, jadi anak-anak bisa minum kapan saja tanpa harus membeli minuman kemasan,” kata Nurul. Hal ini mengurangi sampah plastik di sekolah, membuat lingkungan sekolah lebih bersih, dan mengajarkan anak-anak untuk peduli terhadap lingkungan.

Menanggapi program Makan Bergizi Gratis dari pemerintah, Nurul menyambut baik, namun tetap mencatat beberapa hal penting. “Programnya sangat bagus, apalagi melibatkan ahli gizi. Tapi kami masih ingin melihat bagaimana pelaksanaannya nanti,” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya kesetaraan dalam program ini, mengingat di sekolahnya makan siang juga disediakan untuk para guru. Jika program MBG hanya untuk siswa, maka perlu diatur agar tidak menimbulkan kesenjangan antara guru dan siswa.

Lebih lanjut, Nurul menyoroti pentingnya pengawasan menu dan kebersihan, mengingat banyak orang tua di sekolah ini yang bekerja di bidang kesehatan. “Kami pernah mendengar kasus anak keracunan karena makan dari katering yang tidak steril. Jadi kami harus sangat berhati-hati dengan hal ini,” tambahnya.

Pengawasan yang ketat terhadap kualitas makanan menjadi kunci untuk menjaga kesehatan anak-anak.

Bagi SD IT Permata Kraksaan, makan siang bukan sekadar tambahan di antara jam belajar, tetapi bagian penting dari proses pendidikan.

Dengan sistem full day school, anak-anak yang makan dengan baik dan sehat dapat lebih fokus belajar.

“Kalau anak lapar, mana bisa konsentrasi belajar. Makan siang ini bukan tambahan, tetapi bagian dari pendidikan kami,” tutup Nurul, sambil tersenyum.

Melalui inisiatif makan sehat dan terkontrol di sekolah, SD IT Permata Kraksaan telah membuktikan bahwa kebiasaan hidup sehat bisa dibangun sejak dini, tanpa mengorbankan kesejahteraan siswa.

Inilah contoh nyata bagaimana pendidikan tidak hanya mencakup aspek intelektual, tetapi juga karakter, kemandirian, dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar.

(Sumber catatan: Radar Bromo/Foto atau ilustrasi dipenuhi dari Radar Bromo)

Bagikan Tulisan